Pada sebuah video yang berjudul “The
New Era of Positive Psychology” (diunggah di situs www.TED.com, dibuat pada bulan Februari 2004),
Martin E. P. Seligman, salah satu tokoh pencetus psikologi positif, menyampaikan
paparannya mengenai bagaimana proses munculnya kajian tentang psikologi positif
ini. Seligman mengatakan bahwa sudah lebih dari 60 tahun, dunia psikologi
bergerak dengan the disease model. Walaupun
demikian, tidak dipungkiri bahwa dengan investasi senilai kurang lebih 30
Milyar dolar yang dilakukan oleh the National Institute of Mental Health, telah
banyak menghasilkan berbagai macam penemuan baru tentang mental illness. Masyarakat menjadi paham tentang apa dan bagaimana
klasifikasi tentang mental illness
dan penyebab terjadinya. Tidak hanya
itu, solusi penanganannya (treatment) pun semakin lama juga semakin variatif dan
tentu saja itu sangat bermanfaat untuk masyarakat luas.
Walaupun demikian, tetap ada beberapa
potensi permasalahan menurut Seligman, saat psikologi masih menggunakan disease model. Permasalahan yang pertama
adalah terkait dengan moral. Seolah-olah dunia psikologi dan psikiatri hanya
melihat sisi seorang manusia saat dia mengalami permasalahan, mengabaikan
faktor bahwa manusia bisa memilih dan membuat keputusan serta bertanggung jawab
atas apa yang terjadi atau dilakukannya.
Permasalahan kedua adalah saat kita
akhirnya melewatkan untuk meningkatkan kualitas kehidupan normal yang dimiliki
oleh seseorang. Kita melupakan untuk sekedar membuat orang yang memang
benar-benar tidak memiliki masalah yang berarti menjadi semakin puas dalam
hidupnya. Semakin produktif dengan segenap sumber daya yang dimilikinya.
Permasalahan ketiga yaitu saat
intervensi yang dimunculkan terlalu difokuskan pada penanganan masalah atau
orang-orang yang bermasalah sehingga justru membuat intervensi untuk membuat
orang lebih bahagia menjadi jarang terjadi, positive
intervention.
Disebabkan hal-hal tersebut, Seligman
bersama Nancy Etcoff, Dan Gilbert, Mike Csikszentmihalyi bekerja sama untuk
merumuskan sebuah hal yang disebut dengan psikologi positif. Terdapat tiga
tujuan penting dimunculkannya psikologi positif ini yaitu :
1.
Psikologi
sebaiknya juga memiliki fokus dalam mencermati kekuatan manusia, tidak hanya
konsen di sisi lemah manusia saja.
2.
Psikologi
sebaiknya juga memiliki fokus dalam membangun potensi atau kekuatan manusia,
tidak hanya berfokus pada bagaimana cara memperbaiki atau mengobati
permasalahan mental yang dihadapi manusia.
3.
Psikologi
sebaiknya juga memiliki fokus dalam menciptakan pola didik dan pola asuh yang
mendukung kehidupan seseorang yang normal agar menjadi semakin bahagia juga
semakin cerdas
Seligman dan rekan-rekannya berharap
bahwa di masa depan disiplin ilmu psikologi positif ini bisa semakin
berkembang, membuat kehidupan seseorang jauh lebih berharga dan bermakna. Seligman
mendefinisikan psikologi positif ini sebagai :
“Sebuah
disiplin ilmu yang berfokus tentang pengalaman subjektif yang positif dari
seseorang, tentang karakter baik yang dimiliki seseorang, tentang keberadaan
lingkungan positif yang mendukung terciptanya kualitas hidup yang baik dari
seseorang yang bisa mencegah munculnya efek patologis saat seseorang menghadapi
tantangan dalam hidupnya”1
Berdasarkan definisi di atas, ada tiga
pilar utama dari psikologi positif yaitu pengalaman
positif yang bersifat subjektif dari individu. Pilar selanjutnya adalah karakter positif dari seorang individu
baik itu kekuatan maupun kebaikan yang dimilikinya. Adapaun pilar ketiga adalah
keberadaan institusi positif termasuk
komunitas yang mendukung untuk perkembangan positif seseorang2.
Definisi lain tentang psikologi
positif disampaikan oleh Gable dan Haidt (2005) beliau berdua mendefinisikan
psikologi positif sebagai :
“Sebuah
studi tentang kondisi dan proses apa saja yang mendukung atau memberikan
kontribusi terhadap perkembangan optimal dari seseorang, kelompok maupun
institusi”2
Psikologi positif terus berkembang,
walaupun keberadaannya juga tidak luput dari kritik. Ada yang menganggap bahwa
jika dikatakan ada istilah psikologi positif berarti selain itu adalah
psikologi negatif dan munculnya psikologi positif ini disebabkan minimnya
pengetahuan tentang psikologi negatif yang dipelajari. Padahal yang terjadi
sebenarnya adalah keberadaan psikologi positif ditujukan untuk membuat pola
keseimbangan pada pembelajaran di dunia psikologi sendiri2 agar
orang awam tidak beranggapan bahwa psikologi hanya selalu berkutat dengan
pertanyaan what’s wrong with you (Seligman,
2004).
Kritik selanjutnya menyebutkan bahwa
mereka yang belajar tentang psikologi positif berpotensi gagal untuk menyadari
keberadaan sisi negatif yang mungkin muncul dalam kehidupannya. Menanggapi
kritik ini, keberadaan psikologi positif bukan untuk untuk menggantikan hal-hal
yang bersifat patologis, kondisi sedih ataupun kondisi disfungsional yang
dialami oleh seseorang. Keberadaan psikologi positif adalah untuk membuat orang
paham tentang kemampuan manusia untuk melakukan resiliensi, tentang potensi dan
kekuatan yang dimiliki oleh manusia dan kemudian mengintegrasikannya dengan
pengetahuan apapun yang telah ada sebelumnya.
No comments:
Post a Comment