Pernahkah sahabat mendengar tentang Appreciative Inquiry?
Menurut pemahaman saya, appreciative inquiry adalah semacam formula yang kita bisa terapkan dalam menyikapi perjalanan hidup kita di dunia ini.
Appreciative inquiry atau "4-D Cycle" terdiri dari 4 proses utama yaitu Discovery - Dream - Design - Destiny.
Mari kita bahas satu persatu keempat "D" tersebut.
1. Discovery
Pertanyaan terkait dengan discovery
ini adalah "what are the most promising and inspiring components of a
desired future?". Kalau kita terjemahkan maka yang harus dilakukan dalam
proses discovery ini adalah merumuskan yang disebut dengan purpose of life. Kita
mensyukuri bahwa kita masih diizinkan untuk hidup di dunia ini. Kita
menyadari bahwa kita diciptakan dengan sebuah tujuan mulia. Kita
menyadari bahwa kita adalah makhluk yang harus berbakti kepada
penciptaNya. Maka pertanyaan reflektif seperti :
- Siapa aku?
- Untuk apa aku diciptakan?
- Ke mana aku akan pergi?
Bisa kita gunakan dalam proses discovery ini.
2. Dream
Nah, setelah kita merumuskan purpose of life kita,
selanjutnya adalah merancang lebih detil keinginan-keinginan turunan
dari purpose of life kita tersebut. Pertanyaannya adalah "apa saja hal
yang ingin saya wujudkan atau saya capai secara nyata sebagai bentuk
komitmen saya terhadap purpose of life yang telah saya susun tadi?" Maka dalam dream ini
akan muncul begitu banyak impian seperti melanjutkan S-3 di luar
negeri, punya franchise lembaga training, punya bisnis kuliner, dan
sebagainya yang semuanya terangkum dalam wadah purpose of life.
3. Design
Pada
tahap ini, pertanyaan yang bisa kita ajukan adalah "bagaimana caranya
mewujudkan semua hal yang telah saya tulis di bagian DREAM sehingga pada
akhirnya purpose of life saya juga bisa tercapai?" Maka pada
tahap ini proses yang kita lakukan adalah mengumpulkan seluruh sumber
daya yang dimiliki dan kemudian digunakan sebagai bahan dalam perumusan
sebuah strategi untuk pencapaian dream
4. Destiny
Destiny
kalau kita tafsirkan secara luas berarti takdir. Apakah yang dimaksud
di tahap ini merancang takdir? Tentu saja bukan. Kalau kita menggali
lagi mengenai bagaimana kita bisa mengatakan bahwa itu takdir kita?
Jawabannya adalah sesudah hal tersebut terjadi. Saat kita ingin pergi ke
tempat A misalnya, saat kita belum sampai di tempat A maka kita tidak
bisa mengatakan 'takdir saya hari ini adalah tiba di tempat A'. Kita
bisa mengatakan bahwa takdir kita adalah tiba di tempat A setelah kita
benar-benar mengalami bahwa kita tiba di tempat A.
Maka dalam tahap destiny ini
adalah memperhatikan secara detil apa saja hal-hal yang telah berhasil
dicapai, berapa prosentase tercapainya dan itulah 'takdir' yang telah
kita capai dengan segenap upaya terbaik yang dilakukan di masa
sebelumnya. Jika capaian kita sudah sesuai dengan yang diharapkan, maka
seharusnya kita berupaya untuk menjaga dan mempertahankan sebaik mungkin
dan bahkan bagaimana terus meningkatkan kualitasnya dari waktu ke
waktu. Jika ternyata sebaliknya, maka menjadi bahan evaluasi yang sangat
berharga.
Lalu bagaimana agar saat kita 'gagal' kita bisa segera bangkit lagi. Kalau kita lihat siklusnya, Discovery-Dream-Design-Destiny-Discovery-Dream-Design-Destiny......dst, maka kita perlu kembali lagi pada rumusan purpose of life kita. Setelah kita temukan lagi secercah hikmah dan semangat di dalamnya, kita cek lagi kesesuaian dream dengan purpose of life dan kesesuaian dream dengan designnya, daan terus berlanjut seperti itu. Alur ini pun berlaku saat dream yang kita inginkan terwujud dengan baik.
Nah,
ini adalah pemahaman sederhana dari saya, semoga bermanfaat, saling
berbagi, saling mengingatkan, semoga apa yang menjadi harapan sahabat
pembaca semua bisa tercapai.
Salam tentrem :)
No comments:
Post a Comment