Pernahkah sahabat mendengar sebuah cerita klasik dari Anthony De
Mello, menceritakan tentang dialog antara seorang nelayan dengan seorang
pengusaha yang mendatanginya.
Pada suatu hari, saat melihat ada
seorang nelayan sedang begitu santainya duduk di depan perahunya,
pengusaha kaya pun mendatanginya dan bertanya, "Kenapa kamu justru
bersantai-santai saja? Bukankah kamu seharusnya lebih rajin bekerja,
mencari lebih banyak ikan, sehingga akhirnya kamu bisa menabung dan bisa
membeli sebuah kapal penangkap ikan?"
Nelayan yang sedang
bersantai di depan perahunya pun tersenyum dan balik bertanya,
"Hehehe... lha memangnya kalau sudah punya kapal penangkap ikan lalu apa
yang akan terjadi?"
"Ya.. kamu akan bisa menangkap ikan lebih
banyak dan kalau kamu bisa menangkap ikan lebih banyak, kamu bisa punya
banyak uang" jawab pengusaha kaya itu.
"Lha kalau aku sudah punya banyak uang, lalu apa lagi yang akan terjadi?" tanya nelayan itu lagi.
"Kamu
bisa membangun rumah, menyekolahkan anak-anakmu, membeli lebih banyak
kapal, dan masih banyak lagi" jawab pengusaha kaya dengan mantap.
"Oo.. begitu, memangnya kalau sudah punya semua itu apa lagi yang bisa kudapatkan?" nelayan itu masih melanjutkan pertanyaannya.
"Sederhana saja, kamu akan merasakan yang namanya bahagia" ujar pengusaha kaya sambil menepuk pundak si nelayan.
"Hahahaha...
kalau bahagia yang dicari, dari tadi aku duduk di sini saja sudah
merasakan sangat bahagia" kata nelayan sambil ngeloyor pergi
meninggalkan si pengusaha kaya yang diam terbengong.
Sebuah cerita
yang sangat kreatif, menceritakan bagaimana kebahagiaan yang dirasakan
seseorang tidak selalu berkorelasi dengan banyaknya materi yang dia
terima dalam kehidupan sehari-hari. Bahkan terdapat sebuah penelitian
menarik di Amerika yang menyebutkan bahwa semakin tingginya kekayaan
seseorang ternyata tidak selalu selaras dengan semakin tingginya
kebahagiaan.
Penelitian lain menyebutkan bahwa saat seseorang
sama-sama memiliki uang dalam jumlah yang sama, mereka yang menggunakan
uangnya untuk kepentingan dirinya saja ternyata tidak lebih bahagia
dibandingkan mereka yang menggunakan seluruh atau sebagian uangnya untuk
membantu orang lain. Data tambahan terkait dengan memberi kepada orang
lain yaitu memberikan uang kepada seseorang yang lebih kuat ikatan
emosionalnya akan membuat orang lebih bahagia dibandingkan memberikan
kepada orang yang lemah secara ikatan sosialnya. Niat seseorang dalam
memberikan juga berpengaruh terhadap tingkat kebahagiaannya.
Pertanyaannya, sebenarnya uang itu ada pengaruhnya ngga sih
terhadap kebahagiaan? Ya, uang berpengaruh tetapi tidak segala-galanya.
Ada batasan tertentu di mana uang itu tidak lagi berpengaruh kepada subjective well being
seseorang. Orang kaya yang sudah sampai pada level pendapatan tertentu
akan lebih senang untuk ditanyakan yang tidak berkaitan dekat dengan
pendapatan atau uang.
Orientasi materialisme, menurut Kasser
(2004) paling tinggi berada pada masa remaja, dan menariknya semakin
turun tingkat materialisme seseorang, semakin tinggi tingkat
kebahagiaan.
*Berbagi catatan dari presentasi dengan tema "Money and Happiness" di kelas Psikologi Positif
No comments:
Post a Comment