Bagaimana tidak, saya 'diberikan' amanah untuk berbagi ke para generasi penerus bangsa ini. Mereka yang nantinya akan menjadi tulang punggun Indonesia untuk menjadi bangsa yang lebih maju. Sebuah tulisan di papan berukuran besar yang ada di pintu gerbang sekolah makin menunjukkan bagaimana komitmen sekolah untuk bangsa Indonesia.
Keren sekali bukan, semoga tulisan yang terpampang seperti di atas tidak hanya menjadi simbol saja, melainkan juga terinternalisasi dalam jiwa setiap generasi muda Indonesia. Siapa lagi yang bisa kita harapkan untuk membangun bangsa kecuali mereka. Bukan bermaksud menyepelekan generasi senior. Saya yakin dan tahu persis bahwa kontribusi beliau-beliau juga sangat besar. Walaupun untuk saat ini, Indonesia membutuhkan ide-ide baru, pemikiran-pemikiran liar yang itu seharusnya bisa didapatkan dari generasi muda yang masih bersih, belum tercampuri dengan dinamika perpolitikan maupun birokrasi.
Sebuah komentar nyleneh tapi (sepertinya realitanya begitu) dari salah seorang teman saya di FB, mas Arif RH...
"Pemilik negara Indonesia ini kan rakyat. Nah pemerintah itu adalah "karyawannya" rakyat. Sehingga sebenarnya seluruh uang yang bererdar itu adalah uang rakyat. Alias, rakyatlah yang membayar pemerintah untuk menjalankan roda "perusahaan" yang bernama Indonesia ini.
Lha yang rancu, kok ada istilah BANTUAN UNTUK RAKYAT ? Kok karyawan malah ngasih bantuan ke pemilik negara ini ya? Ini bener-bener lucu, seharusnya namanya ya bukan bantuan. Itu ya kita sebagai rakyat dapat bagian keuntungan atas uang yang kita bayarkan kepada pemerintah"
Kewolak-walik kalau kata orang Jawa. Sudah tidak jelas siapa yang benar, siapa yang jujur dan layak dipercaya. Terlalu banyak intrik dalam setiap hal yang dimunculkan oleh para pemimpin bangsa. Anyway, tak ada alasan untuk pesimis. Negeri Indonesia tetaplah negeri yang besar dengan segala potensinya. Sebagaimana lagu milik Pujiono, MANISNYA NEGERIKU. Lagu yang bagi saya membangkitkan inspirasi untuk kemudian tergerak memberikan kontribusi lebih banyak kepada Indonesia.
No comments:
Post a Comment