Beberapa
waktu yang lalu, kantor tempat saya beraktivitas kedatangan seorang klien
bernama Rahman. Rahman ini masih kelas 1 sebuah SMP di Jogjakarta. Rahman
datang ke kantor bersama ibu dan kakeknya. Informasi awal yang saya dapatkan
mengenai Rahman ini adalah dia memiliki kecemasan berlebih. Hanya itu saja.
Sehingga begitu bertemu dengan orang tuanya, saya pun bertanya banyak hal
mengenai Rahman ini untuk menyelaraskan dengan treatment yang perlu saya
lakukan guna membantu menyelesaikan permasalahan yang Rahman hadapi.
Menurut
ibunya, kecemasan berlebih yang dirasakan anaknya ini baru berlangsung kurang
lebih 1 bulan. Awalnya, sang anak baik-baik saja. Setiap pulang sekolah
ditanyai tentang kegiatan di sekolahnya pun menjawab dengan antusias. Sampai
akhirnya kondisi tersebut berubah drastic setelah Rahman mengalami sebuah
peristiwa yang amat mengganggu jiwanya. Sebuah peristiwa yang menjadikan Rahman
menjadi khawatir setiap akan melakukan aktivitas baru. Rahman menjadi tidak tenang
setiap akan keluar rumah, takut terjadi sesuatu yang tidak menyenangkan pada
dirinya.
Selesai
wawancara dengan ibu dari Rahman, saya pun mempersilakan Rahman untuk masuk
dalam ruangan, bergantian dengan ibunya. Sekilas melihat sosok Rahman ini, saya
tak melihat adanya sebuah permasalahan yang berarti pada dirinya. Wawancara
awal dengannya pun justru membuat saya kaget sekaligus kagum. Anak ini masih
kecil, tapi pola pikirnya sangat dewasa. Saat saya tanya cita-citanya apa? Dia
menjawab pengen jadi pengusaha. Kenapa pengen jadi pengusaha? Dia menjawab
karena ga pengen jadi karyawan, maunya pengen langsung jadi direktur.
Menariknya, jawaban-jawaban Rahman ini dia sampaikan dengan mantap dan tenang.
Sampai
akhirnya, mulailah saya masuk ke inti permasalahan. And guess what? Inti permasalahannya adalah Rahman takut terhadap
kematian. Ya, Anda tidak salah baca dan saya pun tidak salah tulis. Rahman
kecil ini sudah berpikir jauh ke depan ; bagaimana jika tiba-tiba kematian
menghampiri saya?
Sesuatu
yang seakan sepele memang, tapi menurut saya, pertanyaan-pertanyaan seperti ini
belum lazim disampaikan oleh seorang anak SMP seperti Rahman ini. Namun
kenyataannya, yang terjadi adalah demikian. Seorang anak SMP ber’masalah’
dengan kekhawatirannya terhadap sesuatu yang sangat mendasar dalam hidup yaitu
kematian.
Karena
memang ingat mati akan sangat berpotensi membuat kita lebih produktif lagi akan
segala hal. Karena ajal memang bisa menjemput kita kapanpun, dimanapun, dalam
keadaan apapun. Maka tak ada pilihan lain kecuali memanfaatkan waktu yang masih
diberikanNya, dengan melakukan sebanyak mungkin hal bermanfaat untuk menjadikan
hidup kita berkah dan bermakna.
Kehadiran
Rahman, bagi saya adalah ‘message’ dariNya untuk lebih ngeh tentang mempersiapkan diri lebih baik lagi. Utamanya adalah
berupaya terus untuk berpegang teguh pada aturanNya, memanfaatkan waktu-waktu
yang ada untuk menyelesaikan amanah yang diberikanNya kepada kita, menjadi
perantaraNya untuk menjadi khalifah di muka bumi ini.
Thanks
Allah, Thanks Rahman… You’re the most inspiring child.
No comments:
Post a Comment