Selesai mengisi kelas motivasi privat di salah satu sekolah yang ada di Jogja. Kenapa privat? Karena pesertanya hanya 2 orang saja. Pesertanya pun hanya 2 orang anak laki-laki dan perempuan yang mereka sekolah di situ. Mereka berdua masih kelas 2 SMA. Ada sebuah pemandangan menarik bagi saya. Menarik karena baru kali ini saya melihatnya. Yap, salah satu pesertanya adalah remaja laki-laki yang bertato hampir di seluruh tubuhnya. Entah kenapa, sedari awal bertemu, tak ada sedikitpun terbersit tentang suatu hal yang negatif tentangnya. Setelah mendapatkan informasi tentang anak ini, ternyata betul, anak ini adalah produk dari keluarga yang boleh dibilang kurang harmonis.
Saat bertemu untuk kedua kalinya di kelas motivasi hari ini, state yang saya bawa pun adalah sebagai seorang teman, sebagai seorang sahabat. Sebut saja namanya Dondi (bukan nama sebenarnya). Selain Dondi, di kelas itu juga ada satu lagi perempuan namanya Arti (juga bukan nama sebenarnya).
Seperti biasanya, kelas saya buka dengan guyonan-guyonan, juga cerita-cerita untuk mengantarkan masuk ke materi. Tak ada materi khusus yang saya siapkan, niat yang saya bawa dari rumah adalah intine sharing. Sambil menyampaikan materi, beberapa kali saya berinteraksi dengan Dondi. Ternyata masih ada semangat Dondi yang tersisa untuk terus belajar. Ternyata, Dondi pun juga memiliki keinginan untuk menjadi orang sukses. Walaupun keinginan-keinginan itu seperti tenggelam kembali karena keyakinan negatif yang dimilikinya. Yah, sebagai mantan pecandu narkoba, Dondi merasa otaknya tak akan dapat berfungsi optimal. Dondi sudah merasa kalah.
Sambil terus berdiskusi, saya pun coba memasukkan beberapa hal baru, persepsi baru kepadanya. Respon Dondi menurut saya sangat antusias. Bahkan di akhir sesi, Dondi mengajukan diri untuk dibimbing dalam kondisi relaksasi atau hipnosis. Sambil terus memandu relaksasi, saya pun berpikir, "Ah... anak yang sudah dicap nakal saja masih bisa dibentuk untuk jadi baik lagi kok, apalagi anak yang sudah baik, tentu lebih mudah diarahkan". Semoga ke depan, kesadaran mengenai pentingnya memiliki ilmu parenting ada pada semakin banyak masyarakat Indonesia ini. Meminjam istilah Ayah Eddy, "Indonesian Strong from Home".
No comments:
Post a Comment