Selesai mengisi kelas motivasi privat di salah satu sekolah yang ada di Jogja. Kenapa privat? Karena pesertanya hanya 2 orang saja. Pesertanya pun hanya 2 orang anak laki-laki dan perempuan yang mereka sekolah di situ. Mereka berdua masih kelas 2 SMA. Ada sebuah pemandangan menarik bagi saya. Menarik karena baru kali ini saya melihatnya. Yap, salah satu pesertanya adalah remaja laki-laki yang bertato hampir di seluruh tubuhnya. Entah kenapa, sedari awal bertemu, tak ada sedikitpun terbersit tentang suatu hal yang negatif tentangnya. Setelah mendapatkan informasi tentang anak ini, ternyata betul, anak ini adalah produk dari keluarga yang boleh dibilang kurang harmonis.
Saat bertemu untuk kedua kalinya di kelas motivasi hari ini, state yang saya bawa pun adalah sebagai seorang teman, sebagai seorang sahabat. Sebut saja namanya Dondi (bukan nama sebenarnya). Selain Dondi, di kelas itu juga ada satu lagi perempuan namanya Arti (juga bukan nama sebenarnya).
Seperti biasanya, kelas saya buka dengan guyonan-guyonan, juga cerita-cerita untuk mengantarkan masuk ke materi. Tak ada materi khusus yang saya siapkan, niat yang saya bawa dari rumah adalah intine sharing. Sambil menyampaikan materi, beberapa kali saya berinteraksi dengan Dondi. Ternyata masih ada semangat Dondi yang tersisa untuk terus belajar. Ternyata, Dondi pun juga memiliki keinginan untuk menjadi orang sukses. Walaupun keinginan-keinginan itu seperti tenggelam kembali karena keyakinan negatif yang dimilikinya. Yah, sebagai mantan pecandu narkoba, Dondi merasa otaknya tak akan dapat berfungsi optimal. Dondi sudah merasa kalah.
Sambil terus berdiskusi, saya pun coba memasukkan beberapa hal baru, persepsi baru kepadanya. Respon Dondi menurut saya sangat antusias. Bahkan di akhir sesi, Dondi mengajukan diri untuk dibimbing dalam kondisi relaksasi atau hipnosis. Sambil terus memandu relaksasi, saya pun berpikir, "Ah... anak yang sudah dicap nakal saja masih bisa dibentuk untuk jadi baik lagi kok, apalagi anak yang sudah baik, tentu lebih mudah diarahkan". Semoga ke depan, kesadaran mengenai pentingnya memiliki ilmu parenting ada pada semakin banyak masyarakat Indonesia ini. Meminjam istilah Ayah Eddy, "Indonesian Strong from Home".
Monday, January 27, 2014
Tuesday, January 21, 2014
Membahagiakan Cinta
Memilihmu
Adalah keputusan indah
Bersamamu
Adalah kebahagiaan hati
Mencintaimu
Adalah sebuah konsekuensi rasa
Kesucian ucapan
Adalah pegangan hidup
Janji terlantunkan
Adalah panduan perjalanan
Bisikan lembut wanita mulia
Adalah suara kedalaman jiwa
Maka untuk alasan apa
Maka untuk sebab apa
Tak kan ada alasan
Tak kan ada sebab
Untuk melepaskan
Untuk mengendurkan
Ikatan hati dan jiwa
Inilah diri lemah tak sempurna
Inilah diri yang terbalut dengan masa lalu
Inilah diri yang lekat dengan kesalahan dan dosa
Inilah diri yang tak pandai bersikap dan berkata
Inilah diri yang ingin selalu menjaga
Inilah diri yang ingin selalu berbenah
Inilah diri yang ingin lebih mendekat padaNya
Inilah diri yang ingin setia
Inilah diri yang ingin buatmu bahagia
Inilah hambaMu Rabb...
Inilah diriku
Apa adanya
Monday, January 20, 2014
Perjalanan yang Bertata Krama
Perjalanan ini, terasa sangat menyedihkan
Sayang engkau tak duduk di sampingku kawan
Banyak cerita yang mestinya kau saksikan
Di tanah kering bebatuan.........
Tubuhku terguncang dihempas batu jalanan
Hati tergetar menampak kering Rerumputan
Perjalanan inipun seperti jadi saksi
Gembala kecil menangis sedih...
Sepenggal lirik lagu dari Ebiet G Ade menjadi pengantar saya untuk menulis hari ini. Seseorang bijak pernah berkata, hidup adalah perjalanan, perjalanan untuk kembali. Maka apapun yang kita lakukan dalam hidup ini, pada hakikatnya adalah menuju sebuah peraduan, peraduan yang sama, menyatu kembali denganNya.
Maka seharusnya kita lebih berhati-hati dengan aktivitas apapun yang kita jalani sehari-hari. Termasuk salah satunya adalah saat kita melakukan aktivitas yang berkaitan dengan jalan raya. Entah itu kita berjalan kaki, bersepeda, bersepeda motor, menggunakan mobill, dan lain-lain. Alangkah baiknya saat kita juga memiliki etika di dalamnya.
Kalau kita mau sadari, bahwa jalan raya adalah fasilitas publik. Namanya juga publik, berarti tidak dikhususkan untuk satu atau dua orang saja bukan? Itu artinya, menjadi sangat mungkin bahwa dalam satu kali perjalanan kita, kita akan bertemu, berpapasan dengan begitu banyak orang dengan kepentingannya masing-masing. Bisa jadi juga pertemuan kita dengan pengguna jalan adalah pertemuan pertama kali sepanjang hidup kita dan suatu hari bertemua lagi. Bisa jadi juga pertemuan kita dengan pengguna jalan lain adalah pertemuan pertama sekaligus terakhir yang artinya selanjutnya kita tak bertemu lagi.
Kesadaran di atas akan membawa kita ke arah pemahaman bahwa kita perlu lebih berhati-hati saat berkendara atau melakukan aktivitas di jalan raya. Lebih dari sekedar keselamatan fisik kita maupun orang lain, kita juga harus mempertimbangkan tentang ketidaknyamanan yang dirasakan oleh pengguna jalan lain saat kita berkendara atau beraktivitas di jalan raya dengan seenaknya sendiri.
Bayangkan saat kita misalnya naik motornya asal-asalan. Tak sengaja kita hampir menyerempet seorang ibu yang ingin berangkat ke pasar. Ibu itu hampir jatuh dan kita hanya sedikit melongok di spion dan berkata dalam hati, " Ah.. ibu itu tidak apa-apa kok, lanjut sajalah". Saat terjadi hal semacam itu, sudah selesaikah urusannya? Aha, tidak sesederhana itu.
Iya kalau ibu itu tidak berfikir apapun. Nah kalau si ibu merasa tidak nyaman dengan kelakukan kita, berarti kita sudah berbuat kesalahan dong. Kesalahan apa? ya itu, membuat orang lain tidka nyaman dengan perilaku kita. Kalau pas kita lagi nyadar, ya oke lah, mungkin kita akan langsung menghampiri si ibu dan meminta maaf. Tidak meninggalkan yang namanya unfinished bisnis. Kalau pas lagi ga nyadar ? Bablas aja, ga berhenti , apalagi minta maaf, berarti kita meninggalkan sebuah urusan yang belum selesai.
Seandainya kemudian kita bertemu lagi dengan si ibu di perjalanan selanjutnya dan kita menyempatkan diri untuk meminta maaf, bolehlah kita cukup tenang. Lha, tapi kalau ternyata perjumpaan kita dengan sang ibu adalah perjumpaan pertama dan terakhir dalam perjalanan kita? Waduh, bisa numpuk dosa dong kita?
Menarik bukan? Itu baru urusan dengan satu orang. Belum lagi saat kita nyalip sembarangan, membuat pengguna jalan lain kaget dan tidak nyaman, waah... sudah berapa banyak kesalahan yang kita tabung dalam perjalanan kita ya? Mending kalau nyadar, kalau ternyata berkendara seenaknya sudah menjadi habit? Yuk mari terapkan "Perjalanan Bertata Krama" agar semua nyaman, aman dan tentram.
Sayang engkau tak duduk di sampingku kawan
Banyak cerita yang mestinya kau saksikan
Di tanah kering bebatuan.........
Tubuhku terguncang dihempas batu jalanan
Hati tergetar menampak kering Rerumputan
Perjalanan inipun seperti jadi saksi
Gembala kecil menangis sedih...
Sepenggal lirik lagu dari Ebiet G Ade menjadi pengantar saya untuk menulis hari ini. Seseorang bijak pernah berkata, hidup adalah perjalanan, perjalanan untuk kembali. Maka apapun yang kita lakukan dalam hidup ini, pada hakikatnya adalah menuju sebuah peraduan, peraduan yang sama, menyatu kembali denganNya.
Maka seharusnya kita lebih berhati-hati dengan aktivitas apapun yang kita jalani sehari-hari. Termasuk salah satunya adalah saat kita melakukan aktivitas yang berkaitan dengan jalan raya. Entah itu kita berjalan kaki, bersepeda, bersepeda motor, menggunakan mobill, dan lain-lain. Alangkah baiknya saat kita juga memiliki etika di dalamnya.
Kalau kita mau sadari, bahwa jalan raya adalah fasilitas publik. Namanya juga publik, berarti tidak dikhususkan untuk satu atau dua orang saja bukan? Itu artinya, menjadi sangat mungkin bahwa dalam satu kali perjalanan kita, kita akan bertemu, berpapasan dengan begitu banyak orang dengan kepentingannya masing-masing. Bisa jadi juga pertemuan kita dengan pengguna jalan adalah pertemuan pertama kali sepanjang hidup kita dan suatu hari bertemua lagi. Bisa jadi juga pertemuan kita dengan pengguna jalan lain adalah pertemuan pertama sekaligus terakhir yang artinya selanjutnya kita tak bertemu lagi.
Kesadaran di atas akan membawa kita ke arah pemahaman bahwa kita perlu lebih berhati-hati saat berkendara atau melakukan aktivitas di jalan raya. Lebih dari sekedar keselamatan fisik kita maupun orang lain, kita juga harus mempertimbangkan tentang ketidaknyamanan yang dirasakan oleh pengguna jalan lain saat kita berkendara atau beraktivitas di jalan raya dengan seenaknya sendiri.
Bayangkan saat kita misalnya naik motornya asal-asalan. Tak sengaja kita hampir menyerempet seorang ibu yang ingin berangkat ke pasar. Ibu itu hampir jatuh dan kita hanya sedikit melongok di spion dan berkata dalam hati, " Ah.. ibu itu tidak apa-apa kok, lanjut sajalah". Saat terjadi hal semacam itu, sudah selesaikah urusannya? Aha, tidak sesederhana itu.
Iya kalau ibu itu tidak berfikir apapun. Nah kalau si ibu merasa tidak nyaman dengan kelakukan kita, berarti kita sudah berbuat kesalahan dong. Kesalahan apa? ya itu, membuat orang lain tidka nyaman dengan perilaku kita. Kalau pas kita lagi nyadar, ya oke lah, mungkin kita akan langsung menghampiri si ibu dan meminta maaf. Tidak meninggalkan yang namanya unfinished bisnis. Kalau pas lagi ga nyadar ? Bablas aja, ga berhenti , apalagi minta maaf, berarti kita meninggalkan sebuah urusan yang belum selesai.
Seandainya kemudian kita bertemu lagi dengan si ibu di perjalanan selanjutnya dan kita menyempatkan diri untuk meminta maaf, bolehlah kita cukup tenang. Lha, tapi kalau ternyata perjumpaan kita dengan sang ibu adalah perjumpaan pertama dan terakhir dalam perjalanan kita? Waduh, bisa numpuk dosa dong kita?
Menarik bukan? Itu baru urusan dengan satu orang. Belum lagi saat kita nyalip sembarangan, membuat pengguna jalan lain kaget dan tidak nyaman, waah... sudah berapa banyak kesalahan yang kita tabung dalam perjalanan kita ya? Mending kalau nyadar, kalau ternyata berkendara seenaknya sudah menjadi habit? Yuk mari terapkan "Perjalanan Bertata Krama" agar semua nyaman, aman dan tentram.
Sunday, January 19, 2014
I Hate Monday
"Wah... sudah hari Senin lagi"
"Wah...besok sudah Senin"
Familiar dengan ungkapan-ungkapan di atas?
Tidak ingin men-generalisasi ungkapan-ungkapan di atas berlaku untuk semua orang, walaupun bisa jadi memang banyak orang yang mengucapkan atau minimal merasakan bahwa Senin adalah hari yang tidak menyenangkan.
Well, saya sendiri juga masih belajar untuk kemudian bisa menjadikan semua hari adalah hari yang menyenangkan. Sewajarnya manusia bukan? terkadang semangatnya naik, terkadang semangatnya turun. Anyway, jadi ingat pas jaman-jaman kecil dulu. Sabtu adalah hari yang sangat menyenangkan karena pelajarannya sedikit, malamnya bisa tidur lebih malam dan paginya? Ooh...tentu saja tontonan-tontonan di TV di hari minggu menjadi hiburan yang sangat menarik.
Begitu hari beranjak sore, mulailah muncul rasa-rasa berat untuk melangkah. Yaah, besok udah sekolah... hehehe... belum lagi kalau senin pagi itu ada tugas yang belum selesai (ssst...terutama kalau ada tugas kerajinan tangan, haduuh... haha...)
Itu cerita masa lalu. Cerita yang muncul karena keterbatasan pengetahuan, pengalaman, pemaknaan terhadap sesuatu. Cerita yang mungkin juga berdasarkan pada ketidaksukaan pada sebuah rutinitas yang membelenggu. Akh, banyak sekali kemungkinan penyebabnya.
Oke, lalu apakah pola-pola jaman kecil ini bisa terbawa sampai dewasa? Bisa jadi iya, bisa jadi tidak. Kalau melihat pola aktivitas masyarakat di negara ini yang memang mayoritas terikat dengan rutinitas, maka sangat mungkin terjadi. Bahkan tidak hanya yang beraktivitas rutin, mereka yang aktivitasnya tidak terikat dengan rutinitas pun rentan dengan fenomena "I Hate Monday" dan semacamnya.
Lalu apa yang harus kita lakukan? Pertama, sadari kembali apa makna kita bekerja. Kita bekerja untuk siapa? Untuk apa kita bekerja? Apakah hanya untuk bekerja saja manusia diciptakan?
Kedua, posisikan semua hari adalah sama rata. Setiap hari memiliki risikonya masing-masing. Baik itu risiko positif atau sangat positif. Apakah hari minggu itu selalu menyenangkan bagi kita? Tidak selalu. Bisa jadi malah senin yang akan menjadikan kita sangat bahagia. Semuanya kembali kepada kita sendiri. Alih-alih berkata, "Akh...apa ya yang menyebabkan hari ini tidak mood?", lebih baik berkata," Akh.. apa saja ya, kebahagiaan yang akan aku dapatkan hari ini?" atau " Bagaimana caranya ya, agar aku bisa nikmati hari ini dengan menyenangkan?"
Sehingga kemudian istilah "I Hate Monday" ini bisa kita terjemahkan (rodo mekso jane, haha...) I --Hate = Benci = Bener-bener Cinta -- Monday.
Huehehehe... salam ceria mas berow and mbak berow :D
Monday, January 13, 2014
Koran Positif Indonesia
"5 Anggota DPRD dipecat karena korupsi..."
"Satu anggota polisi tewas ditembak.."
"Seorang gadis diperkosa oleh kakek-kakek... "
Bagi sahabat yang merupakan penikmat koran, beberapa contoh kalimat headline di atas barangkali bukan hal yang asing lagi. Menarik? ya, sebuah hal yang menarik untuk mengamati kondisi media cetak maupun elektronik yang ada di negara ini. Sebuah hal yang menarik untuk meneliti seberapa besar pengaruh media di indonesia ini terhadap perkembangan karakter bangsa ini.
Ada sebuah pertanyaan menggelitik untuk Anda. Kira-kira, kalau Anda melihat dua berita di bawah ini, mana lebih dulu Anda baca :
1. "Siswa salah satu SMP di Indonesia berhasil menjuarai olimpiade kimia tingkat internasional"
2. "Seorang juara olimpiade kimia tingkat internasional terbukti memperkosa nenek-nenek"
Ayo, mana yang menarik minat Anda terlebih dahulu untuk membacanya? Hahaha.... sepertinya Anda memilihnya sambil senyum-senyum sendiri bukan? Boleh saya tebak? Kemungkinan besar jawaban Anda adalah berita nomor 2 bukan?
Ah.. oke... anyway, dalam sebuah workshop tentang Hypnosis, dijelaskan bahwa salah satu cara untuk masuknya sebuah sugesti pada seseorang adalah dengan adanya proses repetisi atau pengulangan. Semakin sering kita baca, semakin sering kita dengar dan juga barangkali kita rasakan maka sesuatu hal itu akan lebih mudah tersimpan dalam memori jangka panjang kita. Bisa jadi juga berpengaruh pada perilaku maupun karakter kita. Awalnya mungkin kita melihat berita korupsi, pembunuhan, pemerkosaan, penculikan, pertengkaran antar anggota dewan, itu semua adalah hal yang aneh. Tapi seiring dengan bertambahnya waktu, dengan semakin seringnya informasi-informasi tersebut diberitakan dalam media-media baik cetak maupun elektronik, menjadi sangat mungkin untuk hal-hal yang tadinya 'asing' tadi berubah menjadi hal yang biasa saja bahkan lumrah.
Seperti kasus seorang whistle blower dari Jawa Timur yang terpaksa meninggalkan rumahnya sendiri bersama keluarganya karena diusir oleh warga sekitar karena si whistle blower ini melaporkan seorang guru yang memaksa anaknya untuk memberi contekan kepada teman-temannya. Ironis sekali, dari informasi yang saya dapatkan, sebagian besar warga yang melakukan pengusiran justru menyampaikan bahwa yang namanya mencontek itu kan hal yang biasa. Hah!!!! Biasaa???? doeng!!
Begitulah wajah bangsa Indonesia, terwarnai setiap hari dengan sajian media cetak maupun elektronik yang tidak mendukung untuk pembentukan karakter unggul bangsa. Merindukan adanya sebuah koran yang isi didalamnya adalah semua hal positif yang ada di bangsa Indonesia ini. Mengenai kebudayaan bangsa, mengenai prestasi anak-anakbangsa, mengenai keunikan kuliner bangsa, mengenai artikel-artikel yang menginspirasi untuk menjadi lebih baik, mengenai perkembangan pertanian bangsa ini dan pembahasan positif yang lain.
Bolehlah saya usulkan judul korannya "Koran Positif Indonesia" :D
"Satu anggota polisi tewas ditembak.."
"Seorang gadis diperkosa oleh kakek-kakek... "
Bagi sahabat yang merupakan penikmat koran, beberapa contoh kalimat headline di atas barangkali bukan hal yang asing lagi. Menarik? ya, sebuah hal yang menarik untuk mengamati kondisi media cetak maupun elektronik yang ada di negara ini. Sebuah hal yang menarik untuk meneliti seberapa besar pengaruh media di indonesia ini terhadap perkembangan karakter bangsa ini.
Ada sebuah pertanyaan menggelitik untuk Anda. Kira-kira, kalau Anda melihat dua berita di bawah ini, mana lebih dulu Anda baca :
1. "Siswa salah satu SMP di Indonesia berhasil menjuarai olimpiade kimia tingkat internasional"
2. "Seorang juara olimpiade kimia tingkat internasional terbukti memperkosa nenek-nenek"
Ayo, mana yang menarik minat Anda terlebih dahulu untuk membacanya? Hahaha.... sepertinya Anda memilihnya sambil senyum-senyum sendiri bukan? Boleh saya tebak? Kemungkinan besar jawaban Anda adalah berita nomor 2 bukan?
Ah.. oke... anyway, dalam sebuah workshop tentang Hypnosis, dijelaskan bahwa salah satu cara untuk masuknya sebuah sugesti pada seseorang adalah dengan adanya proses repetisi atau pengulangan. Semakin sering kita baca, semakin sering kita dengar dan juga barangkali kita rasakan maka sesuatu hal itu akan lebih mudah tersimpan dalam memori jangka panjang kita. Bisa jadi juga berpengaruh pada perilaku maupun karakter kita. Awalnya mungkin kita melihat berita korupsi, pembunuhan, pemerkosaan, penculikan, pertengkaran antar anggota dewan, itu semua adalah hal yang aneh. Tapi seiring dengan bertambahnya waktu, dengan semakin seringnya informasi-informasi tersebut diberitakan dalam media-media baik cetak maupun elektronik, menjadi sangat mungkin untuk hal-hal yang tadinya 'asing' tadi berubah menjadi hal yang biasa saja bahkan lumrah.
Seperti kasus seorang whistle blower dari Jawa Timur yang terpaksa meninggalkan rumahnya sendiri bersama keluarganya karena diusir oleh warga sekitar karena si whistle blower ini melaporkan seorang guru yang memaksa anaknya untuk memberi contekan kepada teman-temannya. Ironis sekali, dari informasi yang saya dapatkan, sebagian besar warga yang melakukan pengusiran justru menyampaikan bahwa yang namanya mencontek itu kan hal yang biasa. Hah!!!! Biasaa???? doeng!!
Begitulah wajah bangsa Indonesia, terwarnai setiap hari dengan sajian media cetak maupun elektronik yang tidak mendukung untuk pembentukan karakter unggul bangsa. Merindukan adanya sebuah koran yang isi didalamnya adalah semua hal positif yang ada di bangsa Indonesia ini. Mengenai kebudayaan bangsa, mengenai prestasi anak-anakbangsa, mengenai keunikan kuliner bangsa, mengenai artikel-artikel yang menginspirasi untuk menjadi lebih baik, mengenai perkembangan pertanian bangsa ini dan pembahasan positif yang lain.
Bolehlah saya usulkan judul korannya "Koran Positif Indonesia" :D
Biarkan Saja, Lepaskan Saja..
Telah kusampaikan
Telah kucurahkan
Sebuah asa untuk bersama
Menjemput bahagia
Namun hati adalah hati
Hati tetap punya persepsi
Dan persepsi adalah misteri
Ya .. Misteri yang kan dibuka olehNya
Ah... entah siapapun nantinya
Ah.. entah siapa yang kan dipilihkanNya
Lebih baik aku kembali menyelam
Menelusuri bijak-bijak kedewasaan
Membangun pondasi harapan
Tersenyum
Lepaskan..
Mengijinkan sang hati memilih
Mengijinkan sang hati menyuarakan diri
Menentukan pendampingnya
Sahabat hati
Sahabat cinta
Telah kucurahkan
Sebuah asa untuk bersama
Menjemput bahagia
Namun hati adalah hati
Hati tetap punya persepsi
Dan persepsi adalah misteri
Ya .. Misteri yang kan dibuka olehNya
Ah... entah siapapun nantinya
Ah.. entah siapa yang kan dipilihkanNya
Lebih baik aku kembali menyelam
Menelusuri bijak-bijak kedewasaan
Membangun pondasi harapan
Tersenyum
Lepaskan..
Mengijinkan sang hati memilih
Mengijinkan sang hati menyuarakan diri
Menentukan pendampingnya
Sahabat hati
Sahabat cinta
Wednesday, January 1, 2014
Tentukan Sendiri "Nasibmu"
Alkisah, hiduplah satu keluarga burung pipit yang tinggal di atas pohon mangga. Kebetulan di bawah pohon mangga itu adalah rumah reyot milik seorang petani yang juga tinggal bersama keluarganya.
Keluarga pipit ini memiliki dua anak yang masih kecil-kecil. Setiap pagi hingga petang, ayah dan ibu pipit keluar mencari makanan untuk anak-anaknya yang masih kecil. Pada suatu hari, tidak sengaja anak-anak pipit mendengar suara pembicaraan antara petani dan anaknya, "Nak, besok pagi pergilah ke familimu yang ada diseberang, minta tolonglah pada mereka untuk membantu menebang pohon mangga yang ada di depan rumah kita ini. Kita perlu kayu untuk memperbaiki rumah kita" demikian kata petani kepada anaknya.
Demi mendengar pembicaraan antara petani dan anaknya ini, anak-anak pipit pun menjadi khawatir. Ketika bapak dan ibunya pulang, dilaporkanlah pembicaraan yang mereka dengar dari petani dan anaknya. Begitu mendengar laporan dari anak-anaknya, induk pipit hanya tersenyum dan berkata, "tenanglah anakku, semuanya akan baik-baik saja, tak ada satupun yang akan terjadi".
Esok harinya saat siang, saat ayah dan induk pipit kembali pergi mencari makanan, kembali anak-anak pipit mendengar pembicaraan lagi antara petani dan anaknya, "Ayah, ternyata famili kita di seberang sana sangat sibuk, mereka tidak bisa membantu kita, lalu apa yang harus kita lakukan?"Tanya anak petani kepada ayahnya. "Baiklah kalau begitu, pergilah sekarang ke tetangga kita , mintalah bantuan mereka, besok kita tebang pohon mangga untuk bahan rumah kita" jawab petani.
Mendengar pembicaraan yang kedua antara petani dan anaknya, anak-anak pipit kembali dihantui kekhawatiran. Maka saat ayah dan induknya pulang, dilaporkanlah apa yang mereka dengar. Kembali jawaban yang sama diterima oleh anak-anak pipit, "tenanglah anakku, semuanya akan baik-baik saja, tak ada satupun yang akan terjadi".
Pada hari ketika, di pagi hari ternyata sudah ada pembicaraan kembali antara petani dan anaknya, "Ayah, tetangga kita ternyata juga tidak bisa membantu kita untuk menebang pohon mangga itu, apa yang harus kita lakukan?" lapor sang anak petani. " Baiklah anakku, kalau begitu, besok pagi kita tebang sendiri pohon mangga itu" Jawab petani dengan mantap.
Sore harinya, saat ayah dan induk pipit pulang ke rumah, mereka heran, karena anak-anaknya tidak sekhawatir biasanya. Karena heran, maka ayah dan induk pipit pun bertanya, "Kenapa kalian tampak tenang? Apakah petani dan anaknya membatalkan rencananya?". Anak -anak pipit pun menjawab, " Tidak ayah, justru besok mereka akan menebang sendiri pohonnya"
Mendengar jawaban anaknya, terdengarlah jawaban dari ayah pipit, " Kalau begitu kita harus segera pindah dari sini, karena mereka tidak lagi menggantungkan nasibnya pada orang lain, mereka akan melakukannya sendiri. Mereka tidak akan menunggu lagi bantuan orang lain".
Semoga bermanfaat :)
Keluarga pipit ini memiliki dua anak yang masih kecil-kecil. Setiap pagi hingga petang, ayah dan ibu pipit keluar mencari makanan untuk anak-anaknya yang masih kecil. Pada suatu hari, tidak sengaja anak-anak pipit mendengar suara pembicaraan antara petani dan anaknya, "Nak, besok pagi pergilah ke familimu yang ada diseberang, minta tolonglah pada mereka untuk membantu menebang pohon mangga yang ada di depan rumah kita ini. Kita perlu kayu untuk memperbaiki rumah kita" demikian kata petani kepada anaknya.
Demi mendengar pembicaraan antara petani dan anaknya ini, anak-anak pipit pun menjadi khawatir. Ketika bapak dan ibunya pulang, dilaporkanlah pembicaraan yang mereka dengar dari petani dan anaknya. Begitu mendengar laporan dari anak-anaknya, induk pipit hanya tersenyum dan berkata, "tenanglah anakku, semuanya akan baik-baik saja, tak ada satupun yang akan terjadi".
Esok harinya saat siang, saat ayah dan induk pipit kembali pergi mencari makanan, kembali anak-anak pipit mendengar pembicaraan lagi antara petani dan anaknya, "Ayah, ternyata famili kita di seberang sana sangat sibuk, mereka tidak bisa membantu kita, lalu apa yang harus kita lakukan?"Tanya anak petani kepada ayahnya. "Baiklah kalau begitu, pergilah sekarang ke tetangga kita , mintalah bantuan mereka, besok kita tebang pohon mangga untuk bahan rumah kita" jawab petani.
Mendengar pembicaraan yang kedua antara petani dan anaknya, anak-anak pipit kembali dihantui kekhawatiran. Maka saat ayah dan induknya pulang, dilaporkanlah apa yang mereka dengar. Kembali jawaban yang sama diterima oleh anak-anak pipit, "tenanglah anakku, semuanya akan baik-baik saja, tak ada satupun yang akan terjadi".
Pada hari ketika, di pagi hari ternyata sudah ada pembicaraan kembali antara petani dan anaknya, "Ayah, tetangga kita ternyata juga tidak bisa membantu kita untuk menebang pohon mangga itu, apa yang harus kita lakukan?" lapor sang anak petani. " Baiklah anakku, kalau begitu, besok pagi kita tebang sendiri pohon mangga itu" Jawab petani dengan mantap.
Sore harinya, saat ayah dan induk pipit pulang ke rumah, mereka heran, karena anak-anaknya tidak sekhawatir biasanya. Karena heran, maka ayah dan induk pipit pun bertanya, "Kenapa kalian tampak tenang? Apakah petani dan anaknya membatalkan rencananya?". Anak -anak pipit pun menjawab, " Tidak ayah, justru besok mereka akan menebang sendiri pohonnya"
Mendengar jawaban anaknya, terdengarlah jawaban dari ayah pipit, " Kalau begitu kita harus segera pindah dari sini, karena mereka tidak lagi menggantungkan nasibnya pada orang lain, mereka akan melakukannya sendiri. Mereka tidak akan menunggu lagi bantuan orang lain".
Semoga bermanfaat :)
Miapah (Demi Apa/ Siapa)
"Eh, aku ga jadi ngasih itu pengemis, takutnya dikira sombong"
"Eh, mending aku ga usah jujur aja kali ya, nanti malah teman-temanku banyak yang menipu aku"
"Nanti kalau aku kebanyakan berbuat baik, dikiranya aku ada niatan lain dibaliknya"
"Ah, ngapain sih berbuat kebaikan, toh besok juga udah dilupain sama mereka semua"
Beberapa kalimat di atas barangkali pernah kita dengar atau bahkan kita ucapkan sendiri dalam aktivitas sehari-hari yang kita jalani. Kalimat bernada pesimistis, ketidakyakinan yang cenderung melemahkan semangat kita untuk melakukan sesuatu. Padahal, bukankah tak ada satupun hal di dunia ini yang mengandung risiko? Bukankah dalam setiap hal yang kita lakukan di dunia ini selalau ada dua kemungkinan yaitu kemungkinan terbaik dan kemungkinan terburuk.
Saat orang jalan kaki, maka kemungkinan terbaiknya adalah bisa jadi di jalan nemu emas seberat 1 kg dan dalam bungkusan emas itu ada tulisannya siapapun yang menemukan benda ini, maka dialah pemiliknya, barang ini halal 100%, huehehehe.. Nah terus kemungkinan terburuknya? Bisa jadi menginjak kotoran ayam yang masih cair yang akhirnya mengenai celana atau baju kita.
Saat orang tidur, kemungkinan terbaiknya adalah dia tidur dengan pulas, kalaupun mimpi maka mimpinya indah dan bangun dengan penuh semangat dan rasa syukur. Kemungkinan terburuknya? Pas tidur ada tikus masuk lalu buang air kecil di atas perut kita, tak lama kemudian jatuh lagi dari atas kotoran cicak yang melintas di atap kamar kita. Bisa? Semua bisa terjadi.
Maka saat kita ingin melakukan sebuah aktivitas, apalagi aktivitas itu adalah positif dan baik, lakukan saja. Lalu bagaimana kalau keputusan kita untuk melakukan aktivitas itu tidak tepat? Sudah kita bahas di atas, semua pasti ada kemungkinananya, semua ada resikonya.
Ada sebuah rangkaian kata-kata bagus yang menyebutkan seperti ini. "Keputusan yang kita buat pada sebuah masa adalah keputusan terbaik yang bisa kita buat pada masa itu dengan segenap sumber daya yang kita miliki saat itu". Apa tafsirannya? tak ada keputusan yang salah. Kalau saat kita masih TK, kita ditanya 2x8 berapa? Lalu kita menjawab 4, apakah itu keputusan salah? Menurut definisi di atas, keputusan kita untuk menjawab 4 adalah keputusan terbaik berdasarkan sumber daya (ilmu) yang kita miliki saat itu. Setelah kita menjawab, dan jawaban kita salah, orang yang lebih tahu akan memberikan tambahan sumber daya baru berupa pemahaman bahwa 2x8 adalah 16. Maka di saat berikutnya, ketika kita ditanyakan pertanyaan yang sama sudah pasti jawabannya adakan berbeda dengan jawaban yang dulu pernah disampauikan.
Demikian juga dengan kita dalam hidup ini. Saat kita tahu bahwa aktivitas yang akan kita lakukan adalah aktivitas yang baik, lakukan saja, kita akan belajar sebuah hal baru dari keputusan yang kita buat. Selanjutnya, kalau kita kembalikan lagi kepada hakikat keberadaan kita sebagai manusia, maka semuanya akan kembali pada hubungan antara kita dengan Tuhan, bukan demi yang lain. Kembali kepada niat kita menjalani aktivitas tersebut.
So, the questions is" MIAPAH " kamu melakukan semuanya?
Saya kutipkan puisi indah dari bunda Teresa.
Bila engkau baik hati, bisa saja orang lain menuduhmu punya pamrih; tapi bagaimanapun, berbaik hatilah.
Bila engkau jujur dan terbuka, mungkin saja orang lain akan menipumu; tapi bagaimanapun, jujur dan terbukalah.
Bila engkau mendapat ketenangan dan kebahagiaan, mungkin saja orang lain jadi iri; tapi bagaimanapun, berbahagialah.
Bila engkau sukses, engkau akan mendapat beberapa teman palsu, dan beberapa sahabat sejati; tapi bagaimanapun, jadilah sukses.
Apa yang engkau bangun selama bertahun-tahun mungkin saja dihancurkan orang lain hanya dalam semalam; tapi bagaimanapun, bangunlah.
Kebaikan yang engkau lakukan hari ini, mungkin saja besok sudah dilupakan orang; tapi bagaimanapun, berbuat baiklah.
Bagaimanapun, berikan yang terbaik dari dirimu.
Pada akhirnya, engkau akan tahu bahwa ini adalah urusan antara engkau dan Tuhanmu. Ini bukan urusan antara engkau dan mereka.
"Eh, mending aku ga usah jujur aja kali ya, nanti malah teman-temanku banyak yang menipu aku"
"Nanti kalau aku kebanyakan berbuat baik, dikiranya aku ada niatan lain dibaliknya"
"Ah, ngapain sih berbuat kebaikan, toh besok juga udah dilupain sama mereka semua"
Beberapa kalimat di atas barangkali pernah kita dengar atau bahkan kita ucapkan sendiri dalam aktivitas sehari-hari yang kita jalani. Kalimat bernada pesimistis, ketidakyakinan yang cenderung melemahkan semangat kita untuk melakukan sesuatu. Padahal, bukankah tak ada satupun hal di dunia ini yang mengandung risiko? Bukankah dalam setiap hal yang kita lakukan di dunia ini selalau ada dua kemungkinan yaitu kemungkinan terbaik dan kemungkinan terburuk.
Saat orang jalan kaki, maka kemungkinan terbaiknya adalah bisa jadi di jalan nemu emas seberat 1 kg dan dalam bungkusan emas itu ada tulisannya siapapun yang menemukan benda ini, maka dialah pemiliknya, barang ini halal 100%, huehehehe.. Nah terus kemungkinan terburuknya? Bisa jadi menginjak kotoran ayam yang masih cair yang akhirnya mengenai celana atau baju kita.
Saat orang tidur, kemungkinan terbaiknya adalah dia tidur dengan pulas, kalaupun mimpi maka mimpinya indah dan bangun dengan penuh semangat dan rasa syukur. Kemungkinan terburuknya? Pas tidur ada tikus masuk lalu buang air kecil di atas perut kita, tak lama kemudian jatuh lagi dari atas kotoran cicak yang melintas di atap kamar kita. Bisa? Semua bisa terjadi.
Maka saat kita ingin melakukan sebuah aktivitas, apalagi aktivitas itu adalah positif dan baik, lakukan saja. Lalu bagaimana kalau keputusan kita untuk melakukan aktivitas itu tidak tepat? Sudah kita bahas di atas, semua pasti ada kemungkinananya, semua ada resikonya.
Ada sebuah rangkaian kata-kata bagus yang menyebutkan seperti ini. "Keputusan yang kita buat pada sebuah masa adalah keputusan terbaik yang bisa kita buat pada masa itu dengan segenap sumber daya yang kita miliki saat itu". Apa tafsirannya? tak ada keputusan yang salah. Kalau saat kita masih TK, kita ditanya 2x8 berapa? Lalu kita menjawab 4, apakah itu keputusan salah? Menurut definisi di atas, keputusan kita untuk menjawab 4 adalah keputusan terbaik berdasarkan sumber daya (ilmu) yang kita miliki saat itu. Setelah kita menjawab, dan jawaban kita salah, orang yang lebih tahu akan memberikan tambahan sumber daya baru berupa pemahaman bahwa 2x8 adalah 16. Maka di saat berikutnya, ketika kita ditanyakan pertanyaan yang sama sudah pasti jawabannya adakan berbeda dengan jawaban yang dulu pernah disampauikan.
Demikian juga dengan kita dalam hidup ini. Saat kita tahu bahwa aktivitas yang akan kita lakukan adalah aktivitas yang baik, lakukan saja, kita akan belajar sebuah hal baru dari keputusan yang kita buat. Selanjutnya, kalau kita kembalikan lagi kepada hakikat keberadaan kita sebagai manusia, maka semuanya akan kembali pada hubungan antara kita dengan Tuhan, bukan demi yang lain. Kembali kepada niat kita menjalani aktivitas tersebut.
So, the questions is" MIAPAH " kamu melakukan semuanya?
Saya kutipkan puisi indah dari bunda Teresa.
Bila engkau baik hati, bisa saja orang lain menuduhmu punya pamrih; tapi bagaimanapun, berbaik hatilah.
Bila engkau jujur dan terbuka, mungkin saja orang lain akan menipumu; tapi bagaimanapun, jujur dan terbukalah.
Bila engkau mendapat ketenangan dan kebahagiaan, mungkin saja orang lain jadi iri; tapi bagaimanapun, berbahagialah.
Bila engkau sukses, engkau akan mendapat beberapa teman palsu, dan beberapa sahabat sejati; tapi bagaimanapun, jadilah sukses.
Apa yang engkau bangun selama bertahun-tahun mungkin saja dihancurkan orang lain hanya dalam semalam; tapi bagaimanapun, bangunlah.
Kebaikan yang engkau lakukan hari ini, mungkin saja besok sudah dilupakan orang; tapi bagaimanapun, berbuat baiklah.
Bagaimanapun, berikan yang terbaik dari dirimu.
Pada akhirnya, engkau akan tahu bahwa ini adalah urusan antara engkau dan Tuhanmu. Ini bukan urusan antara engkau dan mereka.
Botol dan Galon Kehidupan
Setiap manusia diciptakan di dunia ini dengan sebuah tujuan. Tujuan yang seperti apa? Secara pasti barangkali kita belum bisa menemukannya. Kita bisa melihatnya dari firman-firmanNya dalam kitab suci seperti " Tidaklah Aku ciptakan jin dan manusia melainkan untuk menyembahKu". Atau juga dalam firman yang lain "Tuhanku, sungguh tidak Kau ciptakan segala sesuatu dengan sia-sia. Maha Suci Engkau, maka hindarkanlah kami dari siksa api neraka".
Kalau manusia diciptakan dengan sebuah maksud, maka Tuhan tentu tidak akan membiarkannya hidup tanpa dibekali apapun. Oleh karenanya kita diberikan banyak potensi. Mulai dari potensi fisik, potensi pikir, juga potensi hati. Semuanya ada agar kita gunakan sebaik mungkin untuk menyelesaikan amanah yang telah diberikanNya dalam hidup ini.
Berarti manusia bisa jadi akan memiliki banyak peran dalam hidup ini? Tentu saja. Ada begitu banyak peran yang melekat dalam diri seorang manusia. Ambil contoh , seorang siswa SMA. Apa saja perannya dalam hidup? Pertama sebagai siswa, kedua sebagai anak, kemudian sebagai seorang laki-laki atai perempuan, lalu sebagai kakak atau adik dan masih banyak lagi peran yang lain. Lalu bagaimana agar semua peran ini bisa terjalani dengan baik?
Umpakan kita memiliki sebuah botol berukuran 600 ml berisi air separuhnya. Kemudian ada seseorang yang meminta kita air sebanyak 1 botol penuh. Apakah kita bisa memberikannya? Kecuali kita memiliki persediaan air yang lebih besar lagi dalam sebuah galon. Maka permintaan orang tersebut pastinya bisa kita penuhi bukan?
Sama seperti diri kita. Umpamakan bahwa diri kita sesungguhnya adalah galon yang berisi air tersebut. Dan botol-botol ukuran 600 ml itu adalah peran-peran yang harus kita jalani dalam hidup ini. Maka syarat agar banyak orang yang mendapatkan manfaat adalah ketika kita memiliki persediaan air yang cukup dalam galon tersebut. Itu artinya kita harus 'belanja' begitu banyak pengetahuan, ilmu baru, pengalaman baru, hikmah baru, dana apapun itu yang bisa kita gunakan untuk mengisi 'galon kehidupan' kita.
Keep learning guys!!
Perfect Love
Setiap sungai kan bermuara
Setiap jalan kan berujung
Setiap cerita akan ada penutup
Setiap perlombaan aka nada garis akhir
Sebuah kepastian adalah misteri
Dan misteri adalah milik Dia yang Maha
Maka saat takdirNya berbicara
Tak kan ada yang tak mungkin
Semua adalah mungkin dan pasti
Maka bersamamu adalah tuntunan takdir
Maka menemukanmu adalah bimbingan suci
Karena kekasih adalah sahabat jiwa
Karena menikah lebih dari sekedar persatuan
Maka menjadilah sebuah amanah
Untuk menjaga
Untuk merawat
Perjalanan hati agar bermuara bahagia
Perjalanan hati agar temukan makna
Engkau adalah anugerah
Engkau adalah keajaiban
Keajaiban yang Dia ijinkan
Untuk membersamai diri
Untuk merajut bahagia
You are the perfect love...
Karena kesempurnaan ada dalam proses
Karena di atas sempurna masih ada
Sang Maha Sempurna
KepadaNya bersimpuh memohon
Membimbing dua hati hambaNya
Yang telah dipersatukan
Modeler
Because I’m a modeler
I like together information
Yes cause I’m a modeler
I like together information
I look for behavior structure
Than I can..
Re order it or utilize it or install it
Because I’m a modeler
I like together information
Yes cause I’m a modeler
I like together information
I look for behavior structure
Than I can..
Re order it or utilize it or install it
Because I’m a modeler
Sepenggal lagu di atas adalah penggalan dari lagu milik grup band moonrever "Modeler". Lagu yang bagi saya sangat memberikan inspirasi, mengajarkan bahwa pada dasarnya setiap orang sudah memiliki sumber daya yang diperlukannya untuk mencapai apapun yang dia inginkan. Sumber daya itu bisa berasal dari internal, bisa juga berasal dari sisi eksternal.
Dalam lagu di atas, seakan ingin menyampaikan kepada kita bahwa "bersahabatlah" dengan informasi apapun yang sampai kepadamu. Berasal dari mana saja? Bisa jadi dari pengalaman apapun yang kita pernah alami. Baik itu pengalaman yang membahagiakan maupun menyedihkan (walaupun sedih dan bahagia itu juga sangat personal) yang pernah dialami sendiri. Bisa juga bisa dari pengalaman orang lain yang telah mencapai capaian tertentu dimana capaian yang telah dia capai adalah capaian yang juga kita inginkan.
Ambil contoh kalau kita ingin menjadi sosok yang percaya diri. Kita bisa akses seluruh pengalaman pecaya diri yang pernah kita alami, maupun dari pengalaman orang lain yang kita nilai cukup memiliki tingkat percaya diri yang baik. Karena setiap keberhasilan itu memiliki pola. Demikian juga dengan kondisi percaya diri.
Kalau kita ingin mengambiil dari pengalaman sendiri, maka tinggal mengingat lagi seluruh pengalaman percaya diri yang pernah kita alami sebelumnya. Lihat, bayangkan, dengarkan, rasakan bagaimana kondisi di sekitar kita saat dalam kondisi percaya diri itu. Pahami polanya, lalu ambil, gunakan dan install dalam diri kita.
Kalau kita ingin mengambil dari pengalaman orang lain, berarti kita perlu pelajari biografinya, kita perlu lebih mengenal mengenai belief apa saja yang ia miliki terkait aspek percaya diri. Usaha apa saja yang telah dia lakukan sehinggal dia bisa menjadi sosok yang begitu percaya diri. Kemudian prosesnya sama, kumpulkan, gunakan, dan install dalam diri kita.
Belajar tentang memodel, membuat kita akan ngeh dalam melihat sebuah peristiwa atau kejadian yang kita alami. akhirnya kita tidak hanya menilai dari yang tampak secara lahiriah, tetapi juga mau mempelajari bagaimana struktur di baliknya. Sehingga dengan mudah kita temukan pelajaran, hikmah-hikmah baru yang menjadikan kita semakin nikmati hidup ini.
Renungan Akhir Tahun
Tak terasa satu tahun hampir berlalu dari tanggal 1 januari 2013. Beberapa detik menjelang pergantian tahun, beberapa saat menjelang munculnya begitu banyak harapan baru dari sekian juga penduduk bumi. Harapan bagi siapapun yang sadar akan pentingnya sebuah harapan untuk tetap bersemangat dalam menjalani hidupnya.
Harapan yang akan memompa diri, pikiran dan jiwanya untuk mengeksplorasi begitu banyak potensi yang telah diitipkanNya kepadanya. Potensi luar biasa dimana setiap orang memiliki keunikannya masing-masing. Manusia adalah spesial, maka sudah seharusnya jika ia menghasilkan sesuatu yang spesial pula. Menjadi spesial berarti tidak hanya untuk dirinya sendiri melainkan juga ada manfaat yang terdistribusikan untuk banyak orang.
Tahun 2013 saya lalui dengan begitu banyak peristiwa penting dalam hidup saya. Mengawali dengan perencanaan yang ternyata masih banyak yang belum terealisasi. Lha, namanya juga rencana bay... iya sih, sadar sepenuhnya akan hal itu. Walaupun bagaimanapun juga, bisa berarti banyak hal terhadap ketidak tercapaian impian atau planning yang sudah disusun di awal tahun 2013.
Penyebabnya bisa jadi planning yang dibuat terlalu muluk-muluk sehingga menjadi sulit terealisasikan, bisa jadi juga kurangnya komitmen yang kuat untuk mewujudkan planning-planning tersebut. Untuk sebuah tujuan yang menyemangati dan memberikan sebuah pelajaran, saya memilih untuk memberikan penekanan pada kurangnya sebuah komitmen untuk mewujudkan planning-planning tersebut.
Karena memang mimpi tak seharusnya dikoreksi. Namanya juga mimpi, biasanya muluk-muluk, dan itulah sifat alami mimpi, terkait dengan imajinasi. Maka kalau ada mimpi yang pada akhirnya tidak terealisasi, tetap saja catatan mimpi-mimpi itu bermanfaat. Manfaat minimalnya adalah adanya sekumpulan ide yang sudah mulai ditanamkan pada pikiran, untuk berusaha mewujudkannya.
Tahun 2013 berlalu dengan menyisakan rasa penasaran, akan menjadi seberapa hebat dan seberapa besar saya ketika saya lebih serius dan komitmen dengan semua planning dan rencana up-grading diri yang tertata dengan baik. Yup, dengan tambahan sumber daya baru, keberadaan partner hidup, insya Allah...
Anyway, telah banyak anugerah yang diberikanNya selama 2013. Tak ada kata lain, kecuali bersyukur atas semuanya. Syukur yang melahirkan sebuah kebahagiaan. Syukur untuk mengingatkan bahwa tak ada satupun hal yang kita alami di dunia ini yang luput dari campur tangannya. Syukur bahwa kalau kita lihat bahwa capaian selama 2013 ini dibagi dalam beberapa aspek, tetap ada aspek-aspek yang mengalami peningkatan. Syukur bahwa diri semakin sadar untuk lebih mengoptimalkan segenap potensi yang dititipkan untuk sebanyak mungkin kemanfaatan
Harapan yang akan memompa diri, pikiran dan jiwanya untuk mengeksplorasi begitu banyak potensi yang telah diitipkanNya kepadanya. Potensi luar biasa dimana setiap orang memiliki keunikannya masing-masing. Manusia adalah spesial, maka sudah seharusnya jika ia menghasilkan sesuatu yang spesial pula. Menjadi spesial berarti tidak hanya untuk dirinya sendiri melainkan juga ada manfaat yang terdistribusikan untuk banyak orang.
Tahun 2013 saya lalui dengan begitu banyak peristiwa penting dalam hidup saya. Mengawali dengan perencanaan yang ternyata masih banyak yang belum terealisasi. Lha, namanya juga rencana bay... iya sih, sadar sepenuhnya akan hal itu. Walaupun bagaimanapun juga, bisa berarti banyak hal terhadap ketidak tercapaian impian atau planning yang sudah disusun di awal tahun 2013.
Penyebabnya bisa jadi planning yang dibuat terlalu muluk-muluk sehingga menjadi sulit terealisasikan, bisa jadi juga kurangnya komitmen yang kuat untuk mewujudkan planning-planning tersebut. Untuk sebuah tujuan yang menyemangati dan memberikan sebuah pelajaran, saya memilih untuk memberikan penekanan pada kurangnya sebuah komitmen untuk mewujudkan planning-planning tersebut.
Karena memang mimpi tak seharusnya dikoreksi. Namanya juga mimpi, biasanya muluk-muluk, dan itulah sifat alami mimpi, terkait dengan imajinasi. Maka kalau ada mimpi yang pada akhirnya tidak terealisasi, tetap saja catatan mimpi-mimpi itu bermanfaat. Manfaat minimalnya adalah adanya sekumpulan ide yang sudah mulai ditanamkan pada pikiran, untuk berusaha mewujudkannya.
Tahun 2013 berlalu dengan menyisakan rasa penasaran, akan menjadi seberapa hebat dan seberapa besar saya ketika saya lebih serius dan komitmen dengan semua planning dan rencana up-grading diri yang tertata dengan baik. Yup, dengan tambahan sumber daya baru, keberadaan partner hidup, insya Allah...
Anyway, telah banyak anugerah yang diberikanNya selama 2013. Tak ada kata lain, kecuali bersyukur atas semuanya. Syukur yang melahirkan sebuah kebahagiaan. Syukur untuk mengingatkan bahwa tak ada satupun hal yang kita alami di dunia ini yang luput dari campur tangannya. Syukur bahwa kalau kita lihat bahwa capaian selama 2013 ini dibagi dalam beberapa aspek, tetap ada aspek-aspek yang mengalami peningkatan. Syukur bahwa diri semakin sadar untuk lebih mengoptimalkan segenap potensi yang dititipkan untuk sebanyak mungkin kemanfaatan
Subscribe to:
Posts (Atom)