Lalu apa saja yang didapatkan oleh beliau?
Pertama, materi tentang "menghormati orang tua" terkuasai dengan baik oleh para siswanya. Indikator minimalnya adalah saat melihat respon para siswa pada saat mempresentasikan hasil karyanya masing-masing. Mereka sangat antusias dan terharu saat diminta menceritakan tentang orang-tuanya masing-masing, lengkap dengan kesehariannya. Creative!! Materi tidak hanya berupa teori, tapi mereka melakukan pengamatan langsung, mendengarkan dan juga merasakan bagaimana keseharian orang tuanya masing-masing.
Kedua, dari kerja kelompok ini, Pak J Sumardianta juga bisa mengenal lebih dekat pribadi masing-masing anak dengan latar belakang keluarganya. Ada sebuah cerita menarik saat seorang anak mempresentasikan karyanya. Waktu itu Pak J mengomentari gambar ibu dari salah seorang siswa, "wah ibumu masih muda dan cantik ya" kata pak J. Secara spontan sang siswa menjawab, "Iya lah pak, saya aja mau kok kawin sama dia".
Tentu saja jawaban 'aneh' ini mengundang pertanyaan dari pak J. Beliau akhirnya menanyakan maksud di balik jawaban sang anak ini. Ternyata wanita itu adalah ibu tirinya. Selama ini pun, sang anak tidak pernah tinggal dengan orang tuanya, melainkan bersama kakek-neneknya. Orang tuanya sudah lama berpisah sejak dia kecil.
Hal menarik di atas barulah salah satu diantara begitu banyak hal menarik lain yang muncul selama presentasi tugas berlangsung. Pak J tidak hanya kreatif mengemas penyampaian materi tetapi juga berhasil membangun sebuah hubungan emosional dengan anak didiknya. Modal yang sangat berharga untuk bisa mengarahkan perjalanan anak didiknya ke depan. Guru tidak hanya melihat dari sisi luar yang tampak dari seorang murid, tapi juga paham betul bagaimana latar belakang tiap-tiap siswa. "Sentuh hatinya, ciptakan longterm memori dalam pikirannya" demikian tips yang diusulkan oleh pak J dalam hal mengajar.
Pada saat sesi tanya jawab, pak J ditanya tentang bagaimana cara mengatasi permasalahan menyontek di kelas. Sebelum menjawab, beliau menyampaikan bahwa penyebab siswa mencontek itu karena model pembelajaran yang selama ini dilakukan adalah model hafalan padahal model hafalan itu tidak menarik bagi siswa. Model hafalan juga tidak terlalu bisa mengakomodir sebuah tujuan untuk internalisasi sebuah pemahaman dan aplikasi praktis dari setiap materi pelajaran bagi siswa.
Oleh karena itu, model ulangan harian yang diterapkan oleh pak J bukan ulangan tertulis, tetapi ulangan lisan atau model wawancara. Misalnya saja, materi ulangannya adalah siswa diminta membaca buku tertentu dan nantinya diminta menceritakan isi dan atau pemahaman siswa atas buku yang dibacanya. Selain ulangan lisan, pak J juga melaksanakan ujian atau ulangan dalam bentuk presentasi kelompok. Model yang memungkinkan tiap siswanya untuk saling bertukar ilmu dan pemahaman atas materi-materi yang diujikan. Ditinjau dari aspek soft skill belajar dan juga presentasi kelompok juga melatih team work dan juga leadership dalam diri setiap siswa.
Selain sharing mengenai beberapa metode mengajar yang beliau terapkan, Pak J ini juga membagikan ilmu dan pengalamannya dalam menulis. Beliau adalah kolumnis sebuah koran nasional dan juga pengarang buku. Beliau membagi pengalamannya terkait dengan bagaimana "menulis dengan hati". Kira-kira bagaimana yaa? Sampai jumpa di episode "Oleh-oleh pendidikan (bagian 3)....
to be continued....
No comments:
Post a Comment