Buku ini menurut
saya sangatlah menarik untuk dibaca. Menyajikan sebuah tips yang sungguh
berharga. Tips yang seolah biasa saja tetapi sebenarnya memiliki makna yang
dalam adanya.
Dalam buku ini
diceritakan bagaimana sosok Joe yang berupaya untuk mencari tahu apa sebenarnya
makna kesuksesan yang sebenarnya. Pada akhirnya, oleh rekannya diminta oleh
seseorang yang sering disebut dengan ‘orang tua’. Nama orang tersebut adalah
Pindar.
Pindar ini
akhirnya membantu Joe untuk menemukan apa yang dicarinya dengan cara
mempertemukannya dengan beberapa rekannya. Beberapa pertemuan yang membuat Joe
memahami mengenai 5 hukum kesuksesan dalam hidup. Walaupun syarat untuk mendapatkan
ke 5 hukum ini bukanlah hal yang mudah. Setiap hari di waktu makan siang,
Pindar akan meluangkan waktu untuk bercerita dan mempertemukan Joe dengan
rekan-rekannya yang sukses itu.
Lalu apa syaratnya? Jika dalam satu hari Joe
telah mendapatkan satu hukum, maka di hari yang sama, haruslah dipraktekkannya.
Jika tidak, tak ada kesempatan untuk bertemu Pindar di hari selanjutnya. Untuk
apa? tentu saja melanjutkan petualangannya untuk melengkapi 5 hukum kesuksesan
yang ingin dipelajarinya dari Pindar, sosok yang banyak orang begitu
mengaguminya. Berikut adalah kelima hukum-hukum itu.
Pertama adalah nilai anda
ditentukan oleh seberapa banyak yang bisa Anda berikan dalam bentuk nilai lebih
daripada pembayaran yang Anda peroleh.
Berbuat baik
kepada orang lain tak akan pernah melukai diri kita sendiri. Seperti halnya cerita Pindar yang pada waktu
ingin kencan pertama kali dengan pacarnya dulu. Saat ingin masuk rumah
pacarnya, dia sangat grogi, tak berapa lama, lewatlah seorang laki-laki tua
yang seolah tak melihatnya dan menabraknya. Laki-laki tua itu akhirnya meminta
maaf kepada Pindar karena telah membuatnya tidak nyaman.
Apa yang Pindar
lakukan? Alih-alih menjadi semakin marah karena merasa menang, Pindar justru
berkata “Oh tidak, saya tidak apa-apa. Kepala saya kuat sekali. Saya justru
khawatir Anda cidera karena sengaja
ingin mengadu kepala Anda dengan kepala saya”. Jawaban yang membuat si
laki-laki tua ini tertawa. Dan guess what? Laki-laki tua ini ternyata adalah
ayah pacarnya yang sampai pada saat Pindar menceritakan kisah ini, telah
menjadi istri Pindar.
Oleh Pindar, Joe
dipertemukan dengan sahabatnya yang dulunya adalah penjual hotdog dan sekarang telah
menjadi seorang pemilik kafe minuman juga mengembangkan bisnis property. Rekan Pindar yang pertama ini menceritakan bagaima bisnisnya berkembang dari
hanya menjual hotdog sampai akhirnya menjadi berhasil seperti sekarang ini.
Ternyata kuncinya adalah memberikan lebih dari apa ekpsektasi mereka.
Ernesto, nama
sahabat Pindar ini memiliki keahlian untuk mengingat warna favorit dari setiap
pelanggannya, mengingat moment-moment special dari anak-anak yang datang.
Karena keunikannya, anak-anak yang datang mengajak teman-temannya. Lalu
menceritakan kepada orang tua mereka. Orang tuanya mengajak rekan-rekannya juga
ke warung Ernesto dan jadilah Ernesto sosok yang dikenal, disukai orang lain
dan akhirnya dipercaya untuk menjadi partner bisnis para pelanggannya.
Lalu bagaimana Joe
menerapkan hukum yang pertama ini?
Selepas makan
siang bersama Pindar, Joe kembali ke kantornya. Tak lama kemudian, telepon
berbunyi. Ternyata itu dari temannya yang mengabarkan bahwa dia tak bisa membantu
untuk merekomendasikan kantor Joe guna memenangi sebuah proyek besar. Tentu
saja Joe sedih dan tak ingin berlama-lama berbincang dengan rekannya tersebut.
Namun, Joe ingat untuk menerapkan hukum yang perrtama ini. Apa yang dia
lakukan? Dia meminta temannya itu untuk menunggu sebentar, lalu Joe mencari
sebuah kartu nama seseorang dan merekomendasikan ke temannya tersebut karena
pemilik kartu nama ini akan bisa membantu untuk menyelesaikan proyek besar itu.
Joe telah berhasil mengalahkan egonya. Joe justru memberikan rekomendasi ke
temannya untuk menghubungi salah satu pesaing besar perusahaannya dalam bisnis
yang sama.
Joe LULUS!!
Hukum kedua, pendapatan
Anda ditentukan oleh berapa banyak orang yang Anda layani dan sebaik apa Anda
melayani mereka.
--to be continued--
No comments:
Post a Comment