Hari ini, Jumat 24 Mei 2013 adalah hari pengumuman kelulusan ujian untuk SMA/SMK/MA dan yang setara dengan itu. Mengingatkan saya pada masa beberapa tahun silam pada saat saya mengalami hal yang sama. Ya,tulisan LULUS pada saat itu menjelma menjadi sebuah kata sakti bagi siswa kelas 3 yang memang sudah saatnya berpindah ke jenjang kehidupan berikutnya.
Pada saat itu, saya dan teman-teman seangkatan tidak melakukan selebrasi yang aneh-aneh. Maklum, sekolah kami memang cukup terpandang di daerah saya (hahaha...) sehingga ucapan Alhamdulillaah sudah mewakili rasa bahagia yang dirasakan. Kemudian pulang, sampai di rumah ditanyai orang tua lulus atau tidak, lalu dipeluk, dikasih ucapan selamat, dan usailah sudah perayaan kelulusannya.
Nah, hari ini pada saat saya berjalan-jalan di seputar Malioboro, saya menjumpai begitu banyak kerumunan anak SMA yang baru lulus. Tak lupa dengan atribut seragam yang sudah berwarna-warni. Mereka nongkrong-nongkrong, bersantai, di tengah panasnya cuaca Jogjakarta. Sambil menaiki motor saya, saya hanya menoleh dan berkata dalam hati... "Ah, biasa". Ditambah komen lanjutan "apa ga sayang ya bajunya dicoret-coret gitu, kan masih bisa dipakai". Dilanjutkan dengan bonus komentar "Uangnya yang untuk beli pewarna baju itu kan bisa disedekahkan ya?". Hehe...ya itu menurut saya, tiap orang barangkali bisa memiliki pendapat yang berbeda.
Sambil melintas di dekat kerumunan pelajar yang bajunya berwarna-warni, perhatian saya kemudian teralihkan dengan serombongan siswa yang sepertinya juga sedang merayakan kelulusan. Mereka menggunakan seragam sama, berjaket khas sekolah tersebut dan berjalan menyusuri jalan setapak Malioboro. Saya penasaran pada ngapain ya mereka di sini. Kalau dilihat bajunya sih pada bersih-bersih semua, tapi kok pada bawa kertas sama kotak warna putih ya.
Akhirnya saya berhenti sebentar dan menanyakan kepada bapak tukang parkir yang ada di situ. "Pak, nyuwun pirsa, itu adek-adek yang pada pake jaket itu pada ngapain ya?" tanya saya. "Oh, mereka lagi ngadain perayaan kelulusan mas, bagi-bagi nasi kotak" jawab bapak tukang parkir ini dengan ramah.
Belum sempat saya melanjutkan bertanya, bapak ini menambahkan lagi "Yang kaya begini ini mas yang saya seneng. Saya dengan senang hati mendoakan mereka agar dimudahkan besok kerjanya". "Lho pak, kalau mereka mau kuliah dulu?" kata saya menanggapi bapak tersebut.. "Oh iya ding, ya pokoknya semoga mereka dapat yang baik-baik aja deh mas" jawab bapak parkir ini.
Saya pun melanjutkan perjalanan, sambil mengamati aktivitas yang dilakukan oleh para pelajar ini. Entah kenapa ada seperti rasa haru yang saya rasakan. Selain haru, ada rasa bangga dan bersyukur. Semoga di tangan merekalah nanti bangsa ini ke depan akan menjadi lebih baik lagi. Para pemuda yang sedari dini sudah mulai berpikir mengenai distribusi kemanfaatan, bukan pemuasan ego. Mereka yang barangkali memang sudah memahami filosofi syukur. Iya, syukur itu kan artinya terima kasih. Setelah menerima kabar yang membahagiakan mereka. Mereka kemudian berbagi (kasih) kepada orang-orang di sekitar mereka.
Yapp, Life is between "B" dan "D". Life is "C". Life is Choice. Ada begitu banyak pilihan yang bisa kita ambil dalam hidup. Manapun yang akan kita pilih adalah bukan tentang benar atau salah. Melainkan mana yang paling bermanfaat untuk diri kita.
So, kalau lulus? Mari berpesta!! Berpesta dengan kesadaran untuk menjadikan tahapan hidup berikutnya menjadi lebih baik. Berpesta dengan kebahagiaan dan rasa syukur, membaginya dengan orang-orang di sekitar kita dengan sebuah aktivitas yang bermanfaat.
Olraiiiiittt.... Salam sukses untuk generasi muda Indonesia!!
Friday, May 24, 2013
Tuesday, May 21, 2013
Only Time Will Tell
Mendengar
sebuah lagu dari Enya yang berjudul only time. Lagu yang menurut saya sangat inspiring
sekali. Mengingatkan mengenai pentingnya waktu, betapa sangat berartinya waktu
dalam kehidupan seseorang. Seperti juga yang sering disampaikanNya dalam
beberapa ayatNya dalam kitab suci. Demi Waktu… Demi Fajar… Demi Dhuha… dll.
Semakin menguatkan bahwa waktu memiliki peranan yang besar dan harus
diperhatikan dalam kehidupan seorang manusia.
Saya sendiri
mengakui dan menyadari bahwa waktu saya sehari-hari belum termanfaatkan dengan
baik. Seolah waktu berlalu dengan cepat, tanpa disadari, sekaligus juga tanpa
arti atau tanpa makna. Maksudnya? Iya, karena begitu banyaknya hal tak
bermanfaat yang dilakukan atau dengan kata lain tidak produktif. Oleh karena
itu saya menuliskan artikel ini, sekaligus agar saya sendiri juga memiliki
komitmen yang kuat untuk menjaga kualitas waktu saya.
Padahal
waktu ini kan juga amanah dariNya yang harus dipertanggungjawabkan. Sama
seperti usia yang dianugerahkan kepada kita. Waktu adalah bagian dari usia dan
usia adalah waktu itu sendiri. Wow, rumit ya? Dibuat mudah saja kalau begitu.
Bagi
beberapa orang, 1 jam mungkin bukan waktu yang berharga. Akan tetapi untuk
seseorang yang terjebak macet dan berada dalam sebuah taksi, maka 1 jam tentu
bernilai sangat tinggi. Waktu 5 menit mungkin juga tidak terlalu penting bagi
beberapa orang. Tapi bagi seorang pebisnis yang terlambat 5 menit dan
ketinggalan pesawat, maka 5 menit adalah waktu yang sangat berharga.
Lepas dari
semuanya, seharusnya kita menyadari betapa berharganya waktu, bahkan setiap
detiknya. Melalui waktulah kita bisa tahu bagaimana kualitas hidup seseorang..
Only Time..
Melalui waktulah kita bisa tahu bagaimana cinta bisa
bertumbuh… Only Time..
Melalui
waktu kita bisa tahu bagaimana arti
sebuah pertemuan.. Only Time..
Melalui
waktu kita bisa tahu kemana arah jalan hidup kita.. Only Time…
Seperti lagu
Enya berikut ini… ONLY TIME…
Who can say where the road goes
Where the day flows, only time
And who can say if your love grows
As your heart chose, only time
Who can say why your heart sighs
As your love flies, only time
And who can say why your heart cries
When your love lies, only time
Who can say when the roads meet
That love might be in your heart
And who can say when the day sleeps
If the night keeps all your heart
Night keeps all your heart
Who can say if your love grows
As your heart chose
Only time
And who can say where the road goes
Where the day flows, only time
Who knows? Only time
Where the day flows, only time
And who can say if your love grows
As your heart chose, only time
Who can say why your heart sighs
As your love flies, only time
And who can say why your heart cries
When your love lies, only time
Who can say when the roads meet
That love might be in your heart
And who can say when the day sleeps
If the night keeps all your heart
Night keeps all your heart
Who can say if your love grows
As your heart chose
Only time
And who can say where the road goes
Where the day flows, only time
Who knows? Only time
Friday, May 17, 2013
Pertengkaran vs Tulisan Tangan
Pak Admar dan bu Dwi adalah pasangan
suami istri. Masing-masing dari beliau berdua sudah pernah menikah sebelumnya.
Jadi pada saat beliau berdua menikah, itu adalah pernikahan kedua kali bagi
beliau masing-masing. Awalnya yang datang untuk konsultasi adalah Pak Admar.
Beliau ingin menanyakan mengenai solusi untuk permasalahan anaknya dari istri
yang terdahulu. Anaknya dicap oleh orang-orang sekitar mengalami kelainan
tertentu. Setelah beberapa saat membicarakan anak beliau, mulailah beliau
menceritakan mengenai permasalahan yang beliau sedang hadapi dengan istri
beliau yang kedua ini.
Menurut cerita beliau, istrinya
akhir-akhir ini sering komunikasi dengan banyak laki-laki termasuk mantan
suaminya dulu, bahkan waktunya sering kelewatan sampai tengah malam. Pak Admar
merasa tidak nyaman, bagi beliau trust dan
kejujuran adalah hal yang penting. Saat beliau sedang cerita, tak berapa lama
istrinya datang. Rupanya pak Admar mengundangnya untuk ikut ngobrol bersama
kami.
Istri pak Admar, bu Dwi pun akhirnya ikut berbincang bersama kami. Kami berbincang banyak hal, termasuk pengaruh beban emosi negatif di masa lalu terhadap kondisi saat ini. Pengaruh perasaan terhadap pikiran dan perilaku dan banyak lagi. Bu Dwi pun cerita bahwa masa lalu beliau dengan suami yang pertama sungguh tertekan. Suaminya sangat mengekang beliau, bahkan mengkhianati beliau dengan mencintai wanita lain. Setelah bercerai dan menikah dengan Pak Admar, beliau merasa memiliki kebebasan yang lebih.
Berteman dengan begitu banyak orang, termasuk dengan beberapa rekan laki-lakinya. Menurut bu Dwi, beliau nyaman dengan pola tersebut, dan tidak ada niat sedikitpun untuk berbuat macam-macam. Namun menurut suaminya, itu adalah hal yang salah dan tidak boleh dilakukan.
Akhirnya sebelum ke pokok permasalahan, iseng kami meminta beliau berdua untuk menuliskan sesuatu disebuah kertas kosong, untuk kami analisis tulisannya (ilmu ini dikenal dengan Graphologi/ analisis tulisan tangan). Segera setelah beliau berdua selesai, kami analisis sebentar dan hasil analisis pun kami sampaikan kepada beliau berdua. Hasil analisisnya adalah mengenai bagaimana karakter masing-masing. Setelah kami konfirmasikan, ternyata semuanya cocok dengan karakter yang masing-masing dimiliki.
Dari hasil analisis tulisan tangan tadi, kami gunakan untuk menyamakan persepsi masing-masing. Malam itu pun, akhirnya komunikasi beliau berdua sudah berjalan baik lagi. Pak Admar pun paham bahwa perilaku istrinya salah satunya dipengaruhi oleh timbunan emosi negative masa lalu yang barangkali belum semuanya terlepaskan sehingga menjadikan ada yang kurang pas dalam perilaku istrinya tersebut.
Semakin menyadari bahwa tidak ada satupun ilmu-Nya yang tidak bermanfaat. Semakin menyadari juga bahwa tidak ada satupun hal yang terjadi secara kebetulan, kenapa diminta pelajari tentang tulisan tangan? karena suatu hari akan ada manfaatnya. Minimal seperti yang ada di cerita ini...
....to be continued.... ke cerita unik yang lain....
Tuesday, May 14, 2013
Untuk Engkau Yang Terpilih
Dari hati aku menemukan
Kepada hati yang mulia aku dibimbing
Menjalani setiap langkah penuh kesabaran
Menjemput asa untuk kesempurnaan
Engkau yang terpilih
Merupakan anugerah atas pertemuan
Merupakan anugerah atas penerimaan
Merupakan amanah atas kepercayaan
Sungguh tak mudah tuk sebuah keputusan
Bersahabat dengan kesabaran dan waktu
Melantunkan segenap harapan dalam doa
Berharap terbimbing..tercerahkan..
Dan bukan tentang siapa atau bagaimana engkau
Melainkan atas dasar hati yang bicara
Ketika ikhlas dan pasrah terkumandangkan
Ketika ketulusan niat untuk mengabdi terucapkan
Maka biarlah semua jalan ini terlalui
Melewatinya dengan munajat yang tak henti
Agar terus terjaga...
Agar terus terbimbing...
Untuk engkau yang terpilih
Akan ada masa di mana akan ada perbedaan
Akan ada masa di mana akan terasa kelembutan kasih
Yang tak semua bisa tersampaikan saat ini
Maka yakinlah...
Maka berpasrahlah...
Satu jalan sudah terlalui
Mari menyusun
Mari merangkai
Perjalanan selanjutnya...
Untuk ridho dan bahagia
Kepada hati yang mulia aku dibimbing
Menjalani setiap langkah penuh kesabaran
Menjemput asa untuk kesempurnaan
Engkau yang terpilih
Merupakan anugerah atas pertemuan
Merupakan anugerah atas penerimaan
Merupakan amanah atas kepercayaan
Sungguh tak mudah tuk sebuah keputusan
Bersahabat dengan kesabaran dan waktu
Melantunkan segenap harapan dalam doa
Berharap terbimbing..tercerahkan..
Dan bukan tentang siapa atau bagaimana engkau
Melainkan atas dasar hati yang bicara
Ketika ikhlas dan pasrah terkumandangkan
Ketika ketulusan niat untuk mengabdi terucapkan
Maka biarlah semua jalan ini terlalui
Melewatinya dengan munajat yang tak henti
Agar terus terjaga...
Agar terus terbimbing...
Untuk engkau yang terpilih
Akan ada masa di mana akan ada perbedaan
Akan ada masa di mana akan terasa kelembutan kasih
Yang tak semua bisa tersampaikan saat ini
Maka yakinlah...
Maka berpasrahlah...
Satu jalan sudah terlalui
Mari menyusun
Mari merangkai
Perjalanan selanjutnya...
Untuk ridho dan bahagia
Thursday, May 9, 2013
Maka Selesaikanlah Kawan
Seperti kita sudah pahami bersama, bahwa manusia diciptakan di dunia ini mengemban sebuah amanah dari Tuhannya. Bukan amanah yang ringan tentu saja, tetapi semuanya sudah diukur sesuai dengan kemampuan masing-masing manusia untuk mengembannya. Selain itu, tentu DIA juga telah menitipkan bekal agar amanah yang terembankan kepada manusia ini bisa terlaksana dengan lancar. Bekal berupa apa? Lah..!!Banyak dong, manusia dikasih akal, dikasih tangan, kaki, mata, telinga, dll.
Eniwei... kalau kita ngomongin tentang amanah, maka kita baru sentuh dalam aspek gelobal alias global alias juga secara general. Terus secara detailnya gimana nih? Detailnya ya sebenarnya (mungkin lho yaa..)ada pada setiap hal apapun yang kita alami dalam hidup ini. Baik itu yang berbentuk sebuah masalah, sebuah anugerah, sesuatu yang mengarah pada bahagia atau bahkan sesuatu yang mengarah pada nestapa. Bisa macem-macem jenisnya. Semuanya itu kalau dirangkum akan bersatu dalam satu kata AMANAH dari Tuhan.
Jadi kalau kita sudah sadar akan hal ini, maka mau ga mau, apapun yang kita alami dalam hidup ini ya harus kita hadapi. Bahkan tidak cukup hanya dihadapi, tapi juga bagaimana kita menyelesaikannya. Maksudnya menyelesaikan apa tuh? Bagaimana kita tahu kalau itu sudah terselesaikan? Bukannya semuanya masih penuh misteri yak?
Iyaa siih... ya paling tidak ukurannya ya ada dalam diri kita atau bisa juga menurut aturan keumuman yang ada di sekitar. Misalnya aja nih, yang sedang dihadapi adalah kuliah. Maka apa ukuran selesai kuliah? Ya dapet ijazah, ikut wisuda, semua nilai lulus. Kalau yang dihadapi masalah? Minimaal untuk diri kita adalah kita dapet tuh, hikmah apa yang ingin disampaikanNya melalui masalah tersebut. Kalau terkait dengan orang, ya bagaimana akhirnya orang yang terkait dengan masalah itu bisa memahami dan damai.
Intinya sekali lagi adalah hadapi setiap apapun yang kita alami dalam hidup ini. Hadapi dengan pemahaman yang baik atas segala sesuatunya. Setelah dihadapi, ya tuntaskan sampai selesai, jangan cuma separuh-separuh alias nanggung. Belajar dalam hidup harus sepenuhnya, melihat dari sudut pandang yang luas, bukan sudut pandang yang nanggung atau setengah-setengah saja. Seperti halnya kisah berikut ini.
Suatu hari Jono, seorang anak kota sedang mengadakan wisata ke sebuah desa. Selama dua minggu, Jono dan teman-teman akan tinggal di desa tersebut. Suatu hari, Jono ingin mencoba menu nasi goreng di desa tersebut. Lalu pergilah Jono ke sebuah warung yang menjual nasi goreng itu.
"Pak pesen nasi Goyeng satu" kata Jono dengan lidah cedalnya yang tidak bisa mengucapkan "R" dengan baik.
"Apa Dek, di sini kagak ada menu nasi Goyeng, yang ada nasi Goreng. Sudah sana pulang dulu, kalau belum bisa bilang GORENG dengan baik, jangan dulu balik ke sini yaa..." jawab penjualnya menggoda Jono.
"Yaah...bapak, oke deh pak kalau gitu, besok saya pasti datang lagi" kata Jono dengan penuh keyakinan sambil berlalu.
Selama 3 hari Jono giat melatih lidahnya agar bisa mengucapkan "R:" dengan fasih. Pada hari ketiga, akhirnya berhasil juga Jono mengucapkan "Nasi GORENG" dengan baik. Denga bangga, Jono pun kembali mendatangi warung nasi Goreng itu. Melihat Jono datang lagi, bapak penjualnya pun segera bertanya kepada Jono.
"Wah...udah lancar nih kayaknya. Mau pesen apa dek" kata penjual nasi goreng memancing.
"Iyaa dong paak, saya pesan nasi GORRRRENG!!" jawab Jono sambil menekankan pada R nya agar terlihat mantap.
"Widii... siyap boooos, terus minumnya apa boos?"tanya penjual nasi gorengnya.
"Emmm... apa ya pak, Es JEYUK aja deh................."kata Jono
Penjual : Yaaaaaaaaaahh..........
Eniwei... kalau kita ngomongin tentang amanah, maka kita baru sentuh dalam aspek gelobal alias global alias juga secara general. Terus secara detailnya gimana nih? Detailnya ya sebenarnya (mungkin lho yaa..)ada pada setiap hal apapun yang kita alami dalam hidup ini. Baik itu yang berbentuk sebuah masalah, sebuah anugerah, sesuatu yang mengarah pada bahagia atau bahkan sesuatu yang mengarah pada nestapa. Bisa macem-macem jenisnya. Semuanya itu kalau dirangkum akan bersatu dalam satu kata AMANAH dari Tuhan.
Jadi kalau kita sudah sadar akan hal ini, maka mau ga mau, apapun yang kita alami dalam hidup ini ya harus kita hadapi. Bahkan tidak cukup hanya dihadapi, tapi juga bagaimana kita menyelesaikannya. Maksudnya menyelesaikan apa tuh? Bagaimana kita tahu kalau itu sudah terselesaikan? Bukannya semuanya masih penuh misteri yak?
Iyaa siih... ya paling tidak ukurannya ya ada dalam diri kita atau bisa juga menurut aturan keumuman yang ada di sekitar. Misalnya aja nih, yang sedang dihadapi adalah kuliah. Maka apa ukuran selesai kuliah? Ya dapet ijazah, ikut wisuda, semua nilai lulus. Kalau yang dihadapi masalah? Minimaal untuk diri kita adalah kita dapet tuh, hikmah apa yang ingin disampaikanNya melalui masalah tersebut. Kalau terkait dengan orang, ya bagaimana akhirnya orang yang terkait dengan masalah itu bisa memahami dan damai.
Intinya sekali lagi adalah hadapi setiap apapun yang kita alami dalam hidup ini. Hadapi dengan pemahaman yang baik atas segala sesuatunya. Setelah dihadapi, ya tuntaskan sampai selesai, jangan cuma separuh-separuh alias nanggung. Belajar dalam hidup harus sepenuhnya, melihat dari sudut pandang yang luas, bukan sudut pandang yang nanggung atau setengah-setengah saja. Seperti halnya kisah berikut ini.
Suatu hari Jono, seorang anak kota sedang mengadakan wisata ke sebuah desa. Selama dua minggu, Jono dan teman-teman akan tinggal di desa tersebut. Suatu hari, Jono ingin mencoba menu nasi goreng di desa tersebut. Lalu pergilah Jono ke sebuah warung yang menjual nasi goreng itu.
"Pak pesen nasi Goyeng satu" kata Jono dengan lidah cedalnya yang tidak bisa mengucapkan "R" dengan baik.
"Apa Dek, di sini kagak ada menu nasi Goyeng, yang ada nasi Goreng. Sudah sana pulang dulu, kalau belum bisa bilang GORENG dengan baik, jangan dulu balik ke sini yaa..." jawab penjualnya menggoda Jono.
"Yaah...bapak, oke deh pak kalau gitu, besok saya pasti datang lagi" kata Jono dengan penuh keyakinan sambil berlalu.
Selama 3 hari Jono giat melatih lidahnya agar bisa mengucapkan "R:" dengan fasih. Pada hari ketiga, akhirnya berhasil juga Jono mengucapkan "Nasi GORENG" dengan baik. Denga bangga, Jono pun kembali mendatangi warung nasi Goreng itu. Melihat Jono datang lagi, bapak penjualnya pun segera bertanya kepada Jono.
"Wah...udah lancar nih kayaknya. Mau pesen apa dek" kata penjual nasi goreng memancing.
"Iyaa dong paak, saya pesan nasi GORRRRENG!!" jawab Jono sambil menekankan pada R nya agar terlihat mantap.
"Widii... siyap boooos, terus minumnya apa boos?"tanya penjual nasi gorengnya.
"Emmm... apa ya pak, Es JEYUK aja deh................."kata Jono
Penjual : Yaaaaaaaaaahh..........
Wednesday, May 8, 2013
Merajut Makna, Menebar Kasih (Part 1)
Artikel ini sebenarnya merupakan lanjutan dari artikel sebelumnya yang berjudul "Komitmen Merokok?Mudah!!". Rencana awalnya memang hanya sampai pembahasan di artikel kemarin saja. Akan tetapi, setelah saya pertimbangkan lagi, ternyata masih banyak hal yang sepertinya memang perlu saya sharing di sini.
Seperti yang sudah kita ketahui bersama, bahwa sungguh semua yang terjadi di dunia ini tidak terjadi secara kebetulan. Master Ogway dalam film kungfu panda mengatakan there are no accidents , tidak ada yang kebetulan di dunia ini, semua terjadi karena suatu alasan. Artinya, siapapun, apapun yang kita temui dalam hidup ini, sesungguhnya mengandung sebuah makna yang sangat berharga apabila kita mau mencarinya.
Sebuah pepatah bijak mengatakan, setiap orang adalah guru bagi diri kita, setiap kejadian yang dialami adalah kelas untuk tempat kita belajar dan setiap detik yang kita lalui adalah pelajaran bagi diri kita. Kalau kita ambil salah satu kalimat dalam pepatah bijak tadi, misal dalam kata setiap orang adalah guru bagi diri kita, itu artinya, siapapun yang kita temui dalam hidup ini, baik itu menyenangkan ataupun tidak, pada dasarnya mereka adalah guru-guru luar biasa yang dikirimkanNya agar kita belajar.
Begitu juga menurut saya ketika dalam dua hari bertemu dengan bapak pimpinan institusi pemerintah ini (yang saya ceritakan dalam artikel Komitmen Merokok? Mudah!). Saya banyak belajar dari beliau mengenai bagaimana menjalani hidup ini dengan lebih menyenangkan. Selain nasehat mengenai komitmen dan niat yang tulus, saat saya tanya apa tips bapak menjalani hidup dan menjalankan amanah bapak? Beliau menjawab seperti ini.
"Pertama mas, perbanyaklah bersyukur, nikmati segala sesuatu yang kita terima, permudahlah jika memang bisa dimudahkan. Saya punya anak 3, dan saya memberikan keleluasaan bagi anak-anak saya untuk menentukan pilihan hidupnya masing-masing. Mereka mau ambil profesi apapun, ambil kuliah jurusan apapun, asalkan mereka senang dan bahagia, maka itu pula yang saya rasakan. Saya pun berupaya juga untuk tidak menjaga jarak dengan mereka.
Begitu juga dengan rekan-rekan partner kerja yang saya pimpin, saya berusaha untuk bisa dekat dengan merekal. Untuk meminta tanda tangan saya, tidak harus selalu di atas meja, kapanpun melihat saya dan mereka memerlukan, ya saya tanda tangani saat itu juga."
"Kedua mas, mengenai rejeki, tenang saja, semuanya sudah diatur dengan baik oleh Tuhan. Tidak perlu khawatir dengan pekerjaan apapun yang kita pilih, asal kita tekun, bersyukur, insya Allah pasti akan ada rejeki kok"
"Ketiga mas, perbanyak shalat malam ya mas. Saya sudah mengalaminya sendiri betapa luar biasanya dampak dari rajin menegakkan sholat malam ini. Alhamdulillaah..begitu banyak kemudahan, ketenangan yang saya rasakan dalam menjalani hidup dan semua amanah di dalamnya".
Sekedar tambahan saja, saya memang melihat beliau ini memiliki wibawa yang luar biasa sekali saat berbicara. Semua yang dipimpinnya begitu segan dengan beliau, tapi juga bisa tetap dekat. Wallahu Alam, apakah ini salah satunya juga pengaruh dari sholat malam yang rutin beliau tegakkan.
"Keempat mas, kalau saya sendiri hampir setiap hari mennyempatkan untuk olah raga, minimal jalan kaki mas. Yah, untuk mensyukuri nikmat dan titipanNya berupa tubuh ini mas. Selain itu, kalau sehari saja saya tidak jalan kaki mas, rasanya tubuh ini menjadi kurang nyaman" (batin saya, ooo..pantes di usianya yang sudah mendekati pensiun, beliau masih tampak bugar).
Karena masih terkait dengan fisik, saya pun iseng bertanya "Ngomong-ngomong, bapak istirahat sehari berapa jam pak?" Beliau pun menjawab " Tidak pasti mas, saya memang mengurangi waktu istirahat saya". "Lho terus dipakai buat apa pak, kok dikurangi?" tanya saya lagi.
"Ya itu tadi mas, saya gunakan untuk lebih banyak mendekat kepada Tuhan, berdzikir, sholat malam. Saya pernah tidur jam 1 jam 2 pagi dan saya tetap bisa bangun jam 3 atau jam 4 dalam keadaan segar. Kuncinya ya minta sama Tuhan saja mas, karena Dia yang Maha Mengatur, kalau kita mintanya beneran dan dengan tulus, insya Allah dikabulin kok. Ya walaupun usahakan bisa seimbang, tidak terlalu sering sampai larut."
Wah...Subhanallah Alhamdulillaaah... saya bersyukur sekali bisa mendapatkan begitu banyak ilmu dan pengalaman lewat seorang 'guru' yang Allah kirimkan ini. Nah, yang saya tahu, ilmu itu akan semakin berkah saat disyukuri dan dibagi. Salah satu wujud syukur adalah Alhamdulillaah, atau Terima Kasih yang artinya juga saat kita sudah menjalani proses terima maka langkah selanjutnya adalah kasihkan kepada siapapun yang memerlukannya.
Sampai jumpa ke part 2, karena masih ada lagi hal-hal bermakna yang Alhamdulillaah saya dapatkan dari pengalaman mengelola pelatihan bersama institusi pemerintah ini. CU next time....
Sugeng enjang.... :)
Seperti yang sudah kita ketahui bersama, bahwa sungguh semua yang terjadi di dunia ini tidak terjadi secara kebetulan. Master Ogway dalam film kungfu panda mengatakan there are no accidents , tidak ada yang kebetulan di dunia ini, semua terjadi karena suatu alasan. Artinya, siapapun, apapun yang kita temui dalam hidup ini, sesungguhnya mengandung sebuah makna yang sangat berharga apabila kita mau mencarinya.
Sebuah pepatah bijak mengatakan, setiap orang adalah guru bagi diri kita, setiap kejadian yang dialami adalah kelas untuk tempat kita belajar dan setiap detik yang kita lalui adalah pelajaran bagi diri kita. Kalau kita ambil salah satu kalimat dalam pepatah bijak tadi, misal dalam kata setiap orang adalah guru bagi diri kita, itu artinya, siapapun yang kita temui dalam hidup ini, baik itu menyenangkan ataupun tidak, pada dasarnya mereka adalah guru-guru luar biasa yang dikirimkanNya agar kita belajar.
Begitu juga menurut saya ketika dalam dua hari bertemu dengan bapak pimpinan institusi pemerintah ini (yang saya ceritakan dalam artikel Komitmen Merokok? Mudah!). Saya banyak belajar dari beliau mengenai bagaimana menjalani hidup ini dengan lebih menyenangkan. Selain nasehat mengenai komitmen dan niat yang tulus, saat saya tanya apa tips bapak menjalani hidup dan menjalankan amanah bapak? Beliau menjawab seperti ini.
"Pertama mas, perbanyaklah bersyukur, nikmati segala sesuatu yang kita terima, permudahlah jika memang bisa dimudahkan. Saya punya anak 3, dan saya memberikan keleluasaan bagi anak-anak saya untuk menentukan pilihan hidupnya masing-masing. Mereka mau ambil profesi apapun, ambil kuliah jurusan apapun, asalkan mereka senang dan bahagia, maka itu pula yang saya rasakan. Saya pun berupaya juga untuk tidak menjaga jarak dengan mereka.
Begitu juga dengan rekan-rekan partner kerja yang saya pimpin, saya berusaha untuk bisa dekat dengan merekal. Untuk meminta tanda tangan saya, tidak harus selalu di atas meja, kapanpun melihat saya dan mereka memerlukan, ya saya tanda tangani saat itu juga."
"Kedua mas, mengenai rejeki, tenang saja, semuanya sudah diatur dengan baik oleh Tuhan. Tidak perlu khawatir dengan pekerjaan apapun yang kita pilih, asal kita tekun, bersyukur, insya Allah pasti akan ada rejeki kok"
"Ketiga mas, perbanyak shalat malam ya mas. Saya sudah mengalaminya sendiri betapa luar biasanya dampak dari rajin menegakkan sholat malam ini. Alhamdulillaah..begitu banyak kemudahan, ketenangan yang saya rasakan dalam menjalani hidup dan semua amanah di dalamnya".
Sekedar tambahan saja, saya memang melihat beliau ini memiliki wibawa yang luar biasa sekali saat berbicara. Semua yang dipimpinnya begitu segan dengan beliau, tapi juga bisa tetap dekat. Wallahu Alam, apakah ini salah satunya juga pengaruh dari sholat malam yang rutin beliau tegakkan.
"Keempat mas, kalau saya sendiri hampir setiap hari mennyempatkan untuk olah raga, minimal jalan kaki mas. Yah, untuk mensyukuri nikmat dan titipanNya berupa tubuh ini mas. Selain itu, kalau sehari saja saya tidak jalan kaki mas, rasanya tubuh ini menjadi kurang nyaman" (batin saya, ooo..pantes di usianya yang sudah mendekati pensiun, beliau masih tampak bugar).
Karena masih terkait dengan fisik, saya pun iseng bertanya "Ngomong-ngomong, bapak istirahat sehari berapa jam pak?" Beliau pun menjawab " Tidak pasti mas, saya memang mengurangi waktu istirahat saya". "Lho terus dipakai buat apa pak, kok dikurangi?" tanya saya lagi.
"Ya itu tadi mas, saya gunakan untuk lebih banyak mendekat kepada Tuhan, berdzikir, sholat malam. Saya pernah tidur jam 1 jam 2 pagi dan saya tetap bisa bangun jam 3 atau jam 4 dalam keadaan segar. Kuncinya ya minta sama Tuhan saja mas, karena Dia yang Maha Mengatur, kalau kita mintanya beneran dan dengan tulus, insya Allah dikabulin kok. Ya walaupun usahakan bisa seimbang, tidak terlalu sering sampai larut."
Wah...Subhanallah Alhamdulillaaah... saya bersyukur sekali bisa mendapatkan begitu banyak ilmu dan pengalaman lewat seorang 'guru' yang Allah kirimkan ini. Nah, yang saya tahu, ilmu itu akan semakin berkah saat disyukuri dan dibagi. Salah satu wujud syukur adalah Alhamdulillaah, atau Terima Kasih yang artinya juga saat kita sudah menjalani proses terima maka langkah selanjutnya adalah kasihkan kepada siapapun yang memerlukannya.
Sampai jumpa ke part 2, karena masih ada lagi hal-hal bermakna yang Alhamdulillaah saya dapatkan dari pengalaman mengelola pelatihan bersama institusi pemerintah ini. CU next time....
Sugeng enjang.... :)
Aku Benci Ucapanmu, tapi Aku Cinta Kamu (Kata Berbicara - Part 1)
Fitrah manusia saat terlahir di dunia ini adalah baik. Manusia adalah makhluk ciptaanNya yang paling sempurna dibandingkan dengan ciptaanNya yang lain.Artinya, jika kita melihat seseorang dengan berlepas diri dari perilaku yang dimilikinya, maka tak ada kata lain kecuali baik. Lho, kalau semua dibilang baik, kok ada orang yang dipenjara, kok ada penjahat?
Sekali lagi, semua adalah baik, saat kita pisahkan antara diri orang tersebut sebagai mannusia dengan perilakunya. Maka saat ada istilah kurang baik, tidak baik, jelek, tidak sopan, dan lain sebagainya, itu semua adalah perilakunya. Mari kita biasakan untuk membedakan dua hal ini, seseorang itu sendiri dengan perilakunya. Terlihat sekilas itu memang bukan sesuatu yang mudah, tapi bisa kita lakukan.
Oke mari kita lihat contohnya. Saat kita punya saudara kandung, lalu suatu saat dia mengatakan sesuatu yang membuat diri kita tidak nyaman, kita bisa saja berkata "Aku benci kamu". (titik) Nah, saat kita mengatakan demikian, maka seolah-olah seluruh hal yang melekat pada dirinya tertutup dengan label tidak baik. Padahal, bisa jadi pada masa-masa yang lalu, saudara kita ini sering berbuat baik kepada kita. Atau kalaupun tidak sering berbuat baik, minimaaal pasti ada deh satu atau dua kali dia berbuat baik sama kita.
Terus, gimana nih cara menyampaikan yang lebih pas? (menurut saya lhooo) Cara menyampaikan yang lebih pas adalah " Aku tidak suka dengan ucapanmu yang kemarin, tapi aku sayang kamu dan kamu tetap saudaraku ". Rasanya pasti berbeda bukan? Pada saat kita mengucapkan kalimat kedua ini, kesadaran kita lebih muncul. Kita pun melihat tidak hanya dari satu sudut pandang saja, yaitu ketidaknyamanan yang telah dia perbuat, tetapi juga menyeimbangkannya dengan sisi lain dari dirinya yaitu sisi kebaikan yang pernah dia lakukan.
Oke, sepertinya pembahasan ini masih sangat bisa berlanjut panjang. Sementara dicukupkan sekian dulu... kita akan lanjutkan segmen Kata Berbicara ini di part 2...
to be continued.....
Oke mari kita lihat contohnya. Saat kita punya saudara kandung, lalu suatu saat dia mengatakan sesuatu yang membuat diri kita tidak nyaman, kita bisa saja berkata "Aku benci kamu". (titik) Nah, saat kita mengatakan demikian, maka seolah-olah seluruh hal yang melekat pada dirinya tertutup dengan label tidak baik. Padahal, bisa jadi pada masa-masa yang lalu, saudara kita ini sering berbuat baik kepada kita. Atau kalaupun tidak sering berbuat baik, minimaaal pasti ada deh satu atau dua kali dia berbuat baik sama kita.
Terus, gimana nih cara menyampaikan yang lebih pas? (menurut saya lhooo) Cara menyampaikan yang lebih pas adalah " Aku tidak suka dengan ucapanmu yang kemarin, tapi aku sayang kamu dan kamu tetap saudaraku ". Rasanya pasti berbeda bukan? Pada saat kita mengucapkan kalimat kedua ini, kesadaran kita lebih muncul. Kita pun melihat tidak hanya dari satu sudut pandang saja, yaitu ketidaknyamanan yang telah dia perbuat, tetapi juga menyeimbangkannya dengan sisi lain dari dirinya yaitu sisi kebaikan yang pernah dia lakukan.
Oke, sepertinya pembahasan ini masih sangat bisa berlanjut panjang. Sementara dicukupkan sekian dulu... kita akan lanjutkan segmen Kata Berbicara ini di part 2...
to be continued.....
Label:
NLP
Tuesday, May 7, 2013
The Art of Happiness (Part 2)
Ya... semua terjadi karena suatu alasan. Maka tak perlu kita terlalu sering membandingkan diri kita dengan orang lain, kecuali mengenai ilmu dan amal. Kenapa ilmu dan amal? karena berlomba-lomba dalam kebaikan itu diijinkan bukan? asalkan masih dalam koridor yang sewajarnya.
Selain itu? Alih-alih berpikir mau membandingkan diri dengan orang lain, mendingan banyakin syukurnya saja kan? Salah satu resep bahagia adalah dengan bersyukur. Bersyukurlah...maka akan ditambahkanNya kepada kita nikmat... Kira-kira demikianlah redaksional dari salah satu ayat di kitab suci. Kalau kita ingin terjemahkan ini kalimat dengan keterbatasan logika manusia, maka akan menjadi seperti ini Kalau kita bersyukur, akan ditambahkan nikmat, saat kita belum merasa perkembangan nikmat (baca : bahagia) itu tandanya belum bersyukur. Simple kan?
Oke, balik ke istilah semua terjadi karena suatu alasan. Saat kita menyadari betul apa makna dari istilah ini, maka setiap hal apapun yang sedang kita alami atau sedang kita kerjakan pun akan memiliki value yang berbeda. Karena memang makna dibalik kata 'alasan' itu sangatlah dalam. Iya, alasan yang tidak lain tidak bukan adalah mengacu kepada tugas manusia di dunia ini untuk beribadah kepadaNya.
Barangkali ilustrasi berikut bisa membantu...
Pada suatu hari tersebutlah ada 3 orang pekerja yang ketiganya adalah pekerja bangunan untuk membangun sebuah tempat ibadah. Tak berapa lama lewatlah seorang pemuda yang kemudian bertanya kepada ketiga pekerja tersebut. Pertanyaannya sama "bapak sedang ngapain di sini?".
Pekerja pertama menjawab dengan ketus"Memangnya kamu engga liat apa, jelas saya lagi nata batu bata gini kok"
Pekerja kedua menjawab dengan jawaban yang tak kalah ketus "Kurang kerjaan ya kamu, ya namanya juga pekerja bangunan, ya kita lagi kerja biar dapet duit"
Pekerja ketiga menjawab "Alhamdulillaah mas, ini sedang membangun tempat ibadah. Saya tidak bisa menyumbang materi, maka saya akan bekerja sebaik-baiknya agar bangunan ini berkualitas tinggi sehingga aman saat digunakan untuk beribadah"
Well, sama kondisinya, tetapi menjadi berbeda pemaknaannya antara satu orang dengan orang yang lain. Pekerja ketiga ini memiliki sudut pandang yang lebih dalam dalam memaknai aktivitas yang sedang dia kerjakan, sementara 2 pekerja yang lainnya belum memiliki itu.
Sama seperti kisah seorang karyawan hotel yang tugasnya setiap hari adalah memeriksa kondisi semua pintu kamar hotel tempat dimana dia bekerja. Saat ditanya "Pak, apakah bapak tidak bosan setiap hari kerjaannya hanya memeriksa pintuu saja?" Lalu bapak ini menjawab "Tugas saya lebih dari hanya sekedar memeriksa pintu. Saya sadar bahwa yang menginap di hotel ini begitu banyak. Ada bapak yang memiliki keluarga, ada bos yang memilliki banyak karyawan, ada seniman yang memiliki banyak penggemar dan masih banyak lagi. Saya sangat tidak ingin hanya karena pintu rusak, sehingga aktivitas beliau semua terganggu. Apalagi jika terjadi kondisi darurat seperti adanya banjir, kebakaran atau apapun itu. Jangan sampai jiwa mereka melayang hanya gara-gara pintu yang tidak bisa dibuka"
(to be continnued - part 3)
Monday, May 6, 2013
Komitmen Merokok?? Mudah!!
Beberapa hari yang lalu lembaga
training saya mendapatkan order untuk memberikan pelatihan kepada kurang lebih
60 orang pegawai salah satu instansi pemerintah di Jawa Tengah. Mereka menginap
satu malam di Kaliurang dan baru paginya dilaksanakan outbond di salah satu
lokasi di daerah Kaliurang Yogyakarta.
Di sela-sela acara, saya
menyempatkan diri untuk berbincang dengan seorang bapak yang merupakan pimpinan
dari instansi tersebut. Mulai dari menanyakan hal-hal yang umum mengenai
keluarga beliau, aktivitas pekerjaan, sampai dengan meminta nasehat kepada
beliau tentang bagaimana menjalani kehidupan. Namun sementara ini yang akan saya
share-kan bukan tentang nasehat-nasehat apa saja yang beliau berikan kepada
saya, melainkan beberapa pengalaman hidup beliau.
Saat ini beliau memiliki tiga
anak. Anak nomor pertama masih kuliah di salah satu fakultas kedokteran di
salah satu universitas di Jawa. Anak kedua masih SMP kelas 3 dan anak ketiga
masih SD kelas 6. Nah, cerita menarik dimulai saat beliau memiliki anak kedua,
yang berjenis kelamin laki-laki.
Sebelumnya bapak ini termasuk
perokok berat. Bayangkan saja, dalam satu hari, bapak ini bisa menghabiskan 6
bungkus rokok. Enam bungkus rokok itu sudah termasuk 2 bungkus rokok kretek.
Jika semuanya adalah rokok filter, maka sang bapak ini bisa menghabiskan 7
bungkus sekaligus. Asumsikan saja dalam satu bungkus rokok berisi 12 batang
rokok, artinya dalam satu hari beliau ini merokok kurang lebih 72-84 batang
rokok. Jika waktu tidur diasumsikan 8 jam dan masih ada sisa 16 jam (960
menit), maka itu artinya kurang lebih setiap 11 menit sekali bapak itu
menghisap satu batang rokok. Wow!! keren sekali bukan?
Kalau dilihat dari statistik di
atas dan menurut komentar salah satu teman yang (kebetulan) beliau juga
merokok, bapak ini termasuk perokok
berat. Tentu bukan sebuah hal yang mudah untuk berhenti bagi orang yang masuk
dalam kategori ini. Namun apa yang terjadi pada bapak ini? Bisakah beliau
akhirnya menghentikan kebiasaan rokoknya? atau malah makin parah?
Jawabannya adalah beliau akhirnya
total berhenti dari kebiasaan merokok. Lho kok bisa? Iya bisa. Lalu apa yang
beliau lakukan sehingga akhirnya beliau berhasil melakukannya? Ya pastinya
karena izin Allah dan perantaranya adalah kelahiran anak kedua beliau yang
berjenis kelamin laki-laki.
Beliau sadar, bahwa salah satu
model kepemimpinan yang efektif bagi seorang anak adalah keteladanan. Beliau
sangat tidak ingin anak laki-lakinya nanti ikut merokok seperi ayahnya. Maka
demi memberikan contoh kepada anaknya, semenjak kelahiran anak keduanya
tersebut, sang bapak ini menanamkan komitmen kepada dirinya bahwa mulai saat
itu beliau berhenti dari merokok.
Berhasilkan? iya, berhasil.
Sampai terakhir kemarin saya berjumpa dengan beliau, beliau sudah tidak
merokok. Komitmen yang disertai dengan ketulusan niat untuk sebuah pendidikan
karakter yang baik kepada anaknya telah menjadikan bapak ini berhenti dari
kebiasaan merokoknya. Bapaknya pun berkata "Komitmen merokok? Mudah memang. Komitmen berhenti merokok? Bisa jadi juga lebih mudah, asalkan memiliki komitmen disertai dengan ketulusan niat yang berdasar kuat".
Thursday, May 2, 2013
Pemuda Pejuang Pendidikan
Salah satu filosofi beliau yang sangat terkenal adalah Ing Ngarsa Sung Tuladha, Ing Madya Mangun Karsa, Tut Wuri Handayani. Sebuah filosofi yang maknanya sangat dalam dan sering dijadikan salah satu bahan dalam pembahasan mengenai kualitas kepemimpinan seseorang. Pemimpin itu di depan memberikan suri tauladan yang baik untuk menginspirasi yang dipimpinnya. Setelah yang dipimpin sudah terjaga untuk melakukan hal baik yang dicontohkan, maka dia membaur dengan yang dipimpin, memunculkan inspirasi bagi yang dipimpin. Lalu selanjutnya, tentu saja adalah selalu siap sedia untuk memberikan support atau dorongan bagi mereka yang dipimpin.
Kalau kita bicara tentang kepemimpinan, sudah jamak kita pahami bahwa setiap diri kita pada dasarnya adalah seorang pemimpin, minimal memimpin diri sendiri. Munculnya seorang pemimpin yang berkarakter, itu harus melalui sebuah proses. Sebuah proses yang diperlukan untuk memunculkan pemimpin yang berkarakter adalah adanya sebuah sistem pendidikan yang baik. Baik itu sistem pendidikan dalam sekolah, dalam organisasi, dalam keluarga, dalam diri dan lain sebagainya. Siapa yang bertanggung jawab menyusun dan mengaplikasikan sistem pendidikan yang baik? Negarakah? Depdiknas? Menurut saya, semua orang yang paham dan sadar akan pentingnya pendidikan perlu melibatkan diri memberikan sumbangsihnya dalam rangka menjadikan sistem pendidikan di negara ini menjadi lebih baik lagi. Apakah yang sudah senior saja yang berpikir dan memberikan sumbangsihnya terhadap pendidikan? Tentu saja tidak, bahkan yang muda pun bisa juga memberikan sumbangsih idenya.
Saya jadi teringat pada waktu saya diminta untuk berbagi di salah satu komunitas yang bernama Inspirator Muda Purworejo. Saya memang berasal dari Purworejo sehingga akhirnya diminta untuk berbagi di komunitas ini. IMP ini adalah sekumpulan anak muda Purworejo yang rata-rata sebagian besar masih menjadi mahasiswa di Yogyakarta, yang mereka mengabdikan diri dalam dunia pendidikan di daerahnya. Aktivitas kuiliah yang harus mereka jalani tidak menyurutkan semangat mereka untuk berbagi. Mereka mengalokasikan satu hari dalam seminggu (hari sabtu) uintuk pulang ke Purworejo dan berbagi ilmu dengan adek-adek Sekolah Dasar di beberapa daerah terpencil di Purworejo.
Dari cerita yang saya dapatkan dari mereka yang terlibat dalam gerakan ini, awal munculnya IMP ini dilatar belakangi keinginan mereka menjadikan daerah asal mereka menjadi lebih maju dari sebelumnya. Mereka sadar betul bahwa mereka bisa menjadi seperti sekarang ini karena bekali ilmu dan pendidikan yang telah mereka dapatkan sebelumnya. Baik itu semasa mereka menjadi siswa TK, SD, SMP, SMA dan tentu saja dari pendidikan orang tua dan lingkungan di daerah asalnya. Ada keinginan untuk melakukan semacam balas budi kepada daerah yang telah membesarkan mereka. Nah, karena mereka sadar bahwa mereka belum bisa memberikan sumbangsih dalam bentuk materi, maka jalur pendidikan inilah yang akhirnya mereka pilih.
Mereka mencari sekolah-sekolah dasar mana di Purworejo yang berada di lokasi yang cukup terpencil, dan sekolah yang terpilih itulah yang dijadikan tempat mereka untuk berbagi ilmu. Ilmu apa saja, baik terkait akademis maupun non akademis. Saya iseng bertanya kepada mereka? Lho pendanaannya dari mana untuk program ini? Hebatnya mereka menjawab seperti ini "Sementara ini, dengan dana pribadi kami masing-masing.Kami ingin tunjukkan dulu bahwa program ini benar-benar ada dan sudah berjalan, bermanfaat, serta mendapat apresiasi positif dari pihak sekolah dan masyarakat. Setelah itu, baru kami membuka keran donasi bagi siapapun yang ingin terlibat dalam kegiatan ini. Dalam jangka panjang tentu kami akan memerlukan, seiring dengan semakin berkembangnya cakupan kegiatan ini".
"Kami ingin ada program beasiswa, kami masih menemukan bahwa banyak SD terpencil yang masih minim sarana untuk pengembangan IT, kami menemukan begitu banyak potensi terpendam dari beberapa siswa yang seharusnya bisa dikembangkan, kami menemukan pola pengajaran guru yang masih perlu diperbaiki. Untuk bisa mencakup semuanya, tentu ke depan kami juga akan membutuhkan sumber daya materi, walaupun tanpa itu pun, tidak akan menyurutkan langkah kami untuk terus berbagi" demikia lanjutan penjelasan mereka.
Sungguh sebuah aktivitas generasi muda yang sangat perlu diapresiasi. Mereka tidak hanya berpikir untuk dirinya sendiri tapi sudah mulai berpikir untuk sebuah kemanfaatan dalam skala yang lebih luas. Semoga dari mereka-mereka inilah akan lahir para pemimpin bangsa yang lebih baik lagi. Selanjutnya dari adek-adek yang mereka didik ini, semoga juga bisa menjadi generasi penerus yang bisa melanjutkan tongkat estafet kepemimpinan selanjutnya.
Semoga para generasi muda di daerah lain yang belum memiliki program seperti ini juga terinspirasi untuk melakukan hal yang identik dengan apa yang telah dilakukan rekan-rekan generasi muda Purworejo ini. Saat generasi muda sudah sadar sejak awal untuk terlibat dalam pembangunan bangsa ini. Semoga inilah awal untuk kemajuan bangsa Indonesia ini ke depannya.
Selamat hari pendidikan nasional!!
Subscribe to:
Posts (Atom)