Life is beautiful…
Life is choice…
Life is today….
Beberapa jargon di atas adalah beberapa jargon yang saya yakin sudah pernah anda baca (minimal baru saja bukan?he2). Jargon yang begitu powerfull ketika dimaknai dengan baik. Jargon-jargon yang begitu memberdayakan ketika terinstall dalam diri seseorang yang terbiasa mencermati, merasakan, atau bahkan mendengarkan dengan baik, apapun yang dialaminya, apapun yang dijumpainya dalam kehidupan sehari-hari.
Nah, sebelum saya memulai cerita yang ingin saya bagikan kepada rekan-rekan semua, untuk mengawali saya akan bahas sedikit beberapa jargon yang ada di atas.
Life is beautiful…ya, betapa hidup ini begitu indah dengan segala keanekaragaman yang ada di dalamnya. Life is choice..ya bukankah kemampuan anda untuk memilih respon dari sebuah stimulus akan membuat anda semakin fleksibel dalam menjalani setiap hal yang anda hadapi?. Life is today.. ya, bukankah hidup yang sebenarnya adalah hari ini? Karena masa kemarin sudah berlalu… masa kemarin adalah sejarah, masa depan? Ya, tentu masa depan adalah sebuah misteri yang kita tidak pernah tahu apa yang akan terjadi ke depan. Maka orang yang memahami betul jargon ini akan menjadikan saat ini sebagai sebuah masa untuk senantiasa memberikan yang terbaik terhadap apapun, siapapun, yang ada di sekitarnya..sekarang.
Baiklah, setelah rekan-rekan mencermati, mungkin juga membayangkan dan merasakan beberapa kalimat di atas, saya rasa sudah saatnya saya memulai sebuah cerita yang semoga memberikan tambahan hikmah kepada rekan-rekan semua.
Beberapa hari yang lalu saya diminta oleh direktur saya untuk menghadiri sebuah pertemuan yang dihadiri oleh beberapa klinik kesehatan yang ada di sekitar Jawa Barat, Jawa Tengah, DIY, dan Jawa Timur. Waktu pertemuan dijadwalkan jam 14.00 dimulai di sebuah hotel di Solo. Saat itu saya baru siap berangkat jam 13.00 dan untuk menghemat waktu, saya putuskan untuk menggunakan kereta api. Sampai di stasiun, kereta sudah hampir berangkat, tapi Alhamdulillah masih diberikan kesempatan untuk naik. Alhamdulillah masih bisa duduk juga akhirnya.
Well, di kereta, saya duduk bersebelahan dengan seorang pria paruh baya. Kalau dilihat dari cara beliau berpakaian, saat itu saya nebaknya beliau is a businessman. Nah, untuk memastikan saya coba ajak beliau berdiskusi. Tidak banyak informasi yang saya dapatkan, tetapi bapaknya tetap menjawab dengan ramah. Tak lama kemudian, bapak tersebut berdiri karena ada seorang wanita yang masuk dari pemberhentian kereta di sebuah stasiun (hehe… keduluan bapaknya si, saya juga mau berdiri sebenarnya ). “Silakan duduk mbak ….” Kata bapaknya mempersilakan dengan ramah.
Nah, karena bapaknya berdiri, dan kebetulan berdirinya agak jauh dari tempat saya duduk. Perbincangan saya lanjutkan dengan bapak yang sepertinya adalah rekan bapak yang awal tadi. Dari perbincangan sekilas saya terkejut karena ternyata orang saya ajak bicara sebelumnya, beliau adalah seorang jenderal bintang tiga. Sejenak saya tertegun, dan kemudian terkagum-kagum dengan sosok bapaknya ini setelah mendengar cerita dari bapak yang kedua ini. Beliau cerita bahwa bapak jenderal ini lebih memilih naik kereta api dibandingkan naik alat transportasi lain,…”beliau juga sedang puasa lho mas,,”hey, luar biasa ya bapak jenderal tadi, batin saya. So, dari hikmah ini saya belajar satu hikmah, entah bagaimana yang sebenarnya, tapi paling tidak saya telah belajar mengenai salah satu sifat pemimpin, sederhana, peduli dengan sesama serta koneksi yang terjalin dengan baik pada Sang Khalik. Dalam hati saya sungguh bersyukur, Ya Allah, terima kasih…Engkau izinkan diri ini untuk membuka hati, membuka pikiran.. menyerap begitu banyak hikmah di sekitar hamba.
Sudah selesai? Oo..tentu saja belum. Perbincangan masih saya lanjutkan dengan bapak sang pendamping pak jenderal. Nah, dari beliau saya dapat pembelajaran mengenai parenting. Beliau dikaruniai 4 putera dan hampir semuanya memiliki prestasi dibidangnya masing-masing. Ada yang atlet basket nasional, ada yang punya prestasi akademis bagus, dan macam-macam. Iseng-iseng saya tanya,…”lho bapak apa tidak pernah mengarahkan putera-puterinya untuk menjadi seperti bapak?” dan Jawab beliau, “ Sebagai orang tua, kami hanya mendukung mas, kami lebih bahagia jika anak-anak kami bahagia dengan pilihan mereka masing-masing, dan peran kami adalah mendorong, menguatkan… agar mereka bisa berhasll di bidangnya masing-masing”. Kembali saya harus berkata WOW!! Untuk yang kedua kalinya. Saya pikir, bapak ini sudah menerapkan apa yang disebut CINTA, ya…cinta adalah pertemuan dua kau, yang melahirkan pertanggungjawaban antara dua aku tersebut. Dari cerita bapak tersebut, ada dua aku, aku dari anaknya dan aku dari bapaknya, masing-masing saling menghormati dan menghargai dan bertanggung jawab dengan perannya masing-masing. Lho, lha terus maksudnya Cuma ada satu aku apa ya? Satu aku berarti dalam sebuah hubungan yang melibatkan dua orang atau lebih, hanya ada satu aku yang dominan. Misalnya hubungan anak dan orang tua, satu aku berarti ketika orang tua memaksakan kehendaknya pada anaknya. Atau seorang kekasih yang begitu possessive pada pasangannya, memaksakan kehendaknya.
Masih ada lagi mas? Lho masih ada, satu hal lain yang sata ambil dari bapak ini adalah ketika beliau menyampaikan prinsip beliau, “mas… prinsip saya dalam mendidik anak adalah memberikan kesempatan mereka berkembang dengan potensinya dan yang lebih penting lagi adalah…saya selalu menjaga betul agar apapun yang mereka terima dari orang tuanya adalah barang yang halal, saya pengen mereka dapat input yang baik, rezeki yang bersih dari bapak ibunya”…Hmm, subhanallah…kembali saya harus mengucap syukur, Alhamdulillah, Ya Allah, terima kasih…Engkau izinkan diri ini untuk membuka hati, membuka pikiran.. menyerap begitu banyak hikmah di sekitar hamba.
Tidak terasa, sudah hampir satu jam di kereta, tiba saatnya turun. Saat itu saya turun di stasiun Purwosari. Nah, untuk menuju hotel, hotelnya namanya Lor IN, saya menggunakan taksi, kabarnya si kalau jalan kaki atau naik becak jauh (hehe…). Saya keluar stasiun, dan naik sebuah taksi yang udah ngetem di daerah sana. Nah, saya praktikkan ni ilmu komunikasi saya (membangun rapport/ keakraban dengan siapapun yang diajak berkomunikasi). Well, pertama yang saya cari adalah nama si Sopir taksi, namanya pak Wardiyanto. Oke, bahan pacing pertama ni. Bahan pacing kedua, saya gunakan bahasa jawa halus (krama inggil) untuk memulai percakapan.
Hasilnya? Luar biasa, kembali mendapatkan himah baru dari cerita pak Sopir ini. Ya, beliau sudah jadi sopir di akhir tahun 70-an. Saat saya tanya jumlah putera-puterinya berapa pak? Beliau jawab..”Wah, banyak mas, saya punya enam orang anak”. Mendengar jawaban beliau, rasa ingin tahu saya justru semakin besar untuk menggali lebih jauh tentang beliau. “Lha, bapak selain jadi sopir taksi apa ada sambilan lain pak, istri apakah juga bekerja?”, kira-kira begitu pertanyaan saya. Jawab beliau. “saya kerja saya hanya ini mas, mau nyambi gimana lha wong pulangya aja sudah malam, ada libur sehari saya gunakan untuk istirahat, istri saya, ya di rumah mas, siapa lagi yang akan ngurus anak-anak saya kalau istri saya juga bekerja”. Akhirnya pak wardiyanto pun cerita banyak mengenai keluarganya, Dari ke enam orang anaknya, tinggal satu yang belum lulus, itu pun sekarang sudah tingkat SMK kata beliau. Dua orang anaknya berhasil menyelesaikan kuliah, bahkan anaknya yang pertama menjadi manajer di salah satu perusahaan.
Ada beberapa kalimat yang beliau sampaikan, yang bagi saya sungguh mempunyai makna yang luar biasa. Saat itu beliau menyampaikan, “ Sebenarnya kalau dilogika ga mungkin mas, dengan pekerjaan saya yang hanya jadi sopir taksi, saya harus hidupi keluarga saya. Tapi selalu ada saja bantuan yang saya terima dari Allah SWT ketika saya sedang kesulitan biaya, dan akhirnya masalahnya pun terpecahkan. Dan walaupun penghasilan saya pas-pasan mas, saya tetap punya prinsip agar penghasilan yang saya terima halal, dan tentang cukup atau tidaknya, saya serahkan saja kepada Dia yang member amanah, Allah SWT”.
Untuk ketiga kalinya saya harus berkata, WOW!! Subhanallah…. Satu lagi, usia beliau sudah hampir mencapai kepala enam, tapi apa yang beliau sampaikan, “mas, selagi saya masih diberikan kekuatan, saya tetap ingin berusaha dengan kemampuan saya untuk mendapatkan rizki. Anak saya sudah menawari pekerjaan lain yang lebih nyaman, tapi untuk saat ini saya menikmati pekerjaan yang sesuai dengan keahlian saya ini, saya masih memiliki tanggungan satu anak yang belum selesai sekolahnya”. Allahu Akbar, begitu gigih bapak ini untuk terus menggaungkan ikhtiar membuat jalur-jalur rizki dari Dia Yang Maha Pemberi Rizki.
Dari pak wardiyanto, saya belajar beberapa hal, mengenai sebuah keyakinan (iman adanya Sang Khalik), mengenai sebuah kepasrahan, mengenai sebuah kegigihan, dan juga tentang parenting (… “mas, kalau istri saya bekerja, siapa yang didik anak-anak saya? Kebanggan saya adalah ketika melihat anak-anak saya jadi anak yang baik, berbakti dan mereka bisa berhasil ke depan. Saya pulang sudah larut malam, siapa yang akan menemani mereka sehari-hari?”…), dengan keterbatasan yang beliau miliki, beliau begitu peduli dengan pendidikan keluarganya. Sekali lagi bukan lagi tentang materi, melainkan sebuah tanggung jawab yang diiringi dengan sebuah keyakinan, kepasrahan, keikhlasan, serta ikhtiar yang tanpa henti.
Dan akhirnya, sebelum saya turun membuka pintu, kembali saya merasa wajib untuk kembali menyampaikan Ya Allah, terima kasih…Engkau izinkan diri ini untuk membuka hati, membuka pikiran.. menyerap begitu banyak hikmah di sekitar hamba, sambil bersyukur, saya ucapkan terima kasih kepada pak wardiyanto, sopir taksi yang telah mengajarkan banyak hal kepada saya.
Sahabat semua…. Ada begitu banyak hikmah di sekitar kita, dari apapun yang kita alami, dari apapun yang kita cermati, dari apapun yang kita dengarkan atau rasakan, apakah itu menyenangkan atau menyedihkan. Apakah itu berupa nikmat, atau berupa tantangan atau ujian hidup. Dan sekali lagi, hikmah akan tergali jika kita mengijinkan hati kita, pikir kita untuk terbuka, melihat, mendengarkan, merasakan dari berbagai sisi dan sudut pandang. Yakinlah bahwa ada sebuah maksud baik yang tersembunyi dari apapun yang diberikanNya, yang ditampakkanNya pada kita semua. So, bagaimana resep yang jitu untuk bisa menggali banyak hikmah di sekitar kita, mari kita sama-sama terus berbenah, benahi diri, dan tentu saja perhatikan betul nutrisi untuk hati kita. Orang yang peduli pada hati, maka hatinya pun akan menjadi penuntun baginya untuk menjadi berhati-hati meniti sebuah jalan hidup yang disediakan olehNya…Illahi robbi.
*re-post from my notes on FB at July, 2010