Beberapa waktu yang lalu, kami mengadakan sebuah pelatihan yang isinya adalah salah satu aplikasi Neuro Linguistic Programming. Namanya sebut saja Perceptual Position (PerPos), teknik ini memungkinkan seseorang untuk melihat sebuah hal dari banyak persepsi. Seperti kita ketahui bersama bahwa pada dasarnya setiap orang sudah memiliki seluruh sumber daya yang ia perlukan untuk mencapai atau mendapatkan apa yang ia inginkan.
Menggunakan teknik ini, akan memudahkan kita untuk mengekspolrasi sumber daya yang kita miliki untuk menyelesaikan permasalahan yang kita hadapi. Apa saja fungsinya? Bisa digunakan saat kita mengalami perbedaan persepsi dengan orang lain yang membuat kita tidak nyaman. Bisa juga digunakan saat kita memerlukan tambahan ide untuk bisnis yang sedang digeluti dan masih banyak lagi.
Kalau dalam ilmu Psychology, ada istilah empty chair yang masuk dalam kategori gestalt therapy. Prinsip PerPos ini mirip dengan istilah yang saya sebutkan tadi. Inti dari teknik ini adalah terhadap permasalahan yang sedang kita hadapi, kita memperankan diri kita menjadi peran yang berbeda-beda. Beberapa kali teknik ini saya praktikkan untuk membantu beberapa sahabat saya.
Seperti saat sahabat saya memiliki permasalahan dengan sahabatnya. Sambil ngobrol di sebuah kafe, saya praktikkan teknik ini. Pertama saya minta dia untuk duduk di sebuah kursi dan saya siapkan satu kursi kosong di depannya. Saya minta dia untuk bayangkan sahabatnya ini duduk di kursi tersebut. Setelah itu, saya minta dia untuk menyampaikan semua unek-uneknya itu kepada 'sahabat'nya yang ada di kursi tersebut.
Saya katakan padanya bahwa 'sahabatnya' yang ada di kursi ini tidak akan bisa melakukan apapun, dia hanya diam dan akan mendengarkan semua yang disampaikan.
Satu sesi perbincangan selesai. Selanjutnya saya minta dia untuk berpindah ke kursi yang ada di depannya, dia saya minta untuk berperan seolah-olah menjadi sahabatnya ini. Dalam posisi ini, saya minta si 'sahabat' ini menjawab apa yang disampaikan oleh seseorang yang ada di kursi depannya.
Dua sesi perbincangan selesai. Setelah selesai di kursi kedua, saya minta dia untuk berdiri, berperan menjadi sosok bijaksana yang dia kagumi. Saya minta 'sosok bijaksana' ini untuk memberikan nasehat kepada sosok 'dia' yang ada di kursi paling awal tadi. Apa saja yang sebaiknya dilakukan agar permasalahannya segera terselesaikan.
Finally, saya minta dia untuk kembali ke kursi awalnya lagi. Saya minta dia untuk meresapi semua hikmah yang telah didapatkannya selama proses tadi. Amazing, mulailah dia menangis, sambil menyampaikan bahwa ternyata ada banyak hal yang lebih perlu dia pahami dari sahabatnya. Dia pun sadar harus memulai sebuah perubahan dari dirinya sendiri terlebih dahulu jika ingin mengharapkan orang berubah.
Monday, December 23, 2013
Monday, December 16, 2013
Mau Dibawa Ke Mana Hubungan Kita?
Saat melihat judulnya, saya yakin yang ada di benak pembaca adalah "judul lagu". Kata teman saya, "ah lagu cemen itu mas, lagunya penggalau". Hehehe.. saya memilih untuk tersenyum saja mendengar komentarnya. Bukankah pemaknaan kita terhadap sesuatu itu sangat personal sekali ya? Kembali ke masing-masing orangnya kan?
Ada sebuah hal yang menarik saat saya mendengar lagu ini pertama kali. Sebuah ketertarikan yang membuat saya mendengarkan lagu ini berulang kali, mengamati setiap liriknya. Dan akhirnya, menurut saya, beginilah makna yang bisa saya ambil dari lagu ini.
Semuanya telah kuberi
(Engkau telah Ku berikan potensi, bekal hidup yg begitu lengkap)
Dengan kesungguhan hati
(Dengan kuasaKu)
Untukmu hanya untukmu
(Hanya uttkmu wahai manusia, bukan ke yg lain)
Tak perlu kau tanya lagi
(Tak usah kau tanyakan)
Siapa pemilik hati ini
(Siapa yg kuberikan akal dan rasa?)
Kau tahu pasti dirimu
(Hanya engkau wahai manusia)
Tolong lihat aku
(Perhatikan semua bentuk kasih sayangKu itu)
Dan jawab pertanyaanku
(Dan jawablah..)
[chorus]
Mau dibawa kemana hubungan kita
(Bagaimana engkau akan menjalani hubungan antara seorang hamba dan Rabbnya?)
Jika kau terus menunda-nunda dan
Dan tak pernah nyatakan cinta
(Jika kau terus menunda utk melakukan banyak kebaikan, utk menjadikan dirimu manfaat utk orang lain yg harusnya kau niatkan semua karena kecintaanmu padaKu)
Mau dibawa kemana hubungan kita
Ku tak akan terus jalani
(Bagaimana engkau bisa terus membersamaiKu)
Tanpa ada ikatan pasti antara kau dan aku
(Jika dalam menjallani ssemuanya, takpernah ada kesadaran keillahian di dalamnya)
Ahaa.. sekali lagi, ini hanya menurut saya.... setuju atau tidak? personal sekali... semoga bermanfaat :)
Ada sebuah hal yang menarik saat saya mendengar lagu ini pertama kali. Sebuah ketertarikan yang membuat saya mendengarkan lagu ini berulang kali, mengamati setiap liriknya. Dan akhirnya, menurut saya, beginilah makna yang bisa saya ambil dari lagu ini.
Semuanya telah kuberi
(Engkau telah Ku berikan potensi, bekal hidup yg begitu lengkap)
Dengan kesungguhan hati
(Dengan kuasaKu)
Untukmu hanya untukmu
(Hanya uttkmu wahai manusia, bukan ke yg lain)
Tak perlu kau tanya lagi
(Tak usah kau tanyakan)
Siapa pemilik hati ini
(Siapa yg kuberikan akal dan rasa?)
Kau tahu pasti dirimu
(Hanya engkau wahai manusia)
Tolong lihat aku
(Perhatikan semua bentuk kasih sayangKu itu)
Dan jawab pertanyaanku
(Dan jawablah..)
[chorus]
Mau dibawa kemana hubungan kita
(Bagaimana engkau akan menjalani hubungan antara seorang hamba dan Rabbnya?)
Jika kau terus menunda-nunda dan
Dan tak pernah nyatakan cinta
(Jika kau terus menunda utk melakukan banyak kebaikan, utk menjadikan dirimu manfaat utk orang lain yg harusnya kau niatkan semua karena kecintaanmu padaKu)
Mau dibawa kemana hubungan kita
Ku tak akan terus jalani
(Bagaimana engkau bisa terus membersamaiKu)
Tanpa ada ikatan pasti antara kau dan aku
(Jika dalam menjallani ssemuanya, takpernah ada kesadaran keillahian di dalamnya)
Ahaa.. sekali lagi, ini hanya menurut saya.... setuju atau tidak? personal sekali... semoga bermanfaat :)
Dahlia (memang) Indah (2)
Saat saya duduk di dekat sang anak, sang anak ini menangis. Saya tidak tahu persis kenapa anak ini tiba-tiba menangis. Perasaan wajah beta tak terlalu menakutkan deh, huehehe. Lalu apa penyebabnya ya? Saya pun mencoba untuk mengajak komunikasi adek kecil ini. Namun sayangnya si adanek tidak terlalu merespon apa yang saya lakukan. Wah... kudu bagaimana lagi nih, batin saya lagi.
Tak berapa lama ibunya datang lagi, kembali menemani sang anak. Sambil saya bergeser, saya pun mulai mengajan sang ibu berinteraksi. Ternyata beliau dan anaknya ini berasal dari Banyuwangi, sehari-hari beliau memang tinggal bersama anaknya di bus. Profesi beliau adalah kondektur di bus ini. Adapun anaknya, akhirnya terpaksa diajak karena ternyata sang anak ini tidak mau tinggal bersama ibunya.
Pelajaran pertama, bagaimanapun kondisinya, dekat dengan ibunda tercinta memang memberikan kenyamanan tersendiri, yang tak tergantikan oleh apapun juga.
Tak berapa lama, masuklah seorang penumpang baru, seorang ibu-ibu. Karena kursi sudah penuh, ibu-ibu ini pun berdiri. Saya pun mempersilakan sang ibu untuk duduk di dekat istri saya dan saya pun memilih untuk berdiri. Nah ini dia, di sebelah saya berdiri ternyata adalah seorang waria. Wehehehe... alih-alih berpikir untuk menjauh dari beliau ini (saya panggil beliau mbak), saya memilih untuk membuka diri, berkomunikasi dengan beliau. Bukankah setiap orang yang kita temui adalah guru? bukankah setiap tempat adalah sekolah ? dan bukankah setiap detik adalah pelajaran? Parasut akan berfungsi dengan baik saat terbuka dan saya pun memilih untuk membuka diri terhadap adanya pelajaran berharga yang mungkin dikirimkan kepada saya melalui mbak ini.
Nama beliau, sebut saja Tince (bukan nama sebenarnya). Aktivitas beliau sehari-hari adalah mengamen dari bus-ke bus. Setiap hari sabtu beliau ini ngamen di malioboro sampai malam. Awal-awal ngobrol, bicara ngalor ngidul tentang pengalaman-pengalaman si mbak ini. Bagaimana interaksi dengan para penumpang bus, bagaimana dia berproses untuk pindah agama. Bagaimana kondisi orang tuanya. Subhanallah, ceritanya sangat menginspirasi. Finally, di akhir saya turun bus, saya pun mendapatkan sebuah kesimpulan tentang anak dan kondektur wanita yang saya ceritakan di depan. Apa saja itu? Tunggu di part 3 (terakhir) yaa...
See.... uu...
Tak berapa lama ibunya datang lagi, kembali menemani sang anak. Sambil saya bergeser, saya pun mulai mengajan sang ibu berinteraksi. Ternyata beliau dan anaknya ini berasal dari Banyuwangi, sehari-hari beliau memang tinggal bersama anaknya di bus. Profesi beliau adalah kondektur di bus ini. Adapun anaknya, akhirnya terpaksa diajak karena ternyata sang anak ini tidak mau tinggal bersama ibunya.
Pelajaran pertama, bagaimanapun kondisinya, dekat dengan ibunda tercinta memang memberikan kenyamanan tersendiri, yang tak tergantikan oleh apapun juga.
Tak berapa lama, masuklah seorang penumpang baru, seorang ibu-ibu. Karena kursi sudah penuh, ibu-ibu ini pun berdiri. Saya pun mempersilakan sang ibu untuk duduk di dekat istri saya dan saya pun memilih untuk berdiri. Nah ini dia, di sebelah saya berdiri ternyata adalah seorang waria. Wehehehe... alih-alih berpikir untuk menjauh dari beliau ini (saya panggil beliau mbak), saya memilih untuk membuka diri, berkomunikasi dengan beliau. Bukankah setiap orang yang kita temui adalah guru? bukankah setiap tempat adalah sekolah ? dan bukankah setiap detik adalah pelajaran? Parasut akan berfungsi dengan baik saat terbuka dan saya pun memilih untuk membuka diri terhadap adanya pelajaran berharga yang mungkin dikirimkan kepada saya melalui mbak ini.
Nama beliau, sebut saja Tince (bukan nama sebenarnya). Aktivitas beliau sehari-hari adalah mengamen dari bus-ke bus. Setiap hari sabtu beliau ini ngamen di malioboro sampai malam. Awal-awal ngobrol, bicara ngalor ngidul tentang pengalaman-pengalaman si mbak ini. Bagaimana interaksi dengan para penumpang bus, bagaimana dia berproses untuk pindah agama. Bagaimana kondisi orang tuanya. Subhanallah, ceritanya sangat menginspirasi. Finally, di akhir saya turun bus, saya pun mendapatkan sebuah kesimpulan tentang anak dan kondektur wanita yang saya ceritakan di depan. Apa saja itu? Tunggu di part 3 (terakhir) yaa...
See.... uu...
Monday, December 9, 2013
Dahlia (memang) Indah (1)
Apa yang ada di benak teman-temann saat mendengar kata "dahlia"? Yup, benar sekali, Dahlia adalah salah satu nama bunga yang ada di Indonesia. Namun kali ini kita tidak akan membahas tentang bunga Dahlia atau bahkan iis dahlia, hahaha... tapi kita akan membahas nama sebuah bus jurusan Yogya Purworejo yang bernama "Dahlia Indah".
Cerita bermula saat saya dan istri pulang ke Purworejo dengan menggunakan bus. Setelah sampai di tempat pemberhentian bus, kami naik bus yang bernama Dahlia Indah. Setelah masuk, satu-satunya tempat duduk yang kosong adalah bagian belakang bus. Agak heran di bagian belakang itu seperti digunakan untuk "rumah berjalan". Bagaimana bisa? karena di sana ada kasur, ada tumpukan pakaian, peralatan mandi, dll.
Begitu kami duduk, di samping kami ada seorang anak kecil yang tertidur sendirian. Saya pun bertanya-tanya, anaknya siapa ini yang ditinggal di bis? Mana emaknya? Batin saya. Saat saya duduk di sampingnya, anak itu menangis. Apa karena wajah saya terlalu bersinar ya?hueueheehehe.. tapi sepertinya bukan begitu.
Belum habis rasa penasaran saya, tiba-tiba datanglah sang kondektur, kondekturnya ini bukan laki-laki seperti kebanyakan kondektur. Melainkan ibu-ibu, usianya sekitar 30-an tahun, bertubuh gemuk. Beliau menghampiri kami dan meminta kami bergeser sedikit, ternyata beliaulah ibu si adek kecil ini.
Saya perhatikan betul bagaiman ibu ini berkomunikasi dengan anaknya. Begitu perhatian, seperti halnya ibu-ibu yang lain. Tidak ada kata-kata kasar, yang ada adalah panggilan "sayang " kepada anaknya ini. Sambil ibu ini menyuapi anaknya, saya pun berbincang dengan ibu ini. Ternyata beliau dan anaknya memang tinggal di bus itu. Asal beliau dari Jawa Timur, sang anak diajak di bus karena sang anak tidak mau tinggal bersama kakek neneknya dan lebih senang tinggal bersama dengan ibunya.
Ada sebuah hal menarik yang kemudian menjadi sebuah pelajaran berharga tentang ibu dan anaknya tadi. Selain juga sebuah perbincangan menarik dengan sosok penumpang lain yang ada di bus Dahlia Indah ini.
Kita lanjutkan ke seri berikutnya.... :)
Cerita bermula saat saya dan istri pulang ke Purworejo dengan menggunakan bus. Setelah sampai di tempat pemberhentian bus, kami naik bus yang bernama Dahlia Indah. Setelah masuk, satu-satunya tempat duduk yang kosong adalah bagian belakang bus. Agak heran di bagian belakang itu seperti digunakan untuk "rumah berjalan". Bagaimana bisa? karena di sana ada kasur, ada tumpukan pakaian, peralatan mandi, dll.
Begitu kami duduk, di samping kami ada seorang anak kecil yang tertidur sendirian. Saya pun bertanya-tanya, anaknya siapa ini yang ditinggal di bis? Mana emaknya? Batin saya. Saat saya duduk di sampingnya, anak itu menangis. Apa karena wajah saya terlalu bersinar ya?hueueheehehe.. tapi sepertinya bukan begitu.
Belum habis rasa penasaran saya, tiba-tiba datanglah sang kondektur, kondekturnya ini bukan laki-laki seperti kebanyakan kondektur. Melainkan ibu-ibu, usianya sekitar 30-an tahun, bertubuh gemuk. Beliau menghampiri kami dan meminta kami bergeser sedikit, ternyata beliaulah ibu si adek kecil ini.
Saya perhatikan betul bagaiman ibu ini berkomunikasi dengan anaknya. Begitu perhatian, seperti halnya ibu-ibu yang lain. Tidak ada kata-kata kasar, yang ada adalah panggilan "sayang " kepada anaknya ini. Sambil ibu ini menyuapi anaknya, saya pun berbincang dengan ibu ini. Ternyata beliau dan anaknya memang tinggal di bus itu. Asal beliau dari Jawa Timur, sang anak diajak di bus karena sang anak tidak mau tinggal bersama kakek neneknya dan lebih senang tinggal bersama dengan ibunya.
Ada sebuah hal menarik yang kemudian menjadi sebuah pelajaran berharga tentang ibu dan anaknya tadi. Selain juga sebuah perbincangan menarik dengan sosok penumpang lain yang ada di bus Dahlia Indah ini.
Kita lanjutkan ke seri berikutnya.... :)
Friday, December 6, 2013
Nelson Mandela (Semoga Khusnul Khatimah)
Satu lagi tokoh perdamaian dunia, Nelson Mandela, menghembuskan nafasnya yang terakhir. Ya, beliau meninggal dunia dalam usia 95 tahun karena infeksi paru-paru. Lahir tanggal 18 Juli 1918, sosok ini dikenal sebagai pejuang kemanusiaan dalam menentang politik apartheid di Afrika Selatan. Pernah dipenjara selama 27 tahun sebagai konsekuensi dari perjuangan yang dilakukannya.
Nelson mandela adalah tokoh besar. Meninggalnya beliau tentu menjadi kehilangan besar bagi dunia. Saya yakin bahwa begitu banyak orang yang terinspirasi oleh perjuangan beliau. Perjuangan yang tidak mudah, mengorbankan begitu banyak hal dalam kehidupan beliau. Mengalami penindasan, tekanan publik, dipenjara, bercerai dengan isteri tercinta, adalah beberapa rangkaian peristiwa yang harus beliau alami semasa hidupnya.
Sebuah kalimat bijak mengatakan, "kualitasmu saat engkau hidup di dunia, salah satunya bisa kau ketahui dari apa yang orang katakan saat engkau meninggal dunia". Dan Nelson Mandela menjadi salah satu diantaranya. Mari simak beberapa komentar tokoh dunia setelah meninggalnya beliau.
PM Australia, Tony Abott mengatakan, "Nelson Mandela adalah salah satu tokoh besar Afrika, bisa dibilang salah satu tokoh besar dari abad terakhir, " Masih menurut Abott, "Dia adalah seorang pria yang benar-benar hebat. Selamanya akan dikenang sebagai lebih dari seorang pemimpin politik, dia adalah seorang pemimpin moral,".
PM Inggris, David Cameron mengatakan, "Nelson Mandela adalah sebuah legenda dalam hidup dan kini dalam kematian, sosok pahlawan pahlawan global sejati, sebuah cahaya besar telah pergi meninggalkan dunia,"
Simak juga apa yang dikatakan presiden Obama dalam pidatonya, "Mandela adalah sosok yang berjuang untuk bangsanya, membawa perubahan untuk Afrika Selatan. Dia juga membawa perubahan untuk kita semua,"
Itu baru beberapa komentar dari beberapa pemimpin besar dunia. Saya yakin selain 3 orang tersebut di atas pun, masih banyak lagi komentar positif yang lainnya.
Ah, barangkali kita bertanya, "Lho.. itu kan komentar orang di luar kehidupan pribadi Nelson Mandela, bisa saja mereka salah". Ternyata tidak juga, komentar dari Putri beliau, Makaziwe Mandela, bisa memberikan gambaran lebih, bahwa Mandela juga menjadi sosok panutan di keluarganya.
"Setiap momen, setiap menit dengan Tata selalu membuat saya kagum dan ada beberapa saat ketika saya harus mencubit diri saya sendiri bahwa saya anak dari seorang pria yang kuat, seorang pejuang,"
Hmm, semoga apa yang dilakukan Nelson Mandela bisa memberikan inspirasi kepada kita. Tentu tidak harus sama dengan Nelson Mandela. Namun paling tidak, keinginannya untuk menjadi sosok yang bermanfaat bisa menjadikan kita untuk melakukan hgal yang sama. Selalu termotivasi untuk membenahi diri, belajar, menjadi penebar kemanfaatan bagi sesama dan berharap bahwa saat kita meninggal nantinya, kita akan dikenal sebagai sosok yang mendapat testimoni positif dari lingkungan sekitar kita.
Semoga khusnul khatimah, Nelson Mandela.....
Sunday, December 1, 2013
Mengapa Harus Sekolah?
#dedicated for siswa sukses Indonesia :)
Kamu mungkin pernah bertanya dalam hatimu pertanyaan-pertanyaan seperti ini :
- Kenapa harus sekolah kalau sekolah ternyata tidak menjamin kesuksesan?
- Aku kan pengennya jadi pelukis, ngapain pake belajar Matematika segala?
- Aku kan pengen jadi Fisikawan, kenapa harus belajar pelajaran bahasa?
- Katanya lulusan SD saja bisa kaya raya, ya berarti ga usah tinggi-tinggi dong sekolahnya?
-dll
Oke, yuk kita bahas deh, mengapa sekolah itu penting buat kamu. Sebelumnya ada sebuah kutipan menarik dari seorang pakar EQ Indonesia, Anthony Dio Martin. Saat beliau masuk sekolah SMA pertama kali, gurunya menuliskan beberapa kalimat ini di papan tulis :
Sekolah ini seperti mata air pengetahuan.
Ada murid yang datang ke sini
karena betul-betul haus dan ingin minum.
Ada yang datang karena disuruh
minum, tapi tidak pernah tahu kenapa.
Ada yang cuma icip-icip tapi banyak
hal lain yang lebih penting,
dan ada yang cuma kumur-kumur
lalu dibuang.
Tulisan yang sangat inspiratif sekali bukan? Faktanya adalah, begitu banyak diantara teman-teman kamu yang belum paham betul mengapa mereka harus sekolah. Mereka sekedar menjalani saja, mengalir saja, sehingga proses saat mereka belajar di sekolah tidak mereka nikmati dengan baik.
Bagaimana menjadikan sekolah sebagai sesuatu yang penting bagi kita? Jawabannya tergantung dari ingin menjadi apa kita di masa depan nanti. Kalau kita hanya ingin menjadi orang yang biasa-biasa saja, "sekedar" tukang sapu, "sekedar" cleaning service, maka sekolah menjadi sesuatu yang tidak penting.
Namun kalau kamu memiliki harapan untuk menjadi sosok yang berpengaruh, kreatif, memiliki banyak relasi, memiliki cukup materi, maka sekolah menjadi sesuatu yang penting bagi kamu. Ada banyak ilmu pengetahuan yang akan menjadi sulit kamu dapatkan kecuali kamu sekolah. Misalnya saja kalau kamu ingin jadi dokter, maka tentu kamu membutuhkan ilmu kimia dan biologi. Kedua ilmu itu hanya akan didapatkan di bangku sekolah.
Analogi sederhananya adalah seperti membangun sebuah rumah. Untuk membangun sebuah rumah yang besar, tentu membutuhkan lebih banyak material bangunan bukan? Kalau membangun rumah kecil? Sudah bisa diprediksi bahwa kebutuhan materialnya lebih sedikit dibandingkan membangun rumah besar.
Oke, lalu bagaimana dengan pertanyaan selanjutnya? Misalnya saja kamu ingin jadi pesepakbola profesional, kenapa harus belajar matematika dan bahasa? Atau ingin menjadi seorang pengusaha, kenapa harus belajar kimia? Bukankah itu sesuatu yang tidak ada hubungannya?
Seolah-olah memang benar tidak ada hubungannya. Padahal fokus kamu seharusnya bukan pada kandungan informasi yang kita dapatkan, melainkan bagaimana melatih otak berpikir dalam proses belajar pelajaran. Contoh sederhana, saat kamu belajar fisika, maka kamu melatih otak untuk :
Tulisan yang sangat inspiratif sekali bukan? Faktanya adalah, begitu banyak diantara teman-teman kamu yang belum paham betul mengapa mereka harus sekolah. Mereka sekedar menjalani saja, mengalir saja, sehingga proses saat mereka belajar di sekolah tidak mereka nikmati dengan baik.
Bagaimana menjadikan sekolah sebagai sesuatu yang penting bagi kita? Jawabannya tergantung dari ingin menjadi apa kita di masa depan nanti. Kalau kita hanya ingin menjadi orang yang biasa-biasa saja, "sekedar" tukang sapu, "sekedar" cleaning service, maka sekolah menjadi sesuatu yang tidak penting.
Namun kalau kamu memiliki harapan untuk menjadi sosok yang berpengaruh, kreatif, memiliki banyak relasi, memiliki cukup materi, maka sekolah menjadi sesuatu yang penting bagi kamu. Ada banyak ilmu pengetahuan yang akan menjadi sulit kamu dapatkan kecuali kamu sekolah. Misalnya saja kalau kamu ingin jadi dokter, maka tentu kamu membutuhkan ilmu kimia dan biologi. Kedua ilmu itu hanya akan didapatkan di bangku sekolah.
Analogi sederhananya adalah seperti membangun sebuah rumah. Untuk membangun sebuah rumah yang besar, tentu membutuhkan lebih banyak material bangunan bukan? Kalau membangun rumah kecil? Sudah bisa diprediksi bahwa kebutuhan materialnya lebih sedikit dibandingkan membangun rumah besar.
Oke, lalu bagaimana dengan pertanyaan selanjutnya? Misalnya saja kamu ingin jadi pesepakbola profesional, kenapa harus belajar matematika dan bahasa? Atau ingin menjadi seorang pengusaha, kenapa harus belajar kimia? Bukankah itu sesuatu yang tidak ada hubungannya?
Seolah-olah memang benar tidak ada hubungannya. Padahal fokus kamu seharusnya bukan pada kandungan informasi yang kita dapatkan, melainkan bagaimana melatih otak berpikir dalam proses belajar pelajaran. Contoh sederhana, saat kamu belajar fisika, maka kamu melatih otak untuk :
- Berpikir logis
- Menyelesaikan masalah
- Mengingat lebih baik
- Menganalisis fakta rumit
Saat kamu belajar bahasa, maka kamu belajar tentang :
- Berpikir kreatif
- Belajar tentang emosi dan perilaku manusia
- Mengorganisasikan informasi,dsb
Lalu mungkin kamu juga bertanya, apa gunanya ujian? Oke, coba kamu pikirkan beberapa manfaat berikut :
- Bisa mengatur waktu dengan baik
- Membiasakan memanage stress
- Terbiasa di bawah tekanan
- Melatih konsentrasi dan fokus
- Melatih semangat kompetisi
Oke, sementara ini dulu ya, pada artikel berikutnya kamu akan temukan alasan-alasan yang akan semakin menguatkan kamu bahwa Sekolah itu Penting. See u!!
Untukmu Guruku
Saat perjalanan pulang menuju Jogja bersama istri tercinta, tak sengaja melihat serombongan orang keluar dari salah satu SMP terfavorit di kota Purworejo. Sebentar saya mengamati siapa sih mereka? Kok seragamnya batik putih bercorak hitam. Oh, ternyata mereka adalah bapak-ibu guru. Entah apa agenda yang baru saja beliau laksanakan di tempat tersebut. Ah, paling kumpul guru biasa, batin saya.
Pemandangan yang sama ternyata terlihat juga di sepanjang jalan ke Jogja, di beberapa tempat terlihat banyak sekali guru-guru yang sepertinya juga baru saja menyelesaikan agenda yang sama dengan guru-guru di tempat lain. Saya pun jadi berpikir lagi, kayanya ada something special nih. Benar saja, setelah saya sampai di Jogja, baru ngeh kalau ternyata Senin kemarin tanggal 25 November adalah hari guru.
Sambil merebahkan diri untuk istirahat sejenak, ingatan saya melayang ke beberapa tahun yang lalu, saat saya masih sekolah di Taman Kanak-kanak dan juga sekolah dasar sampai akhirnya saya berhasil (Alhamdulillaah) lulus dari Sekolah Menengah Atas. Sambil membayangkan memori-memori itu, sejenak saya pun merenung. Hmm, betapa saya berhutang banyak kepada guru-guru saya dulu.
Bayu yang ada saat ini merupakan akumulasi dari begitu banyak ilmu yang telah diajarkan oleh guru-gurunya, baik formal maupun informal. Bayu yang lancar membaca saat ini karena dimulai dari sebuah ajaran untuk mengeja B-A = BA, Y-U = YU, BAYU saat di kelas 1 SD dulu. Bayu yang bisa menghitung, mengoperasikan komputer, mengkalkulasi anggaran dimulai dari sebuah ajaran 2 ditambah 2 sama dengan 4, dst.
Diri ini selalu terharu saat mendengarkan lagu hymne guru diputar. Diri ini selalu bergetar saat setiap lebaran bersilaturrahmi dengan guru-guru SD yang dulu pernah mengajar. Teringat dengan kesabaran beliau semua dalam mengajari. Teringat dengan bagaimana beliau menenangkan saya saat saya menangis karena mendapat nilai jelek dalam sebuah pelajaran. Dan masih banyak lagi memori-memori yang tersimpan tentang masa lalu terkait dengan guru.
Ah, saat melihat murid-muridnya menjadi orang baik, betapa mereka pasti sangat bahagia. Kebahagiaan yang lebih dari sekedar mendapatkan banyak materi. Ada kebanggan bagi beliau semua, karena beliau telah menjadi bagian dari kesuksesan murid-muridnya. Guru TK, SD, SMP, SMA, Guru Ngaji, Dosen, Guru-guru kehidupan, dan tentu saja adalah Ayah dan Ibu kita, mereka adalah guru homeschooling terbaik yang pernah ada.
Terima kasih Guru-guruku, semoga semua ilmu dan kebaikan yang telah engkau semua ajarkan, diberikan balasan yang terbaik oleh Allah SWT. Semoga DIA nilai itu sebagai bagian dari amal jariyahmu. Semoga Allah selalu berikan kekuatan dan kemudahan untuk terus jalankan tugas muliamu, membimbing anak-anak bangsa Indonesia ini, menjadi generasi penerus bangsa yang berakhlak dan cerdas.
Pemandangan yang sama ternyata terlihat juga di sepanjang jalan ke Jogja, di beberapa tempat terlihat banyak sekali guru-guru yang sepertinya juga baru saja menyelesaikan agenda yang sama dengan guru-guru di tempat lain. Saya pun jadi berpikir lagi, kayanya ada something special nih. Benar saja, setelah saya sampai di Jogja, baru ngeh kalau ternyata Senin kemarin tanggal 25 November adalah hari guru.
Sambil merebahkan diri untuk istirahat sejenak, ingatan saya melayang ke beberapa tahun yang lalu, saat saya masih sekolah di Taman Kanak-kanak dan juga sekolah dasar sampai akhirnya saya berhasil (Alhamdulillaah) lulus dari Sekolah Menengah Atas. Sambil membayangkan memori-memori itu, sejenak saya pun merenung. Hmm, betapa saya berhutang banyak kepada guru-guru saya dulu.
Bayu yang ada saat ini merupakan akumulasi dari begitu banyak ilmu yang telah diajarkan oleh guru-gurunya, baik formal maupun informal. Bayu yang lancar membaca saat ini karena dimulai dari sebuah ajaran untuk mengeja B-A = BA, Y-U = YU, BAYU saat di kelas 1 SD dulu. Bayu yang bisa menghitung, mengoperasikan komputer, mengkalkulasi anggaran dimulai dari sebuah ajaran 2 ditambah 2 sama dengan 4, dst.
Diri ini selalu terharu saat mendengarkan lagu hymne guru diputar. Diri ini selalu bergetar saat setiap lebaran bersilaturrahmi dengan guru-guru SD yang dulu pernah mengajar. Teringat dengan kesabaran beliau semua dalam mengajari. Teringat dengan bagaimana beliau menenangkan saya saat saya menangis karena mendapat nilai jelek dalam sebuah pelajaran. Dan masih banyak lagi memori-memori yang tersimpan tentang masa lalu terkait dengan guru.
Ah, saat melihat murid-muridnya menjadi orang baik, betapa mereka pasti sangat bahagia. Kebahagiaan yang lebih dari sekedar mendapatkan banyak materi. Ada kebanggan bagi beliau semua, karena beliau telah menjadi bagian dari kesuksesan murid-muridnya. Guru TK, SD, SMP, SMA, Guru Ngaji, Dosen, Guru-guru kehidupan, dan tentu saja adalah Ayah dan Ibu kita, mereka adalah guru homeschooling terbaik yang pernah ada.
Terima kasih Guru-guruku, semoga semua ilmu dan kebaikan yang telah engkau semua ajarkan, diberikan balasan yang terbaik oleh Allah SWT. Semoga DIA nilai itu sebagai bagian dari amal jariyahmu. Semoga Allah selalu berikan kekuatan dan kemudahan untuk terus jalankan tugas muliamu, membimbing anak-anak bangsa Indonesia ini, menjadi generasi penerus bangsa yang berakhlak dan cerdas.
Monday, November 25, 2013
Oleh-Oleh Pendidikan (Bagian 5)
Bacalah dengan menyebut nama Tuhanmu yang MAHA MENCIPTA
"Bukankah begitu bunyi ayat pertama dalam Al Quran yang diturunkan kepada umat Muhammad? Maka belajarlah untuk MENCIPTAKAN!" kata Dik Doank lagi.
Hanya saja menurut Dik, kondisi lingkungan sekolah seringkali tidak mendukung untuk munculnya pembelajaran mengenai kreativitas ini. Lingkungan sekolah terlalu kaku untuk bisa mengakomodir potensi munculnya kreativitas dari setiap siswa.
Ki Hajar Dewantara, salah satu pakar pendidikan nasional menyebut sekolah sebagai "TAMAN SISWA" bukan "SEKOLAH SISWA". Taman identik dengan keindahan, taman identik dengan alami. Maka seharusnya dibuatlah lingkungan sekolah yang dekat dengan nuansa alam. Agar anak belajar untuk mencintai alam, menanam pohon, peduli akan ketersediaan air di muka bumi ini. Air yang semakin lama jumlahnya semakin berkurang. Padahal air adalah anugerah Allah yang diberikan kepada bumi, tidak kepada planet lain.
Dik Doank pun menyampaikan bahwa dalam kitab Taurat, disebutkan "Ku titipkan tanahku pada orang yang shalih". Salah satu ciri orang shalih adalah mereka yang peduli pada ciptaan Allah SWT, termasuk alam dan segala isinya.
Mengenai Guru, menurut Dik, kata yang pas sebaiknya bukan "mengabdi menjadi guru" tetapi " mengabdi kepada Allah dengan cara menjadi seorang guru". Jadi menjadi guru adalah bagian dari beribadah kepada Allah. Memiliki ilmu yang bermanfaat bagi dirinya, ilmunya diamalkan, ilmunya diajarkan, sehingga semakin mendekatkan dirinya kepada Allah SWT.
Menjadi guru seharusnya dekat dengan menjadi bahagia. Kebahagiaan tidak dicari, kebahagiaan adalah sunnatullah, dia akan mencari siapapun yang membahagiakan orang lain. Maka saat seorang guru bisa membuat bahagia murid-muridnya, saat itulah ada kebahagiaan. Kalau guru belum merasa bahagia, berarti dia belum menemukan metode mengajar yang membahagiakan siswanya.
Ada sebuah rangkaian kata-kata menarik dari Dik Doank, yang dijadikannya sebagai salah satu acuan juga penggerak untuk seorang Dik Doank meninggalkan dunia keartisannya dan beralih ke dunia pendidikan. Bagaimana rangkaian kata-katanya? Insya Allah di bagian berikutnya....
... to be continued...
Oleh-Oleh Pendidikan (bagian 4)
Well, sudah terasa di opening speechnya. Berbeda banget dengan pembicara-pembicara yang sudah pernah saya dengar. Kalau menurut saya, opening speech yang dilakukan oleh Dik Doank ini sangat menyentuh sisi ukhrawi. Keren!! (lho kok ga dibahas? Fokus kita ke yang kaitannya ama sekolah aja Ji).
Oke, lanjut... Pada awal materi, Dik Doank membahas mengenai keberadaan salah satu pelajaran dasar yang seharusnya dikuasai oleh para siswa sebelum pelajaran-pelajaran berikutnya. Apa itu? Tidak lain tidak bukan adalah menggambar. Menurut Dik, alur pembelajaran seorang anak dari kecil seharusnya dimulai dari menggambar dulu baru membaca dan menghitung.
Untuk memudahkan pemahaman tentang pentingnya menggambar, Dik pun menggambar sebuah gambar acak. Gambar itu hanya berisi garis-garis yang saling bersinggungan satu sama lain. Setelah selesai, Dik meminta beberapa peserta untuk menemukan ada berapa banyak potensi gambar ikan yang bisa dibuat dari gambar garis acak tersebut.
Setelah beberapa peserta maju dan menemukan gambar-gambar ikan itu, Dik pun meminta peserta untuk menghitung berapa jumlah gambar ikan yang bisa dibuat dari garis acak itu. Para peserta pun menghitung bersama-sama jumlah gambar ikan yang ada dipapan. Setelah diketahui jumlahnya, Dik pun bertanya, "Kalau begitu? Duluan mana prosesnya? Menggambar dulu atau menghitung dulu? ". Para peserta pun kompak menjawab, "MENGGAMBAAAR!!".
"Okee, Nah kalau pelajaran menggambar tidak diajarkan di awal,bagaimana mungkin bisa dengan mudah mengajarkan membaca, apalagi berhitung?" kata Dik Doank menanggapi jawaban peserta.
Dik Doank pun menambahkan, " Aktivitas menggambar adalah aktivitas yang dilakukan seorang anak saat memegang pena untuk pertama kalinya. Bahkan ruangan tempat kita melakukan seminar ini dulunya digambar dulu baru dihitung. Aktivitas menggambar adalah aktivitas mencipta. Aktivitas yang berpotensi besar melahirkan kreativitas".
"Pertanyaannya kenapa pelajaran menggambar tidak diberikan porsi besar dalam pembelajaran kita? Satu hal yang barangkali menyebabkan anak bangsa ini muncul bukan sebagai penemu atau pencipta, tetapi penjiplak atau peniru. Kalau kita lihat penemu pesawat terbang misalnya, mereka menggambar sketsanya dulu baru menghitung penjelasannya. Jadi, bagi Anda yang berprofesi sebagai guru, maka hal wajib yang harus Anda kuasai adalah MENGGAMBAR" demikian penjelasan Dik Doank mengakhiri pembahasannya mengenai urgensi menggambar.
...to be continued....
Saturday, November 16, 2013
Pembelajar Cinta
Melantunkan rasa bersama malam
Sedetik tak berdaya
Seolah tak berada
Mungkin tak bermakna
Keinginan untuk menyemai
Benih-benih cinta
Memilah memilih
Apakah dengan ini
Apakah dengan itu
Karena cinta itu unik
Maka pengungkapkan cinta
Adalah seni
Karena cinta itu unik
Maka merasa dicintai itu pilihan
Pilihan sang pemilik hati
Inginku ungkapkan cinta
Tapi cinta itu luas
Atau sekedar diam saja
Tapi diam itu cinta
Ah...nikmati saja rasamu
Bumbu itu menyedapkan
Api itu untuk mematangkan
Tinggal kumpulkan bahan
Lalu kamu olah
Mengolah itu adalah ujicoba
Ujicoba itu adalah belajar
Belajar adalah sahabat cinta
Dan aku belajar untuk selalu
Bangun cinta dan menjaganya
Sedetik tak berdaya
Seolah tak berada
Mungkin tak bermakna
Keinginan untuk menyemai
Benih-benih cinta
Memilah memilih
Apakah dengan ini
Apakah dengan itu
Karena cinta itu unik
Maka pengungkapkan cinta
Adalah seni
Karena cinta itu unik
Maka merasa dicintai itu pilihan
Pilihan sang pemilik hati
Inginku ungkapkan cinta
Tapi cinta itu luas
Atau sekedar diam saja
Tapi diam itu cinta
Ah...nikmati saja rasamu
Bumbu itu menyedapkan
Api itu untuk mematangkan
Tinggal kumpulkan bahan
Lalu kamu olah
Mengolah itu adalah ujicoba
Ujicoba itu adalah belajar
Belajar adalah sahabat cinta
Dan aku belajar untuk selalu
Bangun cinta dan menjaganya
Monday, November 11, 2013
Barakah Bersamamu ^_^
Dalam kebersamaan
Ada barakah
Dalam kerinduan
Ada barakah
Dalam perjalanan
Ada barakah
Dalam canda dan tawa
Ada barakah
Dalam ibadah
Ada barakah
Dalam senyuman
Ada barakah
Dalam istirahat
Ada barakah
Dalam ucapan mesra
Ada barakah
Memandang pun
Muncul barakah
Berbisik pun
Mengalun barakah
Menyentuh pun
Semakin terasa lembut barakah
Saling mendoakan
Mengumpulkan barakah
Saling berdiskusi
Mengikat barakah
Saling menasehati
Menumpuk barakah
Karena barakah adalah anugerah
Karena barakah adalah keindahan
Karena barakah adalah bahagia
Karena barakah adalah kesucian
Ada barakah
Dalam kerinduan
Ada barakah
Dalam perjalanan
Ada barakah
Dalam canda dan tawa
Ada barakah
Dalam ibadah
Ada barakah
Dalam senyuman
Ada barakah
Dalam istirahat
Ada barakah
Dalam ucapan mesra
Ada barakah
Memandang pun
Muncul barakah
Berbisik pun
Mengalun barakah
Menyentuh pun
Semakin terasa lembut barakah
Saling mendoakan
Mengumpulkan barakah
Saling berdiskusi
Mengikat barakah
Saling menasehati
Menumpuk barakah
Karena barakah adalah anugerah
Karena barakah adalah keindahan
Karena barakah adalah bahagia
Karena barakah adalah kesucian
Oleh-oleh Pendidikan (bagian 3)
Pada saat sesi tanya jawab, penulis buku "Guru Gokil Murid Unyu" ini membeberkan beberapa tips untuk "menulis dengan hati". Menurut beliau, hanya tulisan "dari hati"lah yang akan sampai ke hati. Lalu bagaimana caranya? tak lain dan tak bukan adalah dengan cara menulis hal apapun yang memang pernah dialami dan dipraktikkan dalam kehidupan sehari-hari. Jadi apa yang beliau tulis lewat essay beliau, apa yang beliau sampaikan dalam buku beliau, semua berdasarkan pengalaman nyata beliau saat berinteraksi dengan anak didik dalam kapasitas sebagai seorang pengajar.
Ada hal menarik lain yang sempat saya catat mengenai hal inovatif lain yang dilakukan pak J sebagai guru. Kebetulan sekolah tempat beliau mengajar mengadakan semacam program "living in" yaitu tinggal di daerah-daerah tertentu, misalnya kampung penduduk terpencil, kampung sampah, dan lain-lain. Salah seorang siswanya bertugas di pemakaman warga. Tugasnya adalah membantu petugas gali kubur menguburkan jenazah. Setelah beberapa hari menjalani proses living in , tibalah waktu bagi sang siswa untuk kembali ke sekolahnya.
Sampai di sekolah, salah satu pelajaran yang diikutinya adalah sejarah. Salah satu pelajaran yang diampu juga oleh Pak J. Setelah beberapa waktu bertemu, tibalah waktunya ulangan harian untuk mata pelajaran sejarah ini. Secara mengejutkan, ternyata soalnya hanya satu tugas saja. Apa itu tugasnya? Menceritakan pengalaman yang dialami para siswanya selama menjalani proses living in. Salah seorang siswa pun bertanya kepada pak J, " Lho pak, bukannya ini pelajaran sejarah pak? Kok tugasnya mengarang? Seperti pelajaran bahasa Indonesia saja". Pak J pun menjawab "Benar sekali nak, ini adalah pelajaran sejarah. Bukankah yang namanya sejarah itu adalah masa lalu atau the past time? Bukankah apa yang sudah kamu alami sebelumnya itu adalah sebuah SEJARAH bagi kamu?" AHA!!! keluar dari pakem, ya..
Kembali kepada apa yang disampaikan oleh beliau di awal seminar, bahwa pendidikan yang bermakna adalah pendidikan yang terkait langsung dengan tantangan hidup yang mereka hadapi dalam kehidupan sehari-hari mereka. So, definisi siwa yang SMART menurut beliau adalah mereka yang bisa menyelesaikan permasalahan hidup mereka. Untuk membentuk seorang siwa yang SMART membutuhkan kerja sama baik dari unsur orang tua maupun pendidik itu sendiri. Siswa yang pandai secara akademik, belum tentu masuk dalam kategori SMART. Oleh karena itu diperlukan kecerdasan dari seorang pendidik untuk tidak hanya sekedar mendidik, tetapi juga mampu memetakan, mengarahkan, dan mengembangkan setiap potensi yang dimiliki oleh anak didiknya.
Oke, sampai bagian 3 ini adalah apa yang disampaikan oleh pak J. Bagian berikutnya akan saya sharingkan beberapa hal yang disampaikan oleh DIK DOANK, seorang artis yang memutuskan untuk terjun ke dunia pendidikan. See U....
to be continued....
Friday, November 1, 2013
100 TULISAN, DONE!!
*sekedar ekspresi rasa syukur saja
NB : untuk mas Fanny dan Astri, tulisan ini tidak dihitung kok..huehehehe....
Oleh-oleh Pendidikan (bagian 2)
Lalu apa saja yang didapatkan oleh beliau?
Pertama, materi tentang "menghormati orang tua" terkuasai dengan baik oleh para siswanya. Indikator minimalnya adalah saat melihat respon para siswa pada saat mempresentasikan hasil karyanya masing-masing. Mereka sangat antusias dan terharu saat diminta menceritakan tentang orang-tuanya masing-masing, lengkap dengan kesehariannya. Creative!! Materi tidak hanya berupa teori, tapi mereka melakukan pengamatan langsung, mendengarkan dan juga merasakan bagaimana keseharian orang tuanya masing-masing.
Kedua, dari kerja kelompok ini, Pak J Sumardianta juga bisa mengenal lebih dekat pribadi masing-masing anak dengan latar belakang keluarganya. Ada sebuah cerita menarik saat seorang anak mempresentasikan karyanya. Waktu itu Pak J mengomentari gambar ibu dari salah seorang siswa, "wah ibumu masih muda dan cantik ya" kata pak J. Secara spontan sang siswa menjawab, "Iya lah pak, saya aja mau kok kawin sama dia".
Tentu saja jawaban 'aneh' ini mengundang pertanyaan dari pak J. Beliau akhirnya menanyakan maksud di balik jawaban sang anak ini. Ternyata wanita itu adalah ibu tirinya. Selama ini pun, sang anak tidak pernah tinggal dengan orang tuanya, melainkan bersama kakek-neneknya. Orang tuanya sudah lama berpisah sejak dia kecil.
Hal menarik di atas barulah salah satu diantara begitu banyak hal menarik lain yang muncul selama presentasi tugas berlangsung. Pak J tidak hanya kreatif mengemas penyampaian materi tetapi juga berhasil membangun sebuah hubungan emosional dengan anak didiknya. Modal yang sangat berharga untuk bisa mengarahkan perjalanan anak didiknya ke depan. Guru tidak hanya melihat dari sisi luar yang tampak dari seorang murid, tapi juga paham betul bagaimana latar belakang tiap-tiap siswa. "Sentuh hatinya, ciptakan longterm memori dalam pikirannya" demikian tips yang diusulkan oleh pak J dalam hal mengajar.
Pada saat sesi tanya jawab, pak J ditanya tentang bagaimana cara mengatasi permasalahan menyontek di kelas. Sebelum menjawab, beliau menyampaikan bahwa penyebab siswa mencontek itu karena model pembelajaran yang selama ini dilakukan adalah model hafalan padahal model hafalan itu tidak menarik bagi siswa. Model hafalan juga tidak terlalu bisa mengakomodir sebuah tujuan untuk internalisasi sebuah pemahaman dan aplikasi praktis dari setiap materi pelajaran bagi siswa.
Oleh karena itu, model ulangan harian yang diterapkan oleh pak J bukan ulangan tertulis, tetapi ulangan lisan atau model wawancara. Misalnya saja, materi ulangannya adalah siswa diminta membaca buku tertentu dan nantinya diminta menceritakan isi dan atau pemahaman siswa atas buku yang dibacanya. Selain ulangan lisan, pak J juga melaksanakan ujian atau ulangan dalam bentuk presentasi kelompok. Model yang memungkinkan tiap siswanya untuk saling bertukar ilmu dan pemahaman atas materi-materi yang diujikan. Ditinjau dari aspek soft skill belajar dan juga presentasi kelompok juga melatih team work dan juga leadership dalam diri setiap siswa.
Selain sharing mengenai beberapa metode mengajar yang beliau terapkan, Pak J ini juga membagikan ilmu dan pengalamannya dalam menulis. Beliau adalah kolumnis sebuah koran nasional dan juga pengarang buku. Beliau membagi pengalamannya terkait dengan bagaimana "menulis dengan hati". Kira-kira bagaimana yaa? Sampai jumpa di episode "Oleh-oleh pendidikan (bagian 3)....
to be continued....
Pertama, materi tentang "menghormati orang tua" terkuasai dengan baik oleh para siswanya. Indikator minimalnya adalah saat melihat respon para siswa pada saat mempresentasikan hasil karyanya masing-masing. Mereka sangat antusias dan terharu saat diminta menceritakan tentang orang-tuanya masing-masing, lengkap dengan kesehariannya. Creative!! Materi tidak hanya berupa teori, tapi mereka melakukan pengamatan langsung, mendengarkan dan juga merasakan bagaimana keseharian orang tuanya masing-masing.
Kedua, dari kerja kelompok ini, Pak J Sumardianta juga bisa mengenal lebih dekat pribadi masing-masing anak dengan latar belakang keluarganya. Ada sebuah cerita menarik saat seorang anak mempresentasikan karyanya. Waktu itu Pak J mengomentari gambar ibu dari salah seorang siswa, "wah ibumu masih muda dan cantik ya" kata pak J. Secara spontan sang siswa menjawab, "Iya lah pak, saya aja mau kok kawin sama dia".
Tentu saja jawaban 'aneh' ini mengundang pertanyaan dari pak J. Beliau akhirnya menanyakan maksud di balik jawaban sang anak ini. Ternyata wanita itu adalah ibu tirinya. Selama ini pun, sang anak tidak pernah tinggal dengan orang tuanya, melainkan bersama kakek-neneknya. Orang tuanya sudah lama berpisah sejak dia kecil.
Hal menarik di atas barulah salah satu diantara begitu banyak hal menarik lain yang muncul selama presentasi tugas berlangsung. Pak J tidak hanya kreatif mengemas penyampaian materi tetapi juga berhasil membangun sebuah hubungan emosional dengan anak didiknya. Modal yang sangat berharga untuk bisa mengarahkan perjalanan anak didiknya ke depan. Guru tidak hanya melihat dari sisi luar yang tampak dari seorang murid, tapi juga paham betul bagaimana latar belakang tiap-tiap siswa. "Sentuh hatinya, ciptakan longterm memori dalam pikirannya" demikian tips yang diusulkan oleh pak J dalam hal mengajar.
Pada saat sesi tanya jawab, pak J ditanya tentang bagaimana cara mengatasi permasalahan menyontek di kelas. Sebelum menjawab, beliau menyampaikan bahwa penyebab siswa mencontek itu karena model pembelajaran yang selama ini dilakukan adalah model hafalan padahal model hafalan itu tidak menarik bagi siswa. Model hafalan juga tidak terlalu bisa mengakomodir sebuah tujuan untuk internalisasi sebuah pemahaman dan aplikasi praktis dari setiap materi pelajaran bagi siswa.
Oleh karena itu, model ulangan harian yang diterapkan oleh pak J bukan ulangan tertulis, tetapi ulangan lisan atau model wawancara. Misalnya saja, materi ulangannya adalah siswa diminta membaca buku tertentu dan nantinya diminta menceritakan isi dan atau pemahaman siswa atas buku yang dibacanya. Selain ulangan lisan, pak J juga melaksanakan ujian atau ulangan dalam bentuk presentasi kelompok. Model yang memungkinkan tiap siswanya untuk saling bertukar ilmu dan pemahaman atas materi-materi yang diujikan. Ditinjau dari aspek soft skill belajar dan juga presentasi kelompok juga melatih team work dan juga leadership dalam diri setiap siswa.
Selain sharing mengenai beberapa metode mengajar yang beliau terapkan, Pak J ini juga membagikan ilmu dan pengalamannya dalam menulis. Beliau adalah kolumnis sebuah koran nasional dan juga pengarang buku. Beliau membagi pengalamannya terkait dengan bagaimana "menulis dengan hati". Kira-kira bagaimana yaa? Sampai jumpa di episode "Oleh-oleh pendidikan (bagian 3)....
to be continued....
Menunggu Itu...
"Waiting trizn because of Culien"
Tahukah Anda arti kata-kata di atas? Akan sangat sulit mengartikannya kecuali kalau pembaca memahami kata-kata dalam bahasa Jawa. Waiting di atas bukan berarti menunggu, secara keseluruhan arti kalimat tercetak miring di atas adalah bersemainya cinta itu karena sebuah intensitas (witing tresna jalaran soko kulina).
Oke, kembali ke topik. Bagi sebagian besar orang, menunggu adalah sebuah aktivitas yang menyebalkan. Tidak jarang menimbulkan pertikaian antara orang yang menunggu dan yang ditunggu. Terutama saat yang ditunggu terlambat datang dan keterlambatannya memakan waktu yang sangat lama.
Menunggu juga bisa membuat seseorang kehilangan mood nya secara cepat. Misalnya saja saat harus menunggu antrian di kasir sebuah supermarket atau swalayan. Padahal harus segera berpindah ke agenda selanjutnya. Dampaknya, bisa marah-marah sendiri, menyalahkan kasirnya, menyalahkan supirnya ketika jalannya lambat, dan masih banyak lagi.
Beberapa waktu yang lalu saya mampir di sebuah pusat perbelanjaan yang cukup besar di Jogja. Niat ke sana hanya ingin membeli jeruk nipis untuk dibawa pulang. Setelah sampai di dalam, ternyata sudah begitu panjang antrian orang di area kasir. Mau tidak mau, setelah saya mengambil jeruk nipis yang hanya 9 biji itu, saya pun ikut mengantri di kasir. Agar lebih cepat, saya memilih antrian mana yang kira-kira lebih pendek daripada antrian lain.
Saya pun memilih antrian paling ujung yang sepertinya tidak terlalu panjang barisannya. Ternyata eh ternyata salah prediksi. Justru antrian yang saya pilih ini yang jalannya paling lama dibandingkan yang lain. Wuah, bakalan nge-pos di sini lama ini, batin saya. Ibu-ibu di belakang saya sudah mulai menggerutu. Beliau juga sama seperti saya, hanya membeli sedikit barang saja.
Saya pun berpikir, wah masak waktunya dibuang-buang cuma buat nunggu sih. Lalu saya keluarkan HP saya, dan saya buka file di email tentang kumpulan tulisan seorang penulis terkenal. Sambil menunggu saya baca beberapa tulisan tersebut. Hasilnya, selama 30 menit menunggu, beberapa artikel pendek sudah berhasil selesai saya baca. Penantian panjang pun berakhir, segera setelah saya bayar, saya bergegas pulang untuk melanjutkan aktivitas berikutnya.
Kalimat yang sungguh klasik tapi sangat powerfull, Life is Choice. Hidup adalah pilihan. Peristiwa yang kita alami dalam suatu waktu antara orang satu dengan orang yang lain barangkali sama. Misalnya saja, sama-sama menunggu. Hanya saja pilihan respon atas kejadian atau peristiwa yang dialami bisa jadi berbeda. Lalu bagaimana komentar Anda tentang menunggu?
Ah, bisa jadi kita akan berkomentar, menunggu itu :
- menyebalkan
- membuat kita emosi
- membuat kaki pegel-pegel
Tapi, bisa jadi juga kita akan berkomentar, menunggu itu :
- training kesabaran
- bikin tambah pinter
- bisa nambah relasi (sama yang sama-sama nunggu)
- bisa buat ngobrol asik dan penuh cinta (dengan pasangan)
- dll
Menunggu itu....?
*............ = Pilihan kita masing-masing
Tahukah Anda arti kata-kata di atas? Akan sangat sulit mengartikannya kecuali kalau pembaca memahami kata-kata dalam bahasa Jawa. Waiting di atas bukan berarti menunggu, secara keseluruhan arti kalimat tercetak miring di atas adalah bersemainya cinta itu karena sebuah intensitas (witing tresna jalaran soko kulina).
Oke, kembali ke topik. Bagi sebagian besar orang, menunggu adalah sebuah aktivitas yang menyebalkan. Tidak jarang menimbulkan pertikaian antara orang yang menunggu dan yang ditunggu. Terutama saat yang ditunggu terlambat datang dan keterlambatannya memakan waktu yang sangat lama.
Menunggu juga bisa membuat seseorang kehilangan mood nya secara cepat. Misalnya saja saat harus menunggu antrian di kasir sebuah supermarket atau swalayan. Padahal harus segera berpindah ke agenda selanjutnya. Dampaknya, bisa marah-marah sendiri, menyalahkan kasirnya, menyalahkan supirnya ketika jalannya lambat, dan masih banyak lagi.
Beberapa waktu yang lalu saya mampir di sebuah pusat perbelanjaan yang cukup besar di Jogja. Niat ke sana hanya ingin membeli jeruk nipis untuk dibawa pulang. Setelah sampai di dalam, ternyata sudah begitu panjang antrian orang di area kasir. Mau tidak mau, setelah saya mengambil jeruk nipis yang hanya 9 biji itu, saya pun ikut mengantri di kasir. Agar lebih cepat, saya memilih antrian mana yang kira-kira lebih pendek daripada antrian lain.
Saya pun memilih antrian paling ujung yang sepertinya tidak terlalu panjang barisannya. Ternyata eh ternyata salah prediksi. Justru antrian yang saya pilih ini yang jalannya paling lama dibandingkan yang lain. Wuah, bakalan nge-pos di sini lama ini, batin saya. Ibu-ibu di belakang saya sudah mulai menggerutu. Beliau juga sama seperti saya, hanya membeli sedikit barang saja.
Saya pun berpikir, wah masak waktunya dibuang-buang cuma buat nunggu sih. Lalu saya keluarkan HP saya, dan saya buka file di email tentang kumpulan tulisan seorang penulis terkenal. Sambil menunggu saya baca beberapa tulisan tersebut. Hasilnya, selama 30 menit menunggu, beberapa artikel pendek sudah berhasil selesai saya baca. Penantian panjang pun berakhir, segera setelah saya bayar, saya bergegas pulang untuk melanjutkan aktivitas berikutnya.
Kalimat yang sungguh klasik tapi sangat powerfull, Life is Choice. Hidup adalah pilihan. Peristiwa yang kita alami dalam suatu waktu antara orang satu dengan orang yang lain barangkali sama. Misalnya saja, sama-sama menunggu. Hanya saja pilihan respon atas kejadian atau peristiwa yang dialami bisa jadi berbeda. Lalu bagaimana komentar Anda tentang menunggu?
Ah, bisa jadi kita akan berkomentar, menunggu itu :
- menyebalkan
- membuat kita emosi
- membuat kaki pegel-pegel
Tapi, bisa jadi juga kita akan berkomentar, menunggu itu :
- training kesabaran
- bikin tambah pinter
- bisa nambah relasi (sama yang sama-sama nunggu)
- bisa buat ngobrol asik dan penuh cinta (dengan pasangan)
- dll
Menunggu itu....?
*............ = Pilihan kita masing-masing
Thursday, October 31, 2013
Your Job is not Your Career
Judul yang saya tulis ini barangkali sudah pernah atau bahkan sering pembaca lihat atau dengar. "Your Job is Not Your Career" adalah judul buku dari seorang Rene Suhardono, seorang career coach, seorang head hunter. Sebuah buku yang membahas dan mengutak-atik seputar passion, purpose of life, value, happiness, fullfillment dan tentu saja sesuai dengan judulnya, memberikan penyadaran lebih mengenai perbedaan JOB dan CAREER.
Job, menurut bang Rene, didefiniskan sebagai alat/instrumen, sarana, jalan, kendaraan, untuk memperoleh pencapaian pribadi, memenuhi kebutuhan hidup baik pribadi maupun kebutuhan organisasi berupa pencapaian tujuannya. Adapun career sepenuhnya adalah mengenai diri sendiri. Mengenai seberapa jauh kita mengetahui uniqueness yang kita miliki. Kemudian apakah kita sudah memiliki pilihan aktivitas yang kita enjoy di dalamnya. Career terkait dengan uniqeness, passion, purpose of life (jalankan hidup lebih bermakna), values of life (ingin diingat seperti apa saat kita meninggal nantinya). Selain itu career juga mencakup keberadaan sebuah motivasi yang berkelanjutan untuk terus melakukan action pada saat ini untuk mencapai kebahagiaan dan kepuasan dalam hidup.
Kalau dengan bahasa yang lebih sederhana, Job itu adalah tampilan secara fisiknya, sedangkan career adalah bagian non fisiknya. Nah, saat Job dan Career (dalam bahasan ini) bisa menyatu dan saling berkolaborasi, tentu akan menjadikan seseorang yang memilikinya jauh lebih mudah mendapatkan pencapaian tinggi dalam hidupnya. Saat mereka bekerja pun, mereka bangga dengan dirinya, sekaligus pekerjaannya. Dalam menjalankan rutinitias sehari-hari pun, mereka bisa menikmati dan memberikan hasil yang optimal. Untuk orang-orang seperti ini, pada tataran tertentu bahkan dia tidak akan membedakan lagi mana yang disebut "JOB"nya dan mana yang dinamakan "CAREER"nya.
Lho kok bisa, karena aktivitas yang dia lakukan itu sudah menyatu dalam dirinya. Seperti yang pernah saya baca dalam sebuah buku yang sangat inspiratif, "Biarkan Hujan Menyembuhkanmu". Penulis buku tersebut, Wahyu Bramastyo menyampaikan bahwa menulis, mengajar, menyembuhkan itu bukan profesi saya, melainkan saya. Tulisan tersebut secara gambang menyampaikan sebuah pesan betapa profesi yang dipilih oleh beliau ini sudah sangat menyatu dalam diri beliau. Sebuah hal yang menurut saya sangat perlu diapresiasi karena tidak semua orang bisa menjadi seperti beliau. Begitu banyak orang yang sebenarnya sudah mati di usai 20 tahun tapi baru dikuburkan di usia 80 tahun.
Maksudnya? Ya karena selama hidupnya, bisa jadi dia "memaksakan diri" untuk terus bertahan dalam sebuah aktivitas yang sebenarnya dia sendiri tidak menyukainya. Mereka yang mengabaikan panggilan nurani, panggilan yang ingin menyampaikan di manakah sebenarnya peran yang sudah Allah tuliskan dalam hidup mereka.
Job, menurut bang Rene, didefiniskan sebagai alat/instrumen, sarana, jalan, kendaraan, untuk memperoleh pencapaian pribadi, memenuhi kebutuhan hidup baik pribadi maupun kebutuhan organisasi berupa pencapaian tujuannya. Adapun career sepenuhnya adalah mengenai diri sendiri. Mengenai seberapa jauh kita mengetahui uniqueness yang kita miliki. Kemudian apakah kita sudah memiliki pilihan aktivitas yang kita enjoy di dalamnya. Career terkait dengan uniqeness, passion, purpose of life (jalankan hidup lebih bermakna), values of life (ingin diingat seperti apa saat kita meninggal nantinya). Selain itu career juga mencakup keberadaan sebuah motivasi yang berkelanjutan untuk terus melakukan action pada saat ini untuk mencapai kebahagiaan dan kepuasan dalam hidup.
Kalau dengan bahasa yang lebih sederhana, Job itu adalah tampilan secara fisiknya, sedangkan career adalah bagian non fisiknya. Nah, saat Job dan Career (dalam bahasan ini) bisa menyatu dan saling berkolaborasi, tentu akan menjadikan seseorang yang memilikinya jauh lebih mudah mendapatkan pencapaian tinggi dalam hidupnya. Saat mereka bekerja pun, mereka bangga dengan dirinya, sekaligus pekerjaannya. Dalam menjalankan rutinitias sehari-hari pun, mereka bisa menikmati dan memberikan hasil yang optimal. Untuk orang-orang seperti ini, pada tataran tertentu bahkan dia tidak akan membedakan lagi mana yang disebut "JOB"nya dan mana yang dinamakan "CAREER"nya.
Lho kok bisa, karena aktivitas yang dia lakukan itu sudah menyatu dalam dirinya. Seperti yang pernah saya baca dalam sebuah buku yang sangat inspiratif, "Biarkan Hujan Menyembuhkanmu". Penulis buku tersebut, Wahyu Bramastyo menyampaikan bahwa menulis, mengajar, menyembuhkan itu bukan profesi saya, melainkan saya. Tulisan tersebut secara gambang menyampaikan sebuah pesan betapa profesi yang dipilih oleh beliau ini sudah sangat menyatu dalam diri beliau. Sebuah hal yang menurut saya sangat perlu diapresiasi karena tidak semua orang bisa menjadi seperti beliau. Begitu banyak orang yang sebenarnya sudah mati di usai 20 tahun tapi baru dikuburkan di usia 80 tahun.
Maksudnya? Ya karena selama hidupnya, bisa jadi dia "memaksakan diri" untuk terus bertahan dalam sebuah aktivitas yang sebenarnya dia sendiri tidak menyukainya. Mereka yang mengabaikan panggilan nurani, panggilan yang ingin menyampaikan di manakah sebenarnya peran yang sudah Allah tuliskan dalam hidup mereka.
Friday, October 25, 2013
Oleh-Oleh Pendidikan (Bagian 1)
Beberapa waktu yang lalu, Alhamdulillaah, saya mengikuti sebuah seminar pendidikan yang pembicaranya menurut saya adalah supesial. Satunya adalah beliau bapak J Sumardianta, guru SMA De Britto, kolumnis Tempo, penulis buku "Guru Gokil, Murid Unyu". Kemudian pembicara lainnya adalah Dik Doank, artis yang akhirnya memutuskan untuk menggeluti dunia pendidikan dengan "Kandang Jurang Doank"nya.
Ada begitu banyak hal inspiratif yang saya dapatkan di sana. Beberapa yang bisa saya ingat dan saya pahami akan saya share-kan dalam tulisan ini. Semoga bermanfaat untuk sahabat pembaca semua.
Ada sebuah filosofi menarik mengenai model pembelajaran yang baik menurut pak J Sumardianta. Menurut beliau, seharusnya model pembelajaran itu adalah menggunakan model "Kapal Selam". Apa maksudnya? Seharusnya pendidikan atau pembelajaran itu adalah "membawa siswanya dalam kedalaman makna". Wuih, mantep bener kan? Oke, ini baru permulaan, so mari kita lanjutkan.
Bagaimana untuk bisa sampai ke sana? Maka pendidikan harusnya terkait dengan permasalahan atau tantangan yang akan dihadapi siswa dalam kehidupan sehari-hari. Untuk itu, kreativitas dari para pendidik sangatlah diperlukan. Misalnya saja untuk anak-anak jaman sekarang yang terkenal dengan sebutan "Generasi Digital". Mau tidak mau, suka tidak suka para pendidik harus update juga tentang perkembangan dunia digital termasuk bagaimana menerapkannya dalam dunia pemelajaran.
Sebuah contoh misalnya, untuk mengajarkan sebuah tema tentang "hormat kepada orang tua". Kalau diajarkan hanya dengan model pidato atau nasehat saja, kecil kemungkinan bisa menjadi sesuatu yang berkesan bagi para siswa. Dikaitkan dengan dunia digital, pak J Sumardianta pun berinovasi dalam mengajarkannya dengan metode berikut ini.
Awalnya mereka ditanyakan mengenai siapakah sosok Hero dalam kehidupan sehari-hari mereka. Hampir semua siswa memilih orang tua sebagai pilihan jawaban untuk pertanyaan tersebut. Dari jawaban itulah, diberikan tugas kepada tiap siswa untuk membuat video dokumentasi tentang kegiatan orang tua masing-masing. Dalam video tersebut juga harus terdapat testimoni dari orang tua masing-masing. Tugas ini dikerjakan secara berkelompok. Walaupun demikian, tiap anggota kelompok tetap mendapatkan tugas untuk mendokumentasikan hero dalam hidupnya kemudian baru disatukan dalam video kelompok.
Setelah semua kelompok menyelesaikan videonya, selanjutnya diadakanlah presentasi tiap kelompok. Dari sanalah terbukalah begitu banyak hal. Tidak hanya materi tentang "hormat kepada orang tua" saja yang tersampaikan. Ada begitu banyak informasi yang bisa ditemukan oleh pak J Sumardianta saat menggali data dari tiap kelompok yang telah selesai mempresentasikan tugasnya.
Hmm... apa kira-kira yang didapatkan oleh beliau ya?
Next.... to be continued
Tamu Istimewa (bagian 2)
Selesai mengantarkan gadis kecil itu pulang ke rumahnya, Conrad pun kembali ke rumahnya. Conrad berjalan lebih cepat saat pulang, dia khawatir Tuhan sudah sampai di rumahnya dan menunggu lama. Setelah beberapa saat menempuh perjalanan, sampailah Conrad di depan rumahnya. Conrad terkejut saat melihat pintu rumahnya terbuka. Ah, jangan-jangan Tuhan sudah masuk ke dalam rumahku, batinnya.
Bergegas Conrad memasuki rumahnya. Setelah sampai di dalam rumah, ternyata bukan Tuhan yang ada di dalamnya, melainkan tetangganya yang terluka parah. Ternyata tetangganya baru saja berkelahi dengan penjahat di dekat rumahnya. Tubuhnya penuh luka dan harus segera dirawat. Ditemani beberapa tetangga yang ada di sekitar rumahnya, oleh Conrad dirawat dan diobatilah tetangganya itu dengan baik. Setelah semua lukanya selesai dirawat, maka diantarkanlah tetangganya ini pulang ke rumahnya.
Begitu kembali ke rumahnya, Conrad pun melepas lelah sambil merebahkan tubuhnya. Kondisi tubuhnya yang sangat lelah membuat Conrad terlelap hingga pagi hari. Begitu bangun, dia terkejut karena hari sudah pagi. Selain terkejut juga khawatir, jangan-jangan Tuhan sudah datang saat aku tidur tadi malam, begitu batinnya.
Belum selesai rasa khawatirnya, terdengarlah suara nyaring dari telepon rumah miliknya. Conrad pun segera mengangkat telepon tersebut. Ternyata telepon itu dari Tuhan, di telepon Tuhan berkata, "Conrad, terima kasih, telah kau hidangkan teh panas kepadaku, telah kau antarkan aku ke rumahku saat aku tersesat, dan telah kau rawat tubuhku yang penuh luka, engkau adalah hambaku yang mulia"
Cerita "Tamu Istimewa 1 dan 2 " ini adalah cerita yang saya dapatkan dari sebuah buku yang saya baca. Dalam buku tersebut, disebutkan bahwa ini adalah cerita sufi. Terlepas dari apa pemahaman sahabat pembaca mengenai sufi, terlepas dari apapun tanggapan sahabat pembaca mengenai cerita yang tersampaikan ini, bagi saya, cerita ini sungguh dahsyat. Semakin menyadarkan bahwa semua yang kita jumpai, yang kita alami dalam hidup ini adalah rahmat dariNya. Tak ada satupun yang luput dari campur tanganNya. Kunci untuk mengambil saripati hikmahnya adalah dengan menyadari dan meyakini bahwa tak ada satupun kehendakNya yang bermuatan negatif bagi hamba-hambaNya. Mari terus selami samudera hikmah.........
Bergegas Conrad memasuki rumahnya. Setelah sampai di dalam rumah, ternyata bukan Tuhan yang ada di dalamnya, melainkan tetangganya yang terluka parah. Ternyata tetangganya baru saja berkelahi dengan penjahat di dekat rumahnya. Tubuhnya penuh luka dan harus segera dirawat. Ditemani beberapa tetangga yang ada di sekitar rumahnya, oleh Conrad dirawat dan diobatilah tetangganya itu dengan baik. Setelah semua lukanya selesai dirawat, maka diantarkanlah tetangganya ini pulang ke rumahnya.
Begitu kembali ke rumahnya, Conrad pun melepas lelah sambil merebahkan tubuhnya. Kondisi tubuhnya yang sangat lelah membuat Conrad terlelap hingga pagi hari. Begitu bangun, dia terkejut karena hari sudah pagi. Selain terkejut juga khawatir, jangan-jangan Tuhan sudah datang saat aku tidur tadi malam, begitu batinnya.
Belum selesai rasa khawatirnya, terdengarlah suara nyaring dari telepon rumah miliknya. Conrad pun segera mengangkat telepon tersebut. Ternyata telepon itu dari Tuhan, di telepon Tuhan berkata, "Conrad, terima kasih, telah kau hidangkan teh panas kepadaku, telah kau antarkan aku ke rumahku saat aku tersesat, dan telah kau rawat tubuhku yang penuh luka, engkau adalah hambaku yang mulia"
Cerita "Tamu Istimewa 1 dan 2 " ini adalah cerita yang saya dapatkan dari sebuah buku yang saya baca. Dalam buku tersebut, disebutkan bahwa ini adalah cerita sufi. Terlepas dari apa pemahaman sahabat pembaca mengenai sufi, terlepas dari apapun tanggapan sahabat pembaca mengenai cerita yang tersampaikan ini, bagi saya, cerita ini sungguh dahsyat. Semakin menyadarkan bahwa semua yang kita jumpai, yang kita alami dalam hidup ini adalah rahmat dariNya. Tak ada satupun yang luput dari campur tanganNya. Kunci untuk mengambil saripati hikmahnya adalah dengan menyadari dan meyakini bahwa tak ada satupun kehendakNya yang bermuatan negatif bagi hamba-hambaNya. Mari terus selami samudera hikmah.........
Thursday, October 24, 2013
Tamu Istimewa (bagian 1)
Sebuah cerita tentang seseorang yang bernama Conrad, dia adalah seorang pengusaha sepatu. Suatu hari dia memutuskan untuk pulang lebih awal daripada biasanya. Kenapa dia pulang lebih awal? Karena di hari itu Conrad ini akan kedatangan tamu istimewa, siapa tamu istimewanya? Ya, tamunya adalah Tuhan. Tentu saja istimewa sekali bukan? Nah, dengan tamunya yang istimewa ini, Conrad pun mempersiapkan dengan baik segala sesuatunya. Ruang tamunya dibersihkan, dia membuat roti, dia siapkan teh panas yang akan dipersembahkan bagi tamunya nanti.
Setelah segala sesuatunya telah siap, duduklah Conrad untuk menunggu tamunya di ruang tamu. Setelah beberapa lama, ternyata tak ada sedikitpun tanda-tanda Tuhan akan datang. Maka sambil menunggu, merenunglah Conrad, mengingat semua kebaikan-kebaikan yang telah dia terima selama ini dari Tuhan. Semua keberuntungan yang menjadikannya seperti sekarang ini. Walaupun pendidikannya pas-pasan, tapi dengan kegigihannya dan rahmat Tuhan, dia bisa menjadi seorang pengusaha sepatu dengan banyak karyawan.
Tak berapa lama kemudian, terdengar pintu rumah Conrad diketuk oleh seseorang. Conrad yang sedang asyik melamun nampak terkejut dengan ketukan itu. Segeralah dia berlari menuju pintu untuk membukanya. Pintu pun terbuka, di luar rumah ternyata sudah menunggu seorang bapak petugas pos yang mengantarkan sebuah surat kepada Conrad. Melihat kondisi pak pos yang menggigil kedinginan, diajaklah pak pos ini masuk ke dalam rumahnya. Teh panas yang sudah disiapkannya untuk Tuhan pun dihidangkannya pada pak Pos yang kedinginan ini. Setelah menghangatkan tubuhnya dengan teh panas dari Conrad, pak pos pun berpamitan sambil mengucapkan terima kasih kepada conrad.
Setelah pak pos meninggalkan rumahnya, Conrad pun melanjutkan renungannya tadi. Sambil tetap setia menunggu tamu istimewanya yang sampai saat itu belum datang juga. Saat tengah asyik dengan renungannya, kembali terdengar ketukan di pintu rumahnya. Setengah berlari, dibukalah pintu rumahnya untuk kedua kalinya dan tampaklah seorang gadis kecil di depan pintu rumahnya.
Melihat kondisi di luar rumah yang dingin dan angin berhembus cukup kencang, diajaklah gadis kecil ini masuk. Ternyata gadis ini tersesat dan kebingungan menemukan rumahnya. Conrad pun menawarkan bantuan untuk mengantar gadis kecil ini. Maka ditinggalkanlah rumahnya sambil dia gantungkan pesan untuk Tuhan di pintu rumahnya "Tuhan, jika kau sudah sampai, tunggulah dulu, aku sedang ada urusan penting sebentar"
Apakah tamu istimewa Conrad akan datang setelah Conrad mengantar gadis kecil ini?
..... to be continued.....
Setelah segala sesuatunya telah siap, duduklah Conrad untuk menunggu tamunya di ruang tamu. Setelah beberapa lama, ternyata tak ada sedikitpun tanda-tanda Tuhan akan datang. Maka sambil menunggu, merenunglah Conrad, mengingat semua kebaikan-kebaikan yang telah dia terima selama ini dari Tuhan. Semua keberuntungan yang menjadikannya seperti sekarang ini. Walaupun pendidikannya pas-pasan, tapi dengan kegigihannya dan rahmat Tuhan, dia bisa menjadi seorang pengusaha sepatu dengan banyak karyawan.
Tak berapa lama kemudian, terdengar pintu rumah Conrad diketuk oleh seseorang. Conrad yang sedang asyik melamun nampak terkejut dengan ketukan itu. Segeralah dia berlari menuju pintu untuk membukanya. Pintu pun terbuka, di luar rumah ternyata sudah menunggu seorang bapak petugas pos yang mengantarkan sebuah surat kepada Conrad. Melihat kondisi pak pos yang menggigil kedinginan, diajaklah pak pos ini masuk ke dalam rumahnya. Teh panas yang sudah disiapkannya untuk Tuhan pun dihidangkannya pada pak Pos yang kedinginan ini. Setelah menghangatkan tubuhnya dengan teh panas dari Conrad, pak pos pun berpamitan sambil mengucapkan terima kasih kepada conrad.
Setelah pak pos meninggalkan rumahnya, Conrad pun melanjutkan renungannya tadi. Sambil tetap setia menunggu tamu istimewanya yang sampai saat itu belum datang juga. Saat tengah asyik dengan renungannya, kembali terdengar ketukan di pintu rumahnya. Setengah berlari, dibukalah pintu rumahnya untuk kedua kalinya dan tampaklah seorang gadis kecil di depan pintu rumahnya.
Melihat kondisi di luar rumah yang dingin dan angin berhembus cukup kencang, diajaklah gadis kecil ini masuk. Ternyata gadis ini tersesat dan kebingungan menemukan rumahnya. Conrad pun menawarkan bantuan untuk mengantar gadis kecil ini. Maka ditinggalkanlah rumahnya sambil dia gantungkan pesan untuk Tuhan di pintu rumahnya "Tuhan, jika kau sudah sampai, tunggulah dulu, aku sedang ada urusan penting sebentar"
Apakah tamu istimewa Conrad akan datang setelah Conrad mengantar gadis kecil ini?
..... to be continued.....
Lotis Al Hikmah
Suatu hari saya membeli lotisan buah di penjual lotis yang berjualan di dekat rumah. Saya pesan bumbu yang tidak terlalu pedas alias sedang. Bumbunya apa? Seperti bumbu-bumbu lotis biasanya, ada gula merah, ada garam, ada cabe, ditambah cairan asam. Kebetulan ini hidung lagi agak meler juga, hehe...sengaja untuk mendapatkan lebih banyak vitamin dari buah-buahan juga pedesnya cabe di bumbunya.
Sampai di rumah, bungkusan lotis pun saya gelar. Potongan buah-buahnya saya letakkan di mangkuk plastik, sementara bumbunya saya masukkan di mangkuk yang lain. Sambil buka laptop dan menulis di blog, lotisan buah ini saya jadikan teman untuk menghasilkan ide-ide untuk tulisan saya.
Setelah beberapa saat, saya amati di mangkuk yang ada gulanya ternyata sudah ada beberapa semut yang datang. Awalnya hanya sedikit, jadi saya biarkan saja mereka, toh hanya sedikit. Tak berapa lama setelah saya biarkan, eh ternyata jumlah semutnya tambah banyak. Melihat semut yang semakin banyak, timbul niat dari dalam hati untuk membersihkan semut-semut ini dari mangkuk saya. Mereka udah ganggu saya makan, lebih baik disingkirkan saja ini para semut, batin saya saat itu.
Namun demikian, niat itu akhirnya saya urungkan. Saya justru tertarik mengamati perilaku para semut yang tampak asyik menikmati sambal gula yang ada di sana. Beberapa saat mengamati, tiba-tiba saja muncul sebuah insight baru, hmm... tadi ane berpikir kalau keberadaan semut-semut ini udah gangguin ane makan, padahal ini sebenernya siapa diganggu siapa. Pan bisa jadi juga semut-semut ini udah ada lebih dulu sebelum ane mindahin meja kerja ke tempat ini. Bahkan bisa jadi para semut ini udah menempatin ini lokasi sebelum rumah ini dibangun. Wah, kalau misalnya begitu skenarionya, berarti bukan nih semut dong yang ganggu ane, tapi justru ane yang gangguin ini kenyamananan tidur siang para semut. Ya iya kan, saat ane pindahin meja pasti suaranya kenceng banget buat mereka. Pantes aja mereka bangun, nah liat makanan, ya dimakanlah.
Subhanallah dah, dialog ini sungguh mencerahkan saya. Saya yang tadinya pengen ngusir itu para semut, justru bilang seperti ini (sambil terus ngeliatin semutnya) ya udah deh semut, kita makan bareng aja kalau gitu ya. Anggap aja ini permintaan maaf dari saya untuk teman-temanmu. Huehehe....semoga aja semutnya pada dengerin yah.
Anyway, memang benar bahwa kita bisa jadikan apapun atau siapapun yang kita jumpai dalam hidup ini sebagai guru kita. Bahkan dari semut pun, kita bisa belajar sesuatu. Alhamdulillaah... terima kasih Allah, atas kebaikan berupa hikmah yang Kau sampaikan.
Keep Sharing!!
Kehilanganmu
Membersamaimu..
Adalah anugerah
Begitu banyak pengorbanan
Begitu banyak kebaikan
Yang telah kau lakukan
Sahabatku..
Dan mungkin memang
Sudah saatnya untuk
Sebuah perpisahan abadi
Saat engkau melemah
Saat engkau tak lagi menjadi pilihan
Sebuah keterpaksaan
Sungguh diri ini tak tega
Memintamu untuk berpindah
Dari gugusan sahabat nan putih
Walaupun aku yakin
Ini semua adalah yang terbaik
Kebaikan untukmu sahabatku
Juga untukku sendiri
Semoga penggantimu kelak
Adalah sebaik engkau
Menyajikan kenyamanan
Menyajikan kelembutan
Mengolah memudahkan
Untuk setiap asupan rizkiNya
Sekarang ruangmu telah kosong
Dalam rongga ini
Dalam nuansa dinding merah merona
Akan segera tergantikan
Akan segera terisi
Penggantimu
Terima kasih sahabat
Kehilanganmu adalah penyesalan
Kehilanganmu adalah detik-detik lara
Selamat jalan
*persembahan khusus untuk gigi yang kemarin baru dicabut :D
Saturday, October 19, 2013
100 Tulisan Selama 2013??
Sengaja di akhir judul saya berikan tanda tanya. Tanda tanya artinya itu sebuah pertanyaan. Tepatnya memang diarahkan ke sebuah pertanyaan yang bunyinya seperti ini "Beneran itu bisa tercapai?". Jawabannya bukan "tidak" melainkan "belum".
Seperti yang terlihat di Blog Archive, postingan ini akan menjadi postingan ke-92. Itu artinya, saya masih kurang 8 artikel lagi untuk sampai pada jumlah 100. Alhamdulillaah...Subhanallaah...bener memang, saat kita sudah ucapkan niat, berdoa, berusaha, berpasrah maka tunggulah saat yang indah, cielaah... hehehe...
Semuanya tentu tak lepas dari kemudahan yang Allah berikan. Dia, Dzat Yang Maha Inspiratif (menurut saya lhoo), Dia Yang Maha Memiliki Ilmu. Saya sadar sepenuhnya bahwa tangan ini, jari-jari ini, Dia jua yang mengijinkannya bergerak, menari menuliskan kata-kata, merangkainya dalam paragraf dan terkumpul menjadi satu artikel. Ide-ide yang meletup di benak saya, Dia juga yang mengirimkannya, mengijinkan saya untuk menterjemahkan menjadi sebuah kalimat yang bisa dipahami oleh pembaca.
Selanjutnya, saya juga perlu memberikan apresiasi kepada seluruh penulis buku yang bukunya saya baca. Saya doakan semoga Anda semua mendapatkan amal jariyah dari ilmu-ilmu yang telah Anda semua tulis dalam buku yang telah saya baca itu. Apresiasi juga saya sampaikan kepada siapapun yang telah meminjami saya buku (baik yang belum saya kembalikan atau yang sudah saya kembalikan, hehe) semoga kebaikan Anda dicatat sebagai ilmu.
Apresiasi selanjutnya kepada seluruh pencipta lagu dan peng-aransemen lagu sehingga lagunya bisa membuat saya suka mendengarnya dan menjadi inspirasi dalam beberapa tulisan best seller saya, hahaha... Termasuk juga para sutradara film yang filmnya juga memberikan inspirasi dalam tulisan-tulisan yang sudah saya buat.
Kok jadi kaya testimoni atawa kata pengantar dalam sebuah buku yak? hehehe...bisa jadi!! BIsa jadi!!
Lho... bisa jadi apa, Bay?
Bisa jadi emang sebentar lagi bakal jadi nerbitin buku karangan Bayu Satriyo nih.
Aamiiin Ya Allah...biar mantep, Aamiin Bangeet ya Allah :D
Special thanks, untuk seseorang yang udah pantau teruus ini blog di sela-sela padatnya aktivitas beliau. Terima kasiiiiihhh :) *kasih lope-lope dikit ah :P
Daan finally, untuk sahabat sahabat dekat, keluarga yang selalu support, big thanks, guys!!
Finally yang kedua, untuk rekan-rekan komunitas menulis saya... Makasiih berat untuk kompetisinya di kuis "Berpacu Dalam Menulis" . Tetep semangat bro Fanny and Sist Astrii......(sebentar saya ambilkan fotonya di blognya narastri.web.id)...loaddiiiiing....
Nah ini dia nih...berhasil juga di-ambiilnya..
Ki-Ka : Bayu, Astri, Fanny |
Bayu dengan blognya :
Narastri dengan blognya :
Fanny Fauzi dengan blognya :
Oke dan insya Allah kurang 8 tulisan lagi. Bismillah, semoga 8 tulisan bisa terselesaikan sebelum tanggal 25 Oktober 2013.
Tetaaap semangaaat menulis.
Seperti yang disampaikan oleh pakdhe Zaim Uchrowi, menuliskan perbuatan itu adalah hal baik, walaupun menuliskan perbuatan dalam bentuk tulisan itu adalah langkah yang lebih baik.
JA dan NEJ
Melihat judulnya, barangkali anda akan bertanya, "Apa maksudnya ini?" Begitukah? Jika iya iya berarti wajar. Jika tidak? Itu berarti Anda pintar, hehe...
Ja dalam bahasa Denmark artinya YA, sedangkan NEJ, masih menurut bahasa Denmark artinya adalah TIDAK.
Ada sebuah cerita menarik tentang dua kosakata ini. Cerita ini saya dapatkan dari buku yang ditulis oleh Paul Arden, Whatever You Think, Think The Opposite. Buku yang sangat menarik. Berisi beberapa uraian pendek yang sangat menggugah. Minimal untuk berpikir ulang terhadap apa saja yang sudah kita lakukan selama ini dalam hidup.
Cerita bermula saat Paul ini meninggalkan seorang temannya di sebuah pub di Copenhagen, Denmark. Padahal teman Paul ini memiliki keterbatasan dalam penguasaan bahasa Denmarknya. Dua kosakata yang dia miliki hanyala JA (ya) dan NEJ (tidak). Saat Paul ini beranjak untuk meninggalkan temannya, datanglah seorang pria mabuk. Paul masih sempat mengamati bahwa pria mabuk ini mengajak temannya (teman Paul) berbincang. Teman Paul ini pun hanya menanggapi dengan ucapan JA dan NEJ saja karena memang hanya dua kosakata itu yang dia kuasai.
Tak berapa lama kemudian, Paul pun kembali lagi ke pub itu dan ternyata temannya masih asik berbincang dengan si pria mabuk ini. Padahal kosakata yang digunakan oleh teman Paul ini tidak bertambah sedikit pun. Ya, hanya JA dan NEJ saja. Paul pun berkesimpulan bahwa sangat mungkin pemabuk itu merasa bahwa teman bicaranya itu adalah orang yang menarik hanya karena dia mendengarkan apa yang dia sampaikan dengan antusias walaupun saat menyampaikan berada dalam kondisi mabuk.
Cerita yang sangat inspiratif bagi saya. Begitu banyak orang yang belum sadar bahwa Tuhan menciptakan dua buah telinga, dua buah mata dan hanya satu mulut saja. Bisa jadi ada sebuah pesan tersirat yang ingin disampaikanNya. Perbanyaklah "melihat" dan "mendengar" dan lakukanlah hanya dengan satu hati saja. Bahkan dalam sebuah wawancara sekalipun, menurut Paul Arden, lebih baik mendengarkan dengan cermat apa yang disampaikan oleh pewawancara daripada memamerkan kecerdasan Anda.
Dengan demikian, mereka akan tertarik kepada Anda, tanpa Anda harus mengatakan sepatah kata pun.
if you want to be interesting, be interested!!
Ngopi dulu Yuk!!
Anyway, jadi ingat sebuah cerita mengenai kopi (bubuk kopi), wortel, dan telur. Pertanyaan di awal cerita itu adalah "Anda akan memilih menjadi apa? Kopi, Wortel, atau Telur? Bagaimana jika masing-masing dimasukkan ke air mendidih?" Begitu kira-kira pertanyaannya. Bagi yang tidak suka kopi, barangkali jawaban otomatisnya adalah wortel atau telur. Bagi mereka yang tidak suka telur dan kopi, sudah pasti jawabannya adalah wortel. Begitu juga yang tidak suka kopi dan wortel maka jawabannya pastilah telur, dan seterusnya.
Namun ternyata jawaban dari pertanyaan tersebut tidak berkaitan dengan unsur like or dislike. Ada sebuah filosofi dibalik jawaban dari pertanyaan yang disebutkan di awal tadi. Sebelumnya, mari kita lihat fakta yang muncul jika masing-masing ( kopi, wortel, dan telur) dimasukkan ke air yang sedang mendidih dengan wadah masing-masing.
Wortel yang sebelumnya keras, setelah dimasukkan di air mendidih akan menjadi sangat lunak. Telur yang tadinya dalamnya cair (sangat lunak sekali) setelah dimasukkan dalam air mendidih menjadi padat. Adapun kopi, keberadaannya di air mendidih justru mengubah warna air menjadi warna kopi yaitu hitam. Tidak berhenti sampai di situ. Bahkan juga mempengaruhi bau dari air mendidih tersebut, belum lagi nanti kalau dirasakan (diminum). Bubuk kopi hilang? Masih ada, mengendap di dasar wadah.
Jika air mendidih diibaratkan sebagai tantangan dan atau permasalahan dalam hidup, maka kopi, wortel dan telur adalah pengibaratan dari karakter manusia itu sendiri. Ada manusia yang seperti wortel. Awalnya dia sangat pemberani, tidak ada kecemasan atau ketakutan dalam menjalani hidup, penuh optimisme. Akan tetapi setelah menghadapi tantangan hidup yang bertubi-tubi dia menjadi lemah tak berdaya, melepaskan idealismenya.
Karakter selanjutnya diwakili oleh telur. Awalnya dia sangat fleksibel, ramah, mudah akrab dengan orang, enjoy , tetapi setelah menghadapi tantangan hidup kemudian menjadi karakter yang kaku, ingin menang sendiri, tidak mau menerima pendapat orang lain bahkan ingin memaksakan kehendaknya kepada orang lain.
Sedangkan karakter kopi, menjelaskan bahwa tantangan hidup adalah sesuatu yang harus dihadapi dengan karakter yang kuat. Kopi tidak larut bahkan juga mampu "mewarnai" air mendidih itu dengan sumber daya yang dimilikinya. Alangkah mulianya jika manusia memiliki karakter seperti ini (dalam konteks kebaikan tentunya). Mereka yang memiliki karakter mulia. Mereka yang memiliki keinginan besar untuk membagikan kemanfaatan ke sebanyak mungkin orang. Mereka yang memiliki visi yang besar dalam hidupnya. Merekalah sosok-sosok tangguh yang akan selalu bisa "mewarnai" hidup mereka menjadi lebih indah dengan segala tantangan apapun yang dihadapinya.
So, pilihan ada ditangan kita masing-masing guys!!
Sambil menentukan pilihan terbaiknya, Ngopi dulu Yuk!!
hehe...
Friday, October 18, 2013
Terima Kasih, Cinta
Kata guru, menjadi bahagia itu
Sederhana
Karena bahagia
Adalah saat bisa berterima kasih
Mengucapkannya bersama ketulusan hati
Karena ketulusan hati
Itulah sumber cahaya cinta
Cahaya yang memancarkan keindahan
Cahaya yang tak mudah padam
Karena memang tak semua orang
Bisa merasakan pancarannya
Dan cahaya cinta itu berpendar
Menyelimuti jiwa dan raga
Melahirkan ucapan
Meluweskan gerak dan langkah
Maka jadilah dia
Sang penebar cinta
Dari Sang Maha Pemilik Cinta
Meleburkan sifat kemuliaan
Dalam perbuatan
Tak pantaslah diri ini berdiam diri
Karena berkata itu lebih utama
Tak pantaslah diri ini merasa jauh
Jauh dari bahagia
Karena cinta itu ada
Untuk menjadikan pemiliknya
Bahagia
Kali ini, ijinkan aku berkata
Terima kasih, Cinta
Sederhana
Karena bahagia
Adalah saat bisa berterima kasih
Mengucapkannya bersama ketulusan hati
Karena ketulusan hati
Itulah sumber cahaya cinta
Cahaya yang memancarkan keindahan
Cahaya yang tak mudah padam
Karena memang tak semua orang
Bisa merasakan pancarannya
Dan cahaya cinta itu berpendar
Menyelimuti jiwa dan raga
Melahirkan ucapan
Meluweskan gerak dan langkah
Maka jadilah dia
Sang penebar cinta
Dari Sang Maha Pemilik Cinta
Meleburkan sifat kemuliaan
Dalam perbuatan
Tak pantaslah diri ini berdiam diri
Karena berkata itu lebih utama
Tak pantaslah diri ini merasa jauh
Jauh dari bahagia
Karena cinta itu ada
Untuk menjadikan pemiliknya
Bahagia
Kali ini, ijinkan aku berkata
Terima kasih, Cinta
Indonesia Jaya!!
Kegiatan Inspirator Muda Purworejo |
Membaca sebuah postingan dari salah satu pengajar Inspirator Muda Purworejo, sebuah surat dari salah satu siswa SD yang kami ajar. Surat itu kurang lebih berbunyi begini :
Surat untuk mamaku di muntilan. Mama aku bercita-cita untuk menjadi TNI Angkatan Udara. Dan kalau mama bertanya kenapa aku ingin menjadi TNI, itu karena aku ingin memimpin Indonesia yang baru di masa depan
(Surat dari Fachri, kelas 3 SD)
Ah, sungguh mengharukan kata-katanya. Anak sekecil itu sudah memiliki visi besar dibalik cita-cita yang ingin dicapainya. Fachri tidak hanya berpikir tentang dirinya sendiri, tapi sudah berpikir untuk kemajuan bangsa Indonesia ini. Tulisan seorang anak kecil yang sungguh menggugah dan seharusnya menyadarkan kita semua yang sudah memasuki usia dewasa.
Seandainya saja ada 10 orang saja seperti Fachri di setiap SD di Indonesia, betapa negara Indonesia ini akan kaya dengan generasi penerus yang unggul. Walaupun untuk saat sekarang ini untuk mewujudkan hal tersebut membutuhkan komitmen yang kuat dari seluruh pihak yang terkait dalam sistem pendidikan di negara ini. Harus disadari, lingkungan di sekitar anak-anak bangsa ini jauh dari posisi mendukung untuk menjadikan mereka sosok generasi unggul dan ber-visi kebangsaan seperti yang Fachri sampaikan.
Media cetak dan elektronik berlomba-lomba menayangkan tontonan-tontonan yang tidak berpihak pada pendidikan karakter anak bangsa. Berita-berita yang sering ditampilkan justru berpotensi melemahkan karakter para calon pemimpin bangsa ini. Seolah-olah negeri ini sudah begitu bobroknya. Korupsi, seksualitas, kriminalitas, kehidupan glamor para selebritis, menjadi rangkaian informasi yang sangat akrab di mata dan telinga masyarakat Indonesia.
Seberapa sering media cetak dan elektronik menayangkan keberhasilan-keberhasilan anak bangsa mengharumkan nama Indonesia? Seberapa sering media mengekspose para pelopor yang menggerakkan masyarakat untuk maju? Seberapa sering media mengekspose penemuan-penemuan berharga yang dihasilkan oleh para peneliti atau civitas akademika bangsa Indonesia? Kalaupun ada, jumlahnya masih belum sebanding dengan informasi negatif yang ada.
Seorang pengisi kolom resonansi di koran republika pernah membuat sebuah survey kecil-kecilan untuk menentukan tema apa yang sebaiknya beliau pilih di kolom resonansi yang akan tampil minggu depan. Ada dua pilihan, satu adalah mengenai keberhasilan timnas u-19 dan satunya adalah tentang bunda putri, sosok yang dikaitkan dengan korupsi beberapa pejabat di tanah air.
Sebagian besar dari responden memilih tema tentang keberhasilan timnas U-19. Mereka beralasan, sudah saatnya berbicara mengenai optimisme dan mempromosikan kebaikan tentang negara ini. Tak akan ada banyak manfaatnya terus mengeksploitasi sisi kelam negeri ini.
Kesadaran mengenai hal seperti ini adalah modal yang penting untuk kemajuan bangsa ini. Bagaimana kemudian mengganti fokus dari "sisi kelam" ke "sisi terang" Indonesia. Perlu dipikirkan juga sebuah sistem pendidikan yang bisa memunculkan jiwa nasionalisme di kalangan generasi penerus bangsa ini. Sehingga kelak di kemudian hari, ada sebuah harapan munculnya semakin banyak Fachri baru yang akan menjadikan Indonesia semakin Jaya!!
Subscribe to:
Posts (Atom)