Ketika kita melihat seseorang maka yang akan terlihat sepintas adalah cara orang tersebut berpakaian, apa yang ia lakukan, bentuk secara fisiknya dan semua hal yang sifatnya kasat mata. Namun sebagai orang bijak, kita tidak bisa menilai seseorang hanya dari aspek itu saja, kita juga dituntut untuk bisa melihatnya dari sisi yang lain, sisi yang tidak kasat mata, sisi yang akan kita pahami ketika kita benar-benar mengenal dan memahaminya lebih jauh. Jika sudah demikian, maka akhirnya kita akan tahu dan kita bisa memberikan pendapat yang lebih objektif kepada orang tersebut.
Andai kita hanya melihat secara kasat mata kemudian kita langsung sampaikan kepada yang bersangkutan bahwa dia adalah seorang yang jelek tanpa memahami mengapa orang tersebut berperilaku seperti itu, padahal kita belum mengenal orang tesebut dengan baik maka sangat mungkin akan muncul perasan tidak dihormati dari orang yang menerima kritikan tersebut. Jika demikian adanya, bukannya berterima kasih kepada yang telah menunjukkan kejelekan atau kekurangannya, tetapi yang terjadi justru perasaan negatif, perasaan yang sifatnya destruktif bagi sebuah hubungan yang terjalin.
Kalaupun kita sudah mengenalnya lebih jauh, untuk bisa menyampaikan apa kekurangan seseorang tetap saja perlu diperhatikan keadaan orang yang akan kita kritik pada saat itu, apalagi ketika kita ingin menyampaikannya kepada orang lain yang bahkan belum atau tidak kita kenal sama sekali. Lalu bagaimana caranya? Caranya adalah seperti yang telah disebutkan di atas, kenali lebih jauh kondisi dia pada saat itu, kenali bagaimana dia bisa menerima sebuah nasehat, kapan sebuah nasehat itu akan dia terima dengan lapang dada dan menimbulkan semangat untuk memperbaiki, dan kapan nasehat atau kritikan itu justru akan membuatnya semakin tertekan dan membuatnya tidak bersemangat lagi.
Andai saja kita bisa memahami itu semua, apapun yang akan kita sampaikan pada seseorang pasti akan lebih mudah diterima.
Begitu juga ketika kita ingin berbagi cerita kepada orang lain mengenai kejelekan seseorang. Akan lebih baik jika sebelum meminta pendapat orang lain mengenai kejelekan seseorang, kita lakukan pendekatan terlebih dahulu kepada yang bersangkutan dan berusaha mengingatkan dan menasehatinya mengenai kejelekannya itu. Jika yang bersangkutan bisa menyadarinya, itu jauh lebih baik, artinya kejelekan yang dia miliki sangat besar kemungkinannya untuk diperbaiki. Jika demikian, berarti bahwa hanya kita dan orang tersebut yang tahu kejelekannya. Lalu kapan kita perlu meminta pendapat orang lain? Tentu saja setelah proses penyadaran yang baru saja disebutkan tidak mendapatkan respon positif dari yang bersangkutan.
Betapa indahnya jika dalam setiap diri kita bisa mempunyai sikap untuk bisa melihat orang lain tidak hanya dari sisi kita sendiri, tetapi juga dari sisi yang lain. Pada saat tertentu, kita perlu mencoba untuk menempatkan diri pada posisi orang lain agar bisa turut serta merasakan sesuatu yang mungkin sebelumnya belum pernah ada dalam pikiran kita.
Ya…mencoba untuk (juga) memahami orang lain memang bukan pekerjaan yang mudah, tetapi seandainya saat ini saya, anda, dan kita semua sudah bisa menerapkannya dalam kehidupan kita sehari-hari maka sebuah hubungan yang harmonis adalah efek yang paling nyata dari hal tersebut. Hubungan yang harmonis yang juga sama-sama dilandasi oleh kedewasaan yaitu kedewasaan dalam memahami orang lain.
By : Author and Editor
Friday, June 8, 2007
Senyuman yang Tulus
Cukup mainkan mata anda kepada seseorang, perlahan kembangkan bibir anda dan akhirnya terciptalah sebuah jurus ampuh untuk menaklukkan orang lain. Sebuah senyuman yang sebenarnya ringan untuk dilakukan, tetapi sebagian besar orang masih berat untuk menerapkannya dalam aktivitasnya sehari-hari. Padahal banyak atau tidaknya kita tersenyum seringkali berpengaruh pada penilaian seseorang pada kita. Mungkin saja orang yang kita temui menyenangkan, tetapi karena orang tersebut tidak pandai membawakan diri dalam bergaul, kesannya setiap hari tanpa senyum, secara otomatis orang akan menilai kurang baik terhadap kepribadian orang tersebut. Coba bayangkan ketika anda sedang marah sekalipun lalau orang yang menhadapi anda ternyata justru enyambutnya dengan senyuman yang tulus, berapa lama kita akan bertahan dengan kemarahan kita? Coba rasakan ketika kita melihat orang yang mukanya benar-benar terlihat kusut, tanpa semangat, melintas di depan kita, aapakah kita akan merasa sangat nyaman dengan keadaan itu? Tentu saja tidak, bahkan sangat mungkin justru kita terpengaruh oleh kondisi orang tersebut, dari kita yang sebelumnya semangat, tetapi karena elihat orang lain kurang semanagt, akhirnya energi negative orang tersebut justru berpindah kepada diri kita.
Jadi untuk siapapun yang membaca tulisan ini, entah anda adalah seorang pemimpin (apalagi pemimpin yang membawahi banyak individu), entah anda seorang pelayan toko, entah anda adalah seorang artis, dan berbagai macam profesi anda yang lain, cobalah mulai saat ini untuk belajar tersenyum. Jadikan apa yang dikaruniakan Allah SWT pada kita bias memberi manfaat bagi orang lain tentunya untuk hal-hal yang positif. Termasuk yang sangat sederhana yaitu sebuah senyuman, senyuman tulus yang bagi diri sendiri akan memunculkan sebuah efek yang sangat positif, apalagi untuk orang lain. Apapun masalahyang sedang anda hadapi, cobalah untuk tersenyum ketika berhadaan dengan orang lain dan anda akan menemukan pengalaman baru, tantangan baru dalam mengendalikan perasaan anda. Yakinlah, ketika anda sudah berhasil mengendalikannya aka dampaknya akan sanagt baik untuk perkembangan kedewasaan anda.
Jadi untuk siapapun yang membaca tulisan ini, entah anda adalah seorang pemimpin (apalagi pemimpin yang membawahi banyak individu), entah anda seorang pelayan toko, entah anda adalah seorang artis, dan berbagai macam profesi anda yang lain, cobalah mulai saat ini untuk belajar tersenyum. Jadikan apa yang dikaruniakan Allah SWT pada kita bias memberi manfaat bagi orang lain tentunya untuk hal-hal yang positif. Termasuk yang sangat sederhana yaitu sebuah senyuman, senyuman tulus yang bagi diri sendiri akan memunculkan sebuah efek yang sangat positif, apalagi untuk orang lain. Apapun masalahyang sedang anda hadapi, cobalah untuk tersenyum ketika berhadaan dengan orang lain dan anda akan menemukan pengalaman baru, tantangan baru dalam mengendalikan perasaan anda. Yakinlah, ketika anda sudah berhasil mengendalikannya aka dampaknya akan sanagt baik untuk perkembangan kedewasaan anda.
Menikmati dan Mensyukuri
Nikmat identik dengan sesuatu yang menyenangkan, sesuatu yang menyenangkan sangat mungkin membuat kita tersenyum, saat kita tersenyum ternyata juga akan menyenangkan bagi orang yang melihatnya, artinya ketika kita merasakan nikmat, secara tidak langsung kita mentransfer energi positif kepada orang lain. Namun tidak banyak orang yang bisa merasakan apa itu nikmat karena mereka belum memahami apa itu syukur. Kenapa harus syukur? Ya karena dengan syukurlah kita bisa merasakan nikmat. Saat kita hanya bisa makan dengan kerupuk padahal orang lain bisa makan dengan daging yang lezat, mungkin saja saat itu nikmat yang kita rasakan jauh berbeda dengan orang yang bisa makan daging itu, tetapi itu belum tentu berlaku pada orang yang bisa bersyukur. Ketika kita bersyukur maka pikiran kita akan lebih terbuka, kita akan diingatkan bahwa jauh di sana masih banyak terdapat orang yang untuk makan saja mungkin tidak bisa. Dengan rasa syukur tadi, kerupuk dalam pikiran kita akan berubah menjadi daging ayam yang lezat.
Sungguh sangat bermanfaat bagi diri kita seandainya kita bisa menggabungkan dua kata tadi, syukur dan nikmat. Orang yang tuli, ketika dia bersyukur maka dia akan menikmati karunia Allah yang diberikan padanya, meskipun dia hanya bisa melihat. Rasa syukur itu akan membuatnya selalu bersemangat untuk menjalani hari-harinya, bahkan disertai dengan upaya bagaimana agar nikmat yang dia rasakan itu bisa bermanfaat bagi orang lain. Beethoven adalah seorang yang tidak bisa mendengar, tetapi semangatnya untuk belajar menjadikannya seorang komponis dunia, dengan musiknya yang bisa dinikmati orang lain.
Dengan bersyukur kita akan bisa merasakan nikmat, dengan menikmati maka kita selalu belajar untuk menghasilkan energi-energi positif dalam diri kita. Energi-energi positif akan menghasilkan pola pikir yang positif pula. Pola pikir yang positif akan memberikan inspirasi bagi diri kita untuk melakukan tindakan-tindakan yang positif. Tindakan yang positif akan memunculkan sebuah kemanfaatan bagi diri kita dan juga orang lain.
Dengan bersyukur berarti kita tidak lupa kan pemberian-Nya. Ketika pikiran kita tidak lupa pada-Nya, berarti hati kita juga selalu terjaga untuk selalu mengingat-Nya. Dengan selalu ingat pada-Nya, berarti diri kita akan selalu terjaga. Saat diri kita selalu dalam naungan-Nya maka apa yang kita lakukan pun tidak akan menyimpang dari aturan-Nya. Jika aturan itu terpelihara maka semua yang kita lakukan tidak akan sia-sia karena niat yang selalu terpelihara, niat yang dilandasi rasa untuk membalas atas semua nikmat yang telah diberikan-Nya pada kita. Nikmat berupa hikmah yang selalu ada pada setiap aktivitas yang kita jalani yang terkadang kita tidak bisa menemukannya karena kita belum mengerti betul apa itu syukur, syukur yang senantiasa membuka pikiran kita untuk melihat sesuatu dari sisi yang lain.
Manusia tidak bisa menebak apa yang akan Allah tetapkan pada dirinya. Oleh karena itu sikap untuk senantiasa bersyukur harus selalu ada pda diri kita. Dengan bersyukur, sesuatu yang negatif pun akan menjadi nikmat karena syukur telah membuka pikiran kita untuk menemukan sebuah hikmah yang akan menjadikan kita menjadi seorang manusia yang harus senantiasa membanhi dirinya. (Kopma UGM, 22 :15, 070607)
Sungguh sangat bermanfaat bagi diri kita seandainya kita bisa menggabungkan dua kata tadi, syukur dan nikmat. Orang yang tuli, ketika dia bersyukur maka dia akan menikmati karunia Allah yang diberikan padanya, meskipun dia hanya bisa melihat. Rasa syukur itu akan membuatnya selalu bersemangat untuk menjalani hari-harinya, bahkan disertai dengan upaya bagaimana agar nikmat yang dia rasakan itu bisa bermanfaat bagi orang lain. Beethoven adalah seorang yang tidak bisa mendengar, tetapi semangatnya untuk belajar menjadikannya seorang komponis dunia, dengan musiknya yang bisa dinikmati orang lain.
Dengan bersyukur kita akan bisa merasakan nikmat, dengan menikmati maka kita selalu belajar untuk menghasilkan energi-energi positif dalam diri kita. Energi-energi positif akan menghasilkan pola pikir yang positif pula. Pola pikir yang positif akan memberikan inspirasi bagi diri kita untuk melakukan tindakan-tindakan yang positif. Tindakan yang positif akan memunculkan sebuah kemanfaatan bagi diri kita dan juga orang lain.
Dengan bersyukur berarti kita tidak lupa kan pemberian-Nya. Ketika pikiran kita tidak lupa pada-Nya, berarti hati kita juga selalu terjaga untuk selalu mengingat-Nya. Dengan selalu ingat pada-Nya, berarti diri kita akan selalu terjaga. Saat diri kita selalu dalam naungan-Nya maka apa yang kita lakukan pun tidak akan menyimpang dari aturan-Nya. Jika aturan itu terpelihara maka semua yang kita lakukan tidak akan sia-sia karena niat yang selalu terpelihara, niat yang dilandasi rasa untuk membalas atas semua nikmat yang telah diberikan-Nya pada kita. Nikmat berupa hikmah yang selalu ada pada setiap aktivitas yang kita jalani yang terkadang kita tidak bisa menemukannya karena kita belum mengerti betul apa itu syukur, syukur yang senantiasa membuka pikiran kita untuk melihat sesuatu dari sisi yang lain.
Manusia tidak bisa menebak apa yang akan Allah tetapkan pada dirinya. Oleh karena itu sikap untuk senantiasa bersyukur harus selalu ada pda diri kita. Dengan bersyukur, sesuatu yang negatif pun akan menjadi nikmat karena syukur telah membuka pikiran kita untuk menemukan sebuah hikmah yang akan menjadikan kita menjadi seorang manusia yang harus senantiasa membanhi dirinya. (Kopma UGM, 22 :15, 070607)
Subscribe to:
Posts (Atom)